Pak Rey(2)...

40 14 5
                                    


Rey yang hari itu memberi tahu pada Bundanya bahwa dia sudah jatuh hati pada seorang gadis. Dia menjelaskan pada Bundanya, agar Bunda nya juga mau datang untuk melamar Dira.

"Bun, sebenarnya Rey punya gadis yang disukai. Dari pertama Rey melihatnya, Rey sudah suka sejak beberapa tahun yang lalu, Rey pikir mungkin Rey hanya suka sesaat. Lalu sekarang ini Rey bertemu dia lagi, dia salah satu mahasiswi Rey Bun. Rey pikir ini mungkin jodoh." Jelas Rey. Nada bicaranya serius.

Bunda diam sejenak, lalu memegang tangan Rey. Dan berkata...

"Nak, Bunda senang kamu punya gadis yg disukai. Kamu sudah dewasa, dan Bunda juga sudah tidak muda lagi. Tapi apa boleh Bunda tau lebih jauh tentang gadis itu?" Ucap Bunda.

"Tentu Bun. Namanya adalah Andira, mahasiswi tingkat atas di Universitas tempat Rey mengajar, dan dari data akademik nya ibunya sudah meninggal. Dia termasuk penerima beasiswa sejak tahun pertama. Alamat...."kata-kata Rey terhenti.

Rey teringat, sebenarnya dia belum tahu lebih jauh tentang Dira. Rey berniat mengenal Dira lebih baik lagi.

"Bunda, untuk yang lainnya, nanti Bunda bisa nilai sendiri. Rey akan datang menemui ayahnya, jika ayahnya mengizinkan Rey untuk mengenal lebih jauh tentang Dira, barulah Rey bisa melanjutkan niat baik Rey."

"Iya nak, Bunda selalu mendukung kamu."

.
.

Keesokan paginya, Rey sudah rapi, pakai kemeja warna Biru muda, rambut rapi menggunakan minyak rambut. Wangi parfum yang menenangkan. Mengenakan sepatu. Seperti sudah sangat siap untuk bertemu calon mertua(hehehe).

Dan pergilah dia, dengan tekad yang sudah bulat. Sekitar 1 jam perjalanan sampailah dia di depan rumahnya Pak Gun.

Hem...kenapa tiba-tiba gugup begini. Aku harus berani. Ga akan ada kesempatan lain kali. Nanti kalau aku mengulur waktu, Dira keburu diambil orang.

Rey memberanikan diri mengetuk pintu rumah Pak Gun.

Tuk..tuk..tuk..

"Assalamualaikum Pak.." ucap Rey sambil mencium tangan Pak Gun.

"Waalaikumsalam..silahkan duduk nak!" Mempersilahkan duduk di bangku yang ada di beranda.

"Yah, Mai pamit kesekolah ya. Ehh ada tamu, mas.." Maira pamit dan bersalaman dengan ayahnya, dan sedikit menegur Rey.

"Iya nak, hati-hati."

"Assalamualaikum yah."

"Waalaikumsalam" jawab Rey dan Pak Gun bersamaan.

Lalu Rey melanjutkan.

"Gini pak, kenalin saya Reynanda. Saya disini berniat untuk meminta izin bapak, kalau boleh, saya ingin serius dengan anak bapak Dira, saya ingin melamarnya, tapi sebelum itu saya ingin meminta izin bapak untuk saya mengenal Dira lagi, atau singkatnya ta'aruf ."jelas Rey kepada pak Gun.

"Memang nak Rey yakin mau mendekati anak saya.? Sudah kenal sama Dira?" Tanya pak Gun.

"Insyaallah pak, saya kebetulan adalah salah satu dosen yang mengajar di Universitas tempat Dira berkuliah. Jadi sedikit saya tahu tentang Dira."

"Saya izinkan, tapi semua keputusan ada ditangan Dira, saya tidak punya kuasa untuk hidupnya."

"Baik pak, terimakasih banyak pak. Mungkin mulai besok saya akan menjemput dan mengantar Dira, tapi itu jika Dira juga bersedia." Rey meminta izin.

"Saya tidak melarang. Dira anak yang mungkin selama ini tidak pernah ingin didekati. Jadi mungkin agak sulit. Jika kamu serius, kamu harus sedikit berjuang." Saran pak Gun.

"Tentu saja pak, bapak jangan khawatir." Rey meyakinkan pak Gun.

"Baik nak Rey. Saya percaya kamu bisa, jangan buat saya ataupun Dira kecewa."

"Baikk pak.!!" Rey tersenyum senang, hatinya lega sekali.

Kedua orang itu berbincang-bincang, tentang keluarga Rey juga sebaliknya. Tak lama kemudian, Rey izin pamit.

"O iya Pak, saya izin pamit dulu. Assalamualaikum." Mencium tangan pak Gun, lalu pergi.

"Waalaikumsalam."

Rey sangat lega, akhirnya izin pak Gun sudah didapat. Tinggal Dira saja lagi.

Kabar itupun langsung di sampaikan Rey pada Bundanya. Bunda Nur juga sangat senang.

Lalu mulailah Rey mengenal Dira seperti yang dia katakan pada Pak Gun...

My Unknown HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang