Sepertinya perkataan Chaeyeon terwujud, tapi bukan terwujud karena Chaeyeon berhasil akting didepan kakak kelas perempuan yang menyandang panitia keamanan. Tapi kini Chaeyeon benar-benar tengah menggigil.
Badanya terasa panas dan berkeringat, tapi Chaeyeon merasa kedinginan. Alhasil Chaeyeon dibawa ke pos kesehatan dan tidak dibolehkan untuk berdiam diri ditenda, takutnya ada apa-apa.
Karena tidak ada yang akan menjaganya nanti disana.
Sejak tadi Doyoung mencari kemana wujud tubuh Chaeyeon tapi tidak juga kelihatan, sampai pikirannya mengingat perkataan Chaeyeon jika gadis itu tidak mau datang.
"Dibilang ikutan juga, enggak jadi kan ngerjainnya. "
"Hah apa doy? " tanya Irene yang tidak sengaja mendengar ucapan Doyoung tapi tidak jelas.
"Enggak, enggak. Lo salah denger kali, " timpal Doyoung.
Kini Doyoung tengah berjaga dipost pertama dengan Irene, Lucas, Wonwoo, dan Momo.
Satu persatu kelompok mulai melewati post tersebut, sampai kelompok terakhir selesai laporan dan menuju post berikutnya.
Karena bosan akhirnya Doyoung memutuskan untuk kembali ke lapangan utama, dimana nanti para kelompok akan berakhir disini. Untuk menunggu subuh datang.
"Udah pada lewat semua? " tanya Sejeong pada Momo.
Mereka berbincang-bincang, dari Lucas yang seru bercengkrama dengan Wonwoo. Lalu Irene yang pamit untuk ke tendanya membawa sesuatu.
Kini Doyoung tidak tahu harus melakukan apa, sampai akhirnya langkahnya menuntunnya ke ruang kesehatan.
Untuk apalagi jika bukan untuk memastikan jika Chaeyeon berada disana, Doyoung ingin memaki anak bimbingan nya yang satu itu. Karena sudah beraninya meloloskan diri dari pemikiran jahil Doyoung.
Doyoung melihat ada banyak siswi yang berbaring, mayoritas. Doyoung berjalan ke ujung, dan terduduk dipinggir brankar dengan sang pasien yang menghadap melihat jendela yang tidak memakai penutup.
"Enggak takut bakalan ada yang nongol? "
"Mama! "
Dengan gerakkan terkejut Chaeyeon menutupi wajahnya dengan selimut.
"Ini saya, kenapa malah teriak? "
Chaeyeon menurunkan selimutnya, berbalik dan melihat Doyoung yang terduduk dihadapannya. Dengan rasa malu, Chaeyeon tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang Doyoung yakin jika Chaeyeon belum menggosok giginya.
"Eh, kakak. " sapa Chaeyeon. "Ngapain disini kak? "
Doyoung mendatarkan bibirnya dan memutar bola matanya menatap ke arah lain.
"Kamu tuh ngapain disini, kamu sengaja kan mau menghindar dari kegiatan malam? " tuduh Doyoung. "Pasti laga kamu tadi berhasil ya? "
"Kakak keamanan mana yang bangunin tenda kamu? "
Dengan cepat Chaeyeon menggeleng, ia tidak mau dikira sedang berbohong. Disini banyak anak lain yang sedang terbaring, tidak bisa diketahui apakah salah satu dari mereka tidak menutup mata mereka sekaligus menutup pendengaran mereka.
Chaeyeon tidak mau terkena masalah karena dituduh telah berbohong, padahal Chaeyeon ini sungguhan. Dia benar-benar tidak enak badan sekarang.
"Enggak ih, kakak jangan fitnah. "
"Siapa yang fitnah! Itu pasti kening kamu enggak ada anget angetnya sama sekali, sini pegang. " kata Doyoung bersikeras, tanganya maju ingin memegangi dahi Chaeyeon untuk memeriksa.
Tapi Chaeyeon dengan cepat menghindar, ia tidak mau kompres annya diangkat dan keningnya dipegang oleh Doyoung.
Ketika Chaeyeon tahu jika ia dihampiri oleh Doyoung pun, hatinya sudah berdebar tidak karuan. Apalagi jika Doyoung sampai menyentuh keningnya. Chaeyeon tidak mau sampai pipinya menjadi merah padam.
"Tuh kan kamu enggak mau diperiksa, berarti beneran bohong! " ujar Doyoung yang tidak henti-hentinya memaksa untuk mengetahui rasa permukaan dahi Chaeyeon.
"Enggak ih kakak, Chaeyeon beneran lagi sakit. " elak Chaeyeon yang tanganya selalu menepis tangan Doyoung agar tidak lolos untuk menyentuh dahinya.
Dengan kekuatan rasa penasaran, akhirnya Doyoung memegangi tangan Chaeyeon agar tidak terus memukul tanganya.
Hingga penglihatan mereka saling beradu, Doyoung berhenti bergerak begitu juga Chaeyeon. Namun jangan lupa tangan mereka yang bertautan, lebih tepatnya. Doyoung memegangi kedua tangan Chaeyeon. Menguncinya.
Hati Chaeyeon kembali berdebar. Berbeda dengan Doyoung yang mungkin kini hatinya bukan lagi berdebar melainkan berdesir bagaikan ombak lalu meletus bagaikan gunung berapi.
Dengan cepat Doyoung melepaskan tangan kanannya yang memegang tangan kiri Chaeyeon, lalu beralih menyentuh kening gadis itu. Yang kompres annya sudah jatuh sejak awal.
"Kamu beneran panas. "
Ucapan Doyoung berhasil membuat Chaeyeon sadar. Chaeyeon menarik tangan kanannya yang masih dipegang oleh Doyoung.
Kedua tanganya menarik selimut, menutupi semua wajahnya. Tubuhnya.
Apapun yang terjadi, Doyoung tidak boleh tahu jika Chaeyeon kini tengah mengontrol deru nafasnya, Doyoung tidak boleh tahu jika Chaeyeon kini tengah berusaha tidak berdebar, Doyoung tidak boleh tahu jika Chaeyeon kini tengah menyembunyikan wajah merahnya.
'Tidak boleh! '
Doyoung sendiri hanya mengerjap, ia menghela nafas lalu beranjak. Tingkahnya menjadi tidak karuan setelah tadi, pikirannya dihiasi Chaeyeon yang menatapnya tadi.
"Oh Doyoung suka sama yang itu. " suara ejek kan itu berhasil Doyoung tangkap di pendengarannya.
Doyoung berbalik melihat siapa yang berdiri dibalik perbatas kain antara ruang kesehatan siswi dengan siswa, tapi masalahnya ini bukan hanya siapa. Tapi siapa-siapa saja yang ada disana.
Ada Ten, Lucas, Wonwoo, Taeyong, dan tidak tahu mahluk ini bisa sampai kesini. Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Idaman 「 Kim Doyoung X Jung Chaeyeon 」
Conto[ Enggak semua orang menilai dari luarnya dulu ] "Dia lucu kok, cantik juga, baik lagi. " -Kim Doyoung. "Kakaknya ternyata cuek, mungkin karena dia enggak suka gue kali ya. Makanya gitu, " -Jung Chaeyeon. ☑non baku ☑up kadang ☑typo maafkan Start: En...