Bagian Sembilan

115 7 0
                                    

Sejak menjadi pacar Fariz, hidup Shana benar-benar berubah. Fariz yang sangat perhatian membuat Shana kembali merasakan debaran-debaran yang sudah lama mati. Baru seminggu statusnya berubah, Shana sudah tahu bagaimana sifat Fariz yang selama ini ditutupi. Sangat manja.

"Sha, makan siang bareng aku yuk." Fariz mendatangi kubikel Shana.

Shana melirik arloji nya, belum jam makan siang. "Ini masih jam sebelas, Riz."

Fariz menopang dagunya. "Ngga papa. Aku kan bos nya disini."

Shana terkekeh, mengacak rambut Fariz gemas. "Mentang-mentang kamu bos nya ya, bisa seenaknya."

"Sekali-kali, Sha. Kan di Jerman aku ngga bisa kayak gini."

"Aku udah janji sama Freya tapi, mau makan siang bareng."

Fariz mengerucutkan bibirnya. "Kamu lebih milih Freya dibanding aku, males deh aku sama kamu."

"Ngga gitu, Fariz."

Fariz mengangguk. "Iya, nanti aku izin sama Freya mau ikut makan siang bareng kalian."

Shana tersenyum. "Iya, Fariz. Jam dua belas kurang kamu kesini lagi, oke?"

Fariz kembali mengangguk mengerti, "iya sayangku."

Shana menggelengkan kepalanya saat Fariz meninggalkan kubikel miliknya. Shana tidak tahu kalau Fariz adalah atasannya, karena Fariz tidak pernah memberi tahu dimana ia bekerja kepada Shana.

Jangan tanyakan ekspresi Freya saat dia tahu kalau Fariz dan Shana jadian, ditambah lagi kalau Fariz ternyata atasannya dikantor. Freya makin tidak bisa berhenti mengoceh yang membuat Shana pusing.

Masih ada setengah jam lagi, Shana mengambil ponselnya dan mengirimi Freya pesan.

Shana Ayasha: Fariz udah bilang mau makan bareng kita?

Setelah itu Shana kembali mengerjakan tugasnya. Untung saja tugas Shana tidak se-hectic kemarin, jadi Shana bisa sedikit santai.

Ponselnya berdering, dengan sigap Shana langsung mengambilnya dan melihat siapa yang menelponnya. Fariz. Senyum kembali mengembang dengan lebar.

"Udah jam dua belas kurang, Sha."

"Iya, ini aku mau beres-beres dulu."

"Aku tunggu starbuks ya."

Dahi Shana mengernyit. "Kamu kan belum makan, kok minum kopi?"

"Hehe, lagian aku ngga tau mau ngapain, jadi ke starbuks deh."

"Yaudah, kamu tunggu disana. Aku sama Freya mau turun."

Shana mematikan ponselnya, "yuk, Ya."

Freya mengangguk. "Lo seriusan mau ngajak Fariz? Kan gue mau cerita ke lo, Cha."

"Lo cerita aja ngga papa, anggap aja ngga ada Fariz."

Shana dan Freya turun menuju starbuks. Untung saja semenjak Shana bekerja dikantor yang sama dengan Fariz, dirinya tidak di gosipkan macam-macam. Ya, mungkin ada, tapi tidak sampai di telinga Shana. Lebih baik begitu.

Tapi yang Freya pernah dengar, Shana bukan di gosipkan dengan Fariz, melainkan dengan salah satu HRD yang pernah wawancara dengan Shana. Maka dari itu, Fariz langsung terang-terangan menunjukkan kalau dirinya dan Shana yang mempunyai hubungan. Bukan dengan HRD itu.

"Kita mau makan dimana?" Tanya Fariz.

"Di tempat yang biasa gue sama Chacha makan aja, biar ngga jauh-jauh banget."

Fariz mengangguk. "Jalan kaki kan?"

"Iya."

"Eh iya, Cha, kemarin gue dapet kabar dari Jihan kalau Raffi cerai dari istrinya." Freya membuka suara.

Shana menoleh, "ya terus?"

Freya mengangkat bahunya. "Gue cuma bilang, kali aja lo merasa iba gitu sama dia." Ucapnya. "Inget yang di sebelah lo." Bisik Freya.

"Gue denger ya."

Freya terkekeh, "eh, kirain ngga denger."

"Raffi itu siapa?" Tanya Fariz.

Freya menggelengkan kepalanya secara dramatis. "Lo ngga tau? Itu tuh mantannya Shana yang paling bejat."

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang