Pak Rey(1)....

55 14 9
                                    


Seseorang yang sudah lama sebenarnya memendam perasaannya untuk Andira.

Sejak Andira masih duduk di bangku SMA. Saat Andira mengikuti kegiatan pramuka dan acara kemah di lingkungan Universitas tempat dia berkuliah sekarang. Rey juga kebetulan ikut kegiatan itu,walau tidak terlalu aktif lagi. Saat itu Rey masih menjadi mahasiswa tingkat akhir yang tidak lama lagi akan wisuda. Saat itulah pertemuan pertama, bukan pertemuan pertama juga, karena hanya Rey saja yang melihatnya, Andira bahkan tidak sadar, dan Andira yang menarik perhatian dari Rey membuatnya langsung jatuh hati.

Siapa gadis itu, senyumnya manis, kulit sawo matang, berhijab juga.

Itulah yang saat itu ada dipikiran Rey, baginya Andira adalah seseorang yang ingin dia kenal lebih dekat lagi, orang yang ingin dia pandang lebih lama.

Benar saja, saat ini ternyata dia bertemu lagi dengan Andira. Saat dia mulai mengajar di Universitas itu, dan Dira adalah mahasiswinya.

Mungkin ini jodoh. Aku sudah bertekad akan menyatakan perasaanku, dan niat ku. Dia benar-benar istimewa, aku tak ingin dia dengan orang lain, rasanya sulit ikhlas. Aku akan menemui orang tuanya, tapi jika tiba-tiba menemui orang tuanya apakah dia akan terkejut dan menolakku? Entahlah... Aku harus berjuang, tak apa jika awalnya sulit.

Sebelumnya Rey tidak pernah mendekati wanita manapun. Hanya ada satu wanita yang mendekatinya.

Flashback..

Dulu, ketika Rey masih duduk di bangku kelas sebelas, pernah ada seorang gadis yang mendekatinya. Gadis itu menunjukkan bahwa ia sangat menyukai Rey. Rey yang sedari dulu punya sifat yang dingin itu, tak memperdulikan gadis itu. Tapi ada satu hal yang membuat hati es nya retak sedikit. Waktu itu ketika Rey sedang tidak enak badan, ia berniat mengambil obat ke uks, akan tetapi belum sampai ke uks, ia malah oleng, lalu gadis itulah yang menyambut dan memapah nya ke uks.

Karena kejadian itulah, Rey merasa berhutang padanya, dia membuka hatinya, mereka menjadi dekat sejak saat itu. Dan nama gadis itu adalah Gaby.

Gaby Amalia Margareta. Wanita yang gigih, dan akhirnya mendapatkan tempat penting dihati Rey. Mereka tidak dalam hubungan yang orang-orang sebut sebagai pasangan. Keduanya hanya teman-dekat. Ya, lebih dekat daripada hubungan pertemanan biasanya. Hanya tak ada status yang mengikat keduanya, tapi tetap menjaga perasaan satu sama lain.

Hingga pada hari yang membuat Rey kecewa. Hari itu mereka duduk di bangku sekolah kelas dua belas, tahun akhir di sekolah menengah-awal masuk. Gaby hari itu tidak muncul di sekolah, padahal Rey menunggu lumayan lama di dekat gerbang. Sampai bel sekolah berbunyi pun, Gaby tak nampak. Padahal mereka berjanji akan masuk ke gedung sekolah bersama pada hari pertama di kelas dua belas. Hingga sekolah bubar pun Gaby tak nampak. Rey pulang dengan hatinya yang bertanya-tanya, kemana gadis itu.

***
Setibanya Rey di rumah, diletakkannya sepatu dan tas di tempatnya. Masuk ke kamar  lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia membuka ponselnya, ada beberapa pesan, tertulis nama Gaby di sana:

Gaby AG
| Rey, aku pagi ini terbang ke Sidney.
| Aku bener-bener bakal lama disini, jangan tunggu aku. Selamat tinggal.
08.36

Hanya itu pesan Gaby, dan Rey merasa kecewa tanpa sebab. Tanpa pamit terlebih dahulu, Gaby pergi, jauh.

Flashback end.

*
*

Saat ini, hanya dengan Andira saja dia ingin berjuang. Hanya untuk Andira sajalah hatinya ingin diberikan. Dan perjuangan nya akan dia mulai dengan menemui ayahnya Dira.

Setelah selesai kelas...

"Baiklah teman-teman, kelas akan saya tutup, terimakasih waktunya. Sampai bertemu lagi minggu depan. Assalamualaikum," ucap Rey menutup perkuliahan. Terlihat mengemas barang di atas meja.

"Waalaikumsalam Pak!" Jawab mereka serempak.

Membereskan meja nya di ruang dosen..

"Belum pulang Rey?" Tanya salah satu dosen senior.

"Iya sebentar lagi buk." Jawabnya. Ia masih berkutat dengan sebuah buku tebal diatas meja, yang sedari tadi membuatnya tak memperhatikan sekitar.

.
.
.

Saat di perjalanan ingin pulang, ternyata ada Dira dan Resya sedang menunggu bus.

"Hei, kalian mau pulang?" Tanya Rey kepada dua mahasiswi nya itu.

"I..iya Pak, lagi nunggu bus."

"Yaudah bareng aja sama saya, searah juga kan" ajak Rey.

"Nggak papa nih pak?" Tanya Resya

"Ayok!" Rey memberi isyarat dengan tangannya.

Dan Rey mengantar Resya terlebih dahulu, sudah pasti begitu, karena Rey ingin tahu alamat rumah Dira.

"Makasih pak." Resya turun dan pamit dengan Rey serta Dira.

"Dadah Sya." Dira mengayunkan tangannya, tanda isyarat perpisahan.

Lalu sampai lah mereka dirumah Dira.

Rumah sederhana, dengan cat warna pastel, tidak terlalu besar, beranda yang disekelilingnya ada bunga-bunga kecil yang di gantung. Halaman yang tidak terlalu luas, dengan taman kecil dan ada kolam ikan mas Pak Gun.

"Mampir dulu pak!" Ajak Dira.

"Gapapa dek, nanti kapan-kapan saya mampir kok," ucap Rey menolak.

"Iya, makasih banyak pak udah nganterin."

Senangnya tahu rumah Dira. Harus secepatnya menemui orangtua Dira, jangan ditunda. Gumam Rey dalam hatinya.

Lalu Rey pulang kerumahnya. Rumah yang ditinggali oleh dia dan Bundanya.

Rumah Rey bisa dikatakan lumayan, rumah yang bernuansa putih dan peach. Halaman rumah yang luas, dengan kebun sayur kecil milik Bundanya. Bunda Rey berusia 56 tahun, sebut saja Bunda Nur.

Bunda Nur mempunyai usaha Butik Busana muslim anak-anak. Itulah yang jadi kesibukan Bunda Nur. Kadang-kadang Bunda Nur dibutik, terkadang juga Bunda mengurus kebun sayurnya.

Rey sangat menyayangi Bundanya. Hanya Bundanya yang dia miliki sekarang. Kenapa hanya Bunda. Dimana ayahnya. Kenapa ayahnya tak ada bersama mereka. Rey bukan membenci ayahnya. Hanya saja Rey tak ingin jadi seperti ayahnya. Makanya dia tak ingin mendekati wanita, makanya dia tak ingin siapapun mendekati nya. Wanita dalam hidupnya hanya Bunda dan orang yang akan dinikahi nya nanti. Dia tak ingin menerima perasaan yang diberikan kepadanya, hanya karena takut jika suatu saat menyakiti...

My Unknown HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang