Bagian Lima

138 11 0
                                    

Shana Ayasha: Gue take off jam dua, Ya. Koper gue banyak, jangan lupa minta bantuan pacar lo ya

Setelah mengirimi pesan untuk Freya, Shana memasukkan ponselnya ke dalam tas sling bag nya itu. Pikirannya masih berkecamuk, memikirkan apa yang terjadi dengan Fariz. Bisa-bisanya Fariz mengucapkan hal seperti itu saat Shana ingin pergi, walaupun akhirnya Fariz akan menyusulnya ke Jakarta, tapi tetap saja.

Bukan, bukannya Shana tidak suka dengan Fariz. Siapa sih yang tidak mengagumkan seorang Fariz, sudah ganteng, baik, pinter pula. Pasti semua orang mengagumkannya. Fariz sangat baik, jika Shana disuruh menghitung kebaikannya, mungkin Shana tidak sanggup karena terlalu banyak.

Selama ini, Shana pikir ia hanya kagum dengan Fariz. Tapi jika dipikir-pikir, bukan hanya kagum. Kita lihat saja perkembangannya jika Fariz benar-benar menyukainya. Apakah Fariz akan menyusulnya ke Jakarta atau hanya omongan semata.

Shana lebih memilih memejamkan matanya selama di pesawat, karena dia benar-benar sangat mengantuk. Dengan telinga memakai earphone, Shana benar-benar tertidur hingga Jakarta.

Kurang lebih tiga belas jam didalam pesawat, akhirnya Shana mendarat di Jakarta. Selama tiga belas jam juga Shana tertidur tanpa bangun, dia sangat puas.

Shana berjalan menuju lorong pintu kedatangan, muka bantalnya masih bisa dikondisikan jadi tidak perlu ke toilet untuk memoleskan make up kembali. Namanya dipanggil, dengan keras oleh Freya. Shana tersenyum, lalu menghampirinya dengan semangat.

"Gue kangen banget sama lo, Cha."

Shana membalas pelukan Freya, sambil mencibir ucapan Freya. "Lo bilang kangen sama gue, biar dapet jatah lo kan?"

Freya tertawa, "ngga boleh suuzon gitu deh sama gue. Gue beneran kangen lo."

Shana ikut tertawa. "Iya, Ya. Gue selalu percaya lo kok."

Seperti yang di pesan oleh Shana, Freya benar-benar membawa kekasihnya untuk membantu Shana. Freya adalah satu-satunya teman yang bisa Shana andalkan, seperti ini contohnya.

Selama diperjalanan, Freya tidak berhenti mengoceh. Ingin tahu bagaimana keadaan Shana disana, bagaimana kehidupan disana, apa ada teman yang sama sepertinya, apa teman-teman Shana baik semua, dan...

"Lo disana kan lama, Cha. Masa sih ngga ada bule yang nyantol sama lo?"

Shana tersenyum, ingat kejadiannya dengan Fariz sebelum take off ke Jakarta. "Kalo gue bilang ada, lo percaya ngga?"

Freya menoleh ke Shana dengan tatapan tidak percaya. "Demi apa? Cha, lo ngga lagi di pelet kan? Orangnya baik kan, Cha? Kenalin gue dong, gini-gini gue juga perlu seleksi calon lo nih."

Kan, sudah Shana bilang, Freya itu tidak bisa diam. Kekasihnya saja yang daritadi hanya menyetir dan mendengarkan semua ocehan Freya tersenyum sambil geleng-geleng, gimana Shana yang harus menanggapi semua ocehan Freya?

"Nanti, Ya, gue masih dalam tahap nyoba sama dia." Ucap Shana akhirnya.

"Lo harus cerita abis ini ke gue!"

Kekasih Freya, Gilbran, berdeham. "By the way, ini kita mau kemana? Daritadi gue cuma jalanin mobil tapi ngga tau mau kemana."

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang