"Yor? Mending lo jangan ngejar Yovan lagi deh, ya?" kata Dias sedikit ragu.
"Loh kenapa?"
"Karena..."
Yori menantikan perkataan Dias selanjutnya, tapi Azizi lebih dulu datang dan membuat Dias kembali memasang wajah biasa yang semula terlihat serius.
"Nah gitu dong! Thank you Azizi," ucap Dias lalu meminum minuman yang di belikan Azizi.
"Dias? Pulang yuk?" ajak Yori.
"Mau pulang sekarang Yor?" tanya Azizi.
"Iya Yori capek, Azizi mau bareng?"
"Nggak, kalian duluan aja," kata Azizi yang diberi anggukan oleh Yori.
Yori menarik tangan Dias dan buru-buru berjalan menuju parkiran, Azizi yang melihatnya keheranan sendiri.
Begitu keduanya sampai di mobil, Yori menutup pintu dengan kencang. Ia menatap Dias tajam, "Apa maksud Dias ngomong gitu?"
Dias menghela nafasnya, "Yor, gue mau lo jangan ngejar dia lagi. Lo gak capek apa?"
"Nggak tuh,"
"Yor, gue gak mau lo-
"Apaan sih! Dias kenapa coba tiba-tiba larang-larang Yori? Gara-gara Kak Faisal?" kata Yori kesal.
Dias terdiam. Bingung harus berbicara bagaimana dengan Yori.
"Gak bisa jawab kan? Tunggu apalagi? Ayo pulang!" bentak Yori dan Dias buru-buru melajukan mobilnya.
Tak ada percakapan lagi sampai rumah, hanya wajah Yori yang menampakkan raut kesalnya. Bahkan sampai masuk rumah pun, Yori tak berbicara lagi dengan Dias.
❄ ❄ ❄
Waktu makam malam tiba, Oma sudah selesai membuat berbagai macam masakan yang harum dan kelihatan enak. Walaupun sudah menginjak usia tua, Oma-nya Yori selalu rajin memasak dan masakannya juga enak.
Ia tidak pernah mengijinkan pembantu rumah memasak, selalu Oma yang harus menghidangkan makanan untuk cucu dan suaminya, serta anaknya jika ada di rumah. Pembantu rumah ini sendiri hanya bekerja pukul tujuh dan pulang jika pekerjaan sudah selesai, jadi Yori jarang sekali bertemu pembantunya. Bahkan mungkin ia lupa wajahnya.
"Yori sayang... Ini makanannya sudah siap, ajak sepupumu," ucap Oma pada Yori yang sedang duduk di ruang tv.
"Biarin aja Oma, nanti kalo laper dia juga kesini," jawab Yori yang masih sebal pada Dias.
"Kok gitu sih ngomongnya?"
"Males deh Oma, Kakek mana?"
"Kakekmu sedang ke rumah temannya," Yori hanya mengangguk menanggapi jawaban Omanya.
"Dias! Mau makan malam nggak?" kata Oma setengah berteriak karna Dias ada di kamarnya.
Tak butuh waktu lama, Dias turun dan duduk di meja makan depan Yori.
"Oma mah gitu, ke Yori aja lembut pake sayang. Kalo ke Dias, teriak-teriak," ucap Dias tak terima.
Yori mendelik padanya, dan Oma hanya tersenyum. Mungkin sepi rasanya jika kedua cucunya tidak ada di rumah.
"Kenapa lagi kalian? Berantem gara-gara apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye, Mr. Ice Cream! (SUDAH TERBIT)
Novela JuvenilMenjadi panitia MOS di hari pertama membuat Aurel Yori Andromeda- si pemilik otak cerdas dan super energic itu mengenal seorang Yovan. Lelaki berwajah dingin dan manis, sama dengan sikapnya. Hingga membuat Yori jatuh hati padanya, dan harus mempunya...