Akan aku Perjuangkan..

30 13 0
                                    


"Baik semua, kuliah kita sampai sini dulu. Silahkan kerjakan projek kalian. Assalamualaikum" menutup perkuliahan dan mengemas barang-barang.

Setelah kelas selesai, Rey mendekati Dira, dan di sampingnya sudah pasti ada Bianca.

"Hem...boleh saya bicara dengan Dira sebentar?" Mendekat kearah Dira dan Bian.

"Iya pak, yaudah Dir, gue tunggu dikantin bareng Resya oke!" Sambil meninggalkan mereka berdua.

Lalu suasana canggung. Dira bingung mau bicara dan bertingkah bagaimana. Ya secara kan Rey dosennya.

"Dira, apa Pak Gun sudah sampaikan niat saya kepada mu?" Rey memecah kesunyian.

"Ya..iya pak, tapi saya masih bingung maksud bapak." Jawab Dira agak gugup.

"Iya, wajar sih kamu bingung. Tapi saya sungguh-sungguh ingin mengenal kamu lebih serius. Saya bukan mendekati kamu cuma sekedar untuk main-main" Rey menjelaskan dengan tenang.

"Gimana nih pak, saya benar-benar gatau harus bagaimana. Saya.."tiba-tiba Dira berhenti.

"Kamu nggak perlu ngapa-ngapain, saya yang akan melakukannya."

Dira diam seribu bahasa. Bingung ingin jawab apa dan bagaimana merespon kata-kata Rey.

"Kamu buat aja dirimu senyaman mungkin. Saya yang akan perjuangin kamu."

Yaelah pak, gimana mau nyaman ini. Bapak didepan gue aja udah deg deg an gue, rasanya pengen kabur aja. Berjuang apa lagi, emang dia liat apa sih dari gue? Kan gue nggak ada hal yang bisa gue banggain.

"Nanti selesai kelas, kamu pulang bareng saya ya. Saya udah janji sama Pak Gun akan antar kamu."

"Ngan..tapi nanti ada pertemuan sama anak klub pak"

"Iya nggak kenapa-kenapa, saya juga ada kelas kok, kamu tunggu saya di pos depan ya."

"Yaudah iya deh pak. Saya udah boleh pergi pak? Soal nya temen-temen saya pasti udah pada nungguin." Ucap Dira karena tidak enak.

"Iya, maaf saya nahan kamu kelamaan."

"Assalamualaikum pak" sambil berjalan keluar.

"Waalaikumsalam...calon makmum." Sambil tersenyum.

Dira ini walaupun tipe yang keras kepala, tapi dia bukan orang yang menolak langsung tanpa ada alasan. Dia berpikir kedepan, walaupun tetap melakukan apa yang dia inginkan. Entahlah bagaimana Rey membuat Dira jatuh cinta, apa semudah meminta izin pada Pak Gun, atau malah butuh tenaga dan kesabaran yang ekstra.

"Uikkk!!! Sini!" Sahut Bian dan Resya dengan melambaikan tangan.

"Maaf ya, telat." Sembari duduk didepan sahabatnya.

"Ihhh lama banget, kita nunggu sampe berkumis ini" Resya bercanda.

"Hahaha lebay amat dah."

"Hem..gue denger ada yang di samperin dosen manis nih" ledek Resya lagi

"Hahah bener banget, masa mau ngobrol berdua aja, gue jadi kesini sendiri an." Timpa Bian.

"Ih maaf deh. Gue juga nggak tau kenapa tuh orang ngomong yang nggak gue ngerti." Mengerutkan kening dan mengangkat bahu.

"Emang bilang apa sih? Mau ngelamarkah? (Hahahah)" tertawa.

"Iya, ehh nggak ngomong gitu sih. Katanya mau kenal gue, mau serius sama gue. Mau perjuangin gue." Menjelaskan situasinya.

"Ya elah, itumah bener mau ngelamar dia. Wihh mau nikah ni!!" Tambah diledek.

"Tapi ya Dir, gue setuju sih kalo pak Rey bener mau serius sama lo, ya secara dia ganteng manis gitu, terus mapan, walaupun sedikit lebih tua." Bian sambil tersenyum.

"Iya juga Dir, kalo lo nggak mau gue aja deh. Canda canda." Tambah Resya.

"Gue gatau lah. Pusing."

"Eh tapi gimana soal yang waktu itu?" Bian bertanya soal perjodohan yang dikatakan ayah nya.

" O iya, Res, maaf nih gue baru cerita. Kemarin pas gue tidur dikelas, itu karena gue begadang. Gara-garanya gue denger ayah bilang mau jodohin gue," ucap Dira.

"Walah ni anak, nggak ada ngomong" Resya pura-pura kesal.

"Maaf banget, soal nya lupa gue." Sambil nyengir memperlihatkan gingsulnya.

"Dasar jahat! Tapi gue juga penasaran sih, yang mau dijodohin ayah lo itu siapa?" Tanya Resya penasaran.

"Gue juga nggak tahu siapa, gue belum nanya ke ayah."

"Yaudah tanya gih. Penasaran nih!" Desak mereka.

.
.

Lalu Dira dan Bian masuk kelas lagi. Selesai kelas Bian pulang, dan Dira masih kumpul klub sebelum pulang.

"Gue duluan ya Dir." Bian pamit.

"Gue juga deh Dir, mau beli pesenan ibuk gue." Pamit Resya.

"Oke, dadah gaes!!" Dira menuju ruang klub.

Lalu setelah sekitar sejam di ruang klub. Dira selesai. Dia teringat janjinya dengan Rey.

Hem beneran harus bareng Pak Rey ni gue? Tapi kan canggung. Tapi udah janji.
Tanpa sadar, Dira tiba di dekat pos satpam, dan ternyata bukan Dira yang menunggu, tapi malah Rey yang duluan ada disitu.

"Eh Pak, udah nunggu lama?" Dira merasa tidak enak karena Rey yang menunggu.

"Enggak kok, baru aja. Kamu tunggu sini bentar." Rey pergi mengambil mobilnya.

Nggak enak banget gue. Malah dia yang nunggu. Jangan-jangan udah lama lagi. Minta maaf aja kali ya.

"Pak, Pak Rey udah lama ya nunggu disini?" Bertanya dengan Pak satpam.

"Udah lumayan neng, mungkin ada setengah jam-an."

"Oke, makasih pak"

"Sama-sama neng."

Udah gue tebak dah. Ah makin nggak enak.

Tit..tit..

Dira masuk kemobil Rey.

"Pak, maaf banget ya tadi saya lama keluarnya," ucap Dira.

"Udah, nggak kenapa-kenapa saya. Emang saya yang mau nunggu kok. Nggak lama juga." Tersenyum.

"Besok-besok nggak usah nunggu lagi kalo saya lama pak."

"Berarti ada besok-besok nih." Godanya.

"Ah..anu.. bukan gitu." Gagap

"Iya iya. Eh Dira mau makan dulu, kebetulan saya laper ini."

"Um..yaudah gapapa pak." Angguk Dira.

Lalu tudak lama mereka berhenti di sebuah restoran.

My Unknown HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang