Bagian Dua puluh satu

74 6 0
                                    

Tanggal pernikahan mereka semakin dekat, Shana semakin khawatir dengan reaksi Saka jika mereka benar-benar sudah menikah. Saat Fariz dan keluarganya datang untuk melamar Shana, Saka bahkan hanya tidak mengeluarkan sepatah kata yang membuat Shana takut.

Padahal Saka sudah diberitahu Alsha maupun Biyan, untuk memberi restu kepada Shana. Tapi tetap saja dia bilang kalau Saka tidak bisa, dan menyerahkan semua acara lamaran Shana kepada Alsha dan Biyan.

Sebenarnya Alsha dan Biyan juga tidak tahu apa yang sedang Saka pikirkan, tapi mereka tidak bertanya langsung kepada Saka. Alsha tidak mau Saka kembali pergi meninggalkan rumah seperti beberapa tahun lalu. Cukup kemarin saja.

Hari ini seperti jadwal yang sudah ditentukan oleh Thalia dan pihak butik, fitting baju. Harusnya Shana senang, tapi ada perasaan yang mengganjal hatinya. Mungkin karena tidak mendapat restu dari Saka.

"Coba kamu pakai yang ini dulu, Sha." Ucap Thalia sambil menunjuk satu gaun dengan bagian punggung yang terekspos.

Shana mengangguk. "Shana coba ya, Ma."

Shana masuk kedalam ruang ganti ditemani oleh salah satu pegawai disana. Shana melihat dirinya di pantulan cermin, tersenyum dengan nanar. Pikirannya benar-benar sangat kacau sekarang.

Setelah selesai, Shana keluar dari ruang ganti, Thalia menatap takjub kepadanya. Sangat sempurna.

"Coba yang ini, Sha. Nanti pilih ya, lebih bagus yang mana." Ucap Thalia.

Shana lagi-lagi hanya mengangguk, masuk ke ruang ganti dan mengganti gaun itu dengan gaun yang lain. Setelah selesai, Shana kembali keluar. Thalia langsung tersenyum.

"Kamu pilih, Sha, mau yang mana."

"Kalo aku pilih yang ini aja gimana, Ma?"

Thalia mengangguk. "Iya, pilihan yang bagus."

Baru saja Shana selesai mengganti bajunya kembali, dia langsung mendapat telepon dari Alsha kalau Saka habis memukul Raffi yang kembali berkunjung ke rumahnya.

Shana memejamkan matanya, mencoba tenang. Alsha menyuruh Shana pulang, takut-takut Saka berbuat lebih jauh lagi kepada Raffi. Tapi Shana tolak, dia merasa tidak enak jika harus meninggalkan Thalia sendirian dan yang mengurusi semua pernikahannya.

"Kenapa, Sha?" Tanya Thalia.

Shana menggeleng, "ngga papa kok, Ma. Yuk, jadi ke tempat undangan kan?"

"Jadi dong!"

Shana dan Thalia pergi selama seharian penuh, dan Fariz baru bisa menemaninya saat sore tiba. Maklum deh, pekerjaan kantor sangat tidak bisa ditinggal. Saat Fariz datang, Shana benar-benar melupakan semua masalahnya. Fariz sangat bisa membuat semua emosi Shana menjadi reda.

Mengurus segala macam yang dibutuhkan saat pernikahan memang sangat menguras tenaga, pikiran, dan juga waktu. Makanya Shana memilih untuk cuti dan mengurus semua hari ini sampai benar-benar selesai. Dan sekarang disinilah Shana, didalam mobil bersama Fariz yang sudah hampir pagi.

"Aku masuk ya, Riz." Ucap Shana.

Fariz mengangguk. "Langsung tidur ya, besok kita lanjut lagi. Kamu jangan capek-capek."

Shana mengangguk, dan turun dari mobil Fariz. Dia memasuki rumahnya, tentu saja sudah melupakan semua masalahnya. Tapi saat Shana tiba diruang televisi, Shana mendapati Saka yang sedang menonton tayangan yang Shana tebak itu bukan tayangan yang Saka suka.

"Lo baru balik?" Tanya Saka tanpa melihat Shana.

"Iya. Kakak ke kamar dulu ya."

Saka menghela napasnya. "Lo ngga nanya gue kenapa bisa mukulin mantan lo?"

Belum juga kaki Shana menyentuh anak tangga, dia terdiam ditempat.

"Gue mukulin mantan lo, karena dia pantes. Dia udah bikin Kakak gue sakit, dia udah bikin cewek yang gue suka hamil duluan, dan dia bilang," Saka memejamkan matanya. "Dia bilang, kalo gue yang bikin mama sama papa meninggal dan bikin lo pergi."

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang