Satu minggu setelah kejadian di kafe, Laila semakin menjauh dari Adnan. Tak pernah sekalipun ia mengangkat telepon dari lelaki itu. Bahkan saat Adnan datang ke rumahnya pun, Laila tidak pernah menunjukkan batang hidungnya sama sekali.
Baginya, Adnan tidak jauh berbeda dengan lelaki di luar sana, memiliki hobi mempermainkan hati wanita. Semua ungkapan hatinya selama ini hanya gombalan semata.
Bunda Risna masuk ke kamar, lalu menggeleng singkat. Sudah beberapa hari ini sejak kepulangannya ke Indonesia, Laila tampak murung dan hampir setiap hari mengurung diri di kamar. Hati seorang ibu mana yang tidak merasa sedih dan khawatir, jika melihat putri bungsunya tak seceria biasanya.
"Ada apa denganmu, Sayang? Semenjak Bunda kembali ke Indonesia, kamu selalu murung dan sedih."
"Tidak apa-apa, Bunda," balas Laila singkat.
"Apakah kamu ada masalah dengan Adnan? Mengapa kamu selalu menolak bertemu dengannya? Kalau memang kalian sedang ada masalah, selesaikan secara baik-baik."
Gadis itu memeluk sang bunda, seraya memejamkan mata. Merasakan kenyamanan berada dipelukan bundanya. Entah mengapa akhir-akhir ini perasaannya penuh dengan kegelisahan? Padahal ia tidak memiliki perasaan apa pun pada lelaki itu, tetapi mengapa melihat Adnan bersama wanita lain membuat dadanya terasa sesak?
"Bunda, kalau misalnya kita tidak memiliki perasaan cinta pada seorang pria, tapi merasakan sesak saat melihatnya bersama wanita lain. Itu perasaan apa?" tanya Laila polos.
"Mungkin saja kamu memang mencintainya, tetapi belum menyadari kalau itu cinta," balas bundanya.
"Kok bisa, Bun?"
"Perasaan cinta itu datang dari hati, Sayang. Terkadang saat kita mencintai seseorang, kita tidak menyadari kalau itu cinta. Biasanya orang seperti itu lebih mengutamakan ego daripada hatinya."
Laila mengeratkan pelukannya. Mencari kebenaran tentang apa yang diucapkan sang bunda. Apakah benar ada cinta di hatinya untuk lelaki bernama Adnan? Mengapa sangat sulit untuk ia merasakan jatuh cinta? Sekalinya mencintai selalu berujung dengan sakit hati.
"La, mengapa kamu tidak menyukai Adnan? Dia yang baik dan bertanggung jawab. Apakah kamu tidak ingin memiliki suami yang saleh?"
"Setiap wanita pasti akan mendambakan suami yang saleh, Bunda. Begitu pun dengan Laila. Hanya saja Laila menunggu jodoh yang tepat dari Allah. Jodoh yang sudah tertulis di moh mahfuz untuk menemani dan membimbing Laila menggapai jannah-Nya."
"Masyaallah kamu sudah berubah, La. Bunda bangga padamu, semoga hijrahmu istikamah, ya, Nak," ucap sang bunda seraya mengecup puncak kepala Laila.
"Amiin, Laila tidak ingin kelak mempersulit ayah dan bunda untuk masuk ke surga Allah. Cukup di dunia saja Laila menyusahkan kalian, tidak untuk di akhirat."
Tangis haru terpancar jelas dari mata Bunda Risna. Ia tidak menyangka kalau putri bungsunya akan berubah secepat ini. Bunda Risna tak hentinya mengucap syukur pada Sang Kuasa, karena berkat campur tangan-Nya, kini Laila menjadi seorang muslimah yang lebih baik.
Di ambang pintu pria paruh baya mendengar semua pembicaraan anak dan istrinya. Air mata luruh di pipi, keajaiban Allah nyata adanya. Hanya Dia yang maha membolak-balikkan hati setiap manusia, terbukti Laila yang dulu keras kepala , kini mulai terbuka untuk menerima nasihat dari orang lain.
Pria paruh baya itu masuk menghampiri putri dan istrinya. Memeluk mereka dengan perasaan haru dan bangga. Ia harus mengatakan satu rahasia yang hampir seminggu ini menjadi beban di pikirannya.
"Ayah, kenapa kamu menangis?" tanya Bunda Risna.
Pak Adhitama menatap lekat istri dan putrinya secara bergantian. Sungguh ia tidak tega bila harus mengatakan ini pada kedua orang terkasihnya. Namun, walau bagaimanapun mereka harus mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istikharah Cinta Laila (Terbit)
RomansaLaila Qaira Nazhira, seorang gadis yang memutuskan untuk berhijrah, setelah sang kekasih akan memerkosanya. Cobaan demi cobaan menghampiri hidupnya, selain teror dari sang kekasih, ia juga harus dihadapkan dengan kebangkrutan perusahaan orang tuanya...