Rumah

60 15 4
                                    

Seperti yang sudah dijelaskan di awal. Ibu dari Andira dan Maira sudah tiada. Mereka tinggal bertiga di rumah yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai wiraswasta di salah satu perusahaan milik sahabatnya yaitu Anton satria jaya.

Walaupun sekarang Andira sudah kuliah, namun biaya pendidikan nya tidak lagi ditanggung ayahnya, dia selalu mendapat beasiswa. Maira juga demikian, walau tidak sepenuhnya tapi paling tidak pak Gun tidak terlalu berat.

"Pagi yah, Mai ."sapa Dira ketika melihat keduanya di beranda depan.

"Pagi teh.." balas Maira.

"Pagi anak sulung ayah. Gimana kuliahnya aman kan? Mai juga gimana?" Sambung ayah dengan pertanyaan.

"Alhamdulillah yah..."jawab Dira dan Maira.

"Syukurlah, yg semangat ya belajarnya, supaya bisa banggain alm.ah ibu, juga bisa menjadi apa yang dicita-citakan anak-anaknya ayah." Nasihat ayah.

"Iya yah, doa in ya yah, insyaallah tahun depan Dira wisuda, dan nanti kalo emg Mai mau kuliah, Dira aja yg biayain." Ucap Dira semangat.

"Iya teh, Mai juga kalo bisa mah gamau ngebebani ayah sama teteh, Mai juga bakal ngejar beasiswa. Walaupun ga penuh kayak teteh, ya paling nggak ngeringanin." Jawabnya.

Pak Gun mengusap rambut Maira dan Dira dengan hangat. Terlihat jelas kasih sayang ayah terhadap kedua putrinya. Walaupun ibunya sudah tiada, tapi pak Gun tidak pernah membuat Maira dan Dira merasa tidak ada sosok ibu. Apapun sanggup dilakukan demi kedua putrinya itu.

Kehangatan rumah sungguh membuat siapapun yg melihatnya jadi iri. Ayah yang penuh kasih sayang membuat Dira dan Maira tidak merasa kurang sedikitpun walau dengan kondisi sederhana.

My Unknown HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang