Sejak negara Api menyerang yang namanya mos tetep gitu-gitu aja, enggak ada yang berubah. Dengan jurus seribu bayangan gue ngelangkah cepet keluar kelas, bergegas pulang soalnya kambing udah ngitung suruh tidak ada orang didalam kelas setelah hitungan kesepuluh.
Gue terengah-engah didepan gerbang sekolah, bersyukur sih karena hari ini enggak sampai sore. Cuman setengah hari, tapi penderitaan gue bakalan dimulai esok hari.
Iya besok, ketika tampilan gue bakal menyaingi gembel.
"Kamu yang lagi megangin lutut! "
Gue nengok ngeliat kakak kelas cowok yang tiba-tiba teriak, gue berdiri tegap dan nunjuk muka gue pake telunjuk. Si kakaknya ngangguk dan nyamperin gue.
"Ini, " dia nyodorin sebuah buku. "Tadi jatoh dari tas kamu, lain kali hati-hati. Kalau buku ini ilang, pas nanti Wetgame kamu gak bakalan ikutan. "
Jadi tuh yang jatoh buku pegangan mos, gue nyengir dan nerima buku itu. Mana gue juga lupa namain bukunya. Hadeh, sangat ceroboh saya ini.
"Makasih kak, " kata gue dan dibalas anggukkan kakak itu.
Pandangan gue turun ke nametag nya, tertulis kan Dong Shiceng. Kayaknya dia pemilik toko sembako diujung jalan sana deh, gak. Gue cuman bercanda.
"Iya sama-sama, lain kali hati-hati ya. Untung ditemuin nya sama saya, gimana kalau sama yang lain? "
"Bisa enggak dibalikin. " tambahnya.
Lagi-lagi gue cuman bisa nyengir, malu sih karena ketahuan lagi ceroboh.
"Win! "
Sontak gue nengok ngeliat kak Doyoung yang nepuk pundak kakak ini. Aduh kak, kita ketemu lagi setelah lima menit lalu. Tapi bentar, kok kak Doyoung manggil kakak ini Win?
Dia pemenang emang? Pemenang dihatiku, eaa. Ga.
"Ada apa nih? " tanya kak Doyoung ke kakak-kakak Chinese ini.
"Tuh! Dia jatohin bukunya, dia gugus lo kan? Jagain tuh dia, untung ketemunya sama gue. Kalau sama keamanan lo juga bisa kena Doy, "
Lah, kok pengaduan. Tapi memang bener sih, gue ngeliat kak Doyoung yang kayak kesel gitu. Apa sebersalah itu kah gue? Sampai kak Doyoung jutek gitu?
"Makasih Win, " kata kak Doyoung dan nepuk pundaknya kak Dodong beberapa kali terus kak Dodong pamit masuk lagi ke sekolah. "Kamu! "
Gue naikkin kedua alis gue pas kak Doyoung manggil gue, kak Doyoung menghela nafas. Tatapannya enggak santai banget, kayak yang mau mengadili tuan krab yang membiarkan Plankton jatuh dilantai basah tanpa tanda.
"Kamu ikut saya. "
Hah? Ada apa kak? Kak Doyoung jalan ngelewatin gue, dan gue cuman diem terus ngeliat kak Doyoung berbalik.
"Kenapa diem, ikut saya! " tegas kak Doyoung.
Kok beda ya, kak Doyoung yang tadi sama kak Yerin sama yang ini. Kayaknya kak Doyoung memang marah gara-gara gue jatohin buku ini. Tapi kan ini cuman buku, masa kak Doyoung sampai semarah ini.
Akhirnya, mau enggak mau gue ikutin kak Doyoung. Ternyata dia ke parkiran yang ada diluar sekolah, gue udah bisa liat kak Doyoung yang mencet sesuatu dan buat salah satu mobil bunyi.
Ini gue mau dibawa kemana ya, mana kak Doyoung bawa mobil. Kak Doyoung udah punya SIM ya? Atau gimana? Masa baru kelas 2 SMA udah bawa mobil.
"Masuk! "
Gue cuman mangut-mangut enggak berani ngelak, ekspresi kak Doyoung sangar banget. Enggak ada lembut-lembutnya, jadi pengen getok. Tapi ganteng, jadi jangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Idaman 「 Kim Doyoung X Jung Chaeyeon 」
Historia Corta[ Enggak semua orang menilai dari luarnya dulu ] "Dia lucu kok, cantik juga, baik lagi. " -Kim Doyoung. "Kakaknya ternyata cuek, mungkin karena dia enggak suka gue kali ya. Makanya gitu, " -Jung Chaeyeon. ☑non baku ☑up kadang ☑typo maafkan Start: En...