Bagian Sembilan belas

69 6 0
                                    

Ini adalah hari ke tujuh semenjak Saka pindah ke Indonesia. Hari-hari Shana tentu saja berubah. Bagaimana tidak, setiap hari Saka selalu ke kamarnya dan tertidur pulas hingga tengah malam, setelah itu Saka baru pindah kamar.

Banyak juga sifat dan sikap Saka yang belum Shana ketahui selama ini, yaitu keras kepala.

Shana berusaha memakluminya, mungkin semenjak pindah ke luar negeri, Saka terlalu di manja maka dari itu jadi seperti ini. Terlebih lagi, Saka tidak menyukai Fariz. Shana harus lebih bersabar menghadapinya.

"Gue ngga suka ya, Kak, lo sama dia."

Shana memegang pundak Saka, "coba jelasin ke Kakak, kenapa kamu ngga suka sama Fariz."

Saka melepas tangan Shana yang berada di pundaknya. "Lo ngga bakal ngerti, Kak."

"Ka, jangan gini dong. Kakak kan udah lama banget ngga ngerasain suka-sukaan kayak abg, masa kamu tega sih sama Kakak."

"Pokoknya, kalo sampai lo nikah sama dia. Gue ngga bakal restuin lo." Saka meninggalkan Shana di kamarnya dengan pikiran yang tidak bisa gambarkan.

Shana tidak mengerti mengapa Saka seperti kepada Fariz, padahal setiap Fariz datang ke rumahnya, dia selalu mengajak ngobrol Saka dan menjalin hubungan baik olehnya. Tapi tetap saja tidak disambut baik oleh Saka.

Shana memijat pangkal hidung, tidak tahu lagi bagaimana menghadapi Saka yang seperti ini. Shana berharap, Fariz dan Saka bisa berhubungan baik dan merestui hubungan mereka.

Ponsel Shana berdering, menandakan ada telepon masuk. Diambilnya ponsel itu dan menghela napasnya berat, Shana mencoba menjawab telepon itu setenang mungkin.

"Lo udah dirumah belum, Cha?"

"Udah."

"Gue ke rumah lo ya, mau nginep."

"Iya, Ya."

"Lo kenapa, Cha?"

"Nanti gue cerita kalo lo udah disini."

Shana mematikan sambungan telepon itu dengan sepihak. Seragam belum diganti oleh piyama tidur, tapi Shana sudah merebahkan tubuhnya di kasur.

Rasanya Shana sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan hubungannya dengan Fariz yang tidak mendapat restu dari Saka. Sambil memejamkan matanya, Shana kembali berpikir, lagi dan lagi.

"Kak, ada yang nyariin lo tuh dibawah." Tanpa mengetuk pintu, Saka membukanya sambil melipat tangan didepan dadanya. Matanya kembali menatap tidak suka ke arah Shana.

"Siapa?"

Saka berjalan mendekati Shana, "pacar lo." Saka merebahkan dirinya di samping Shana. "Sana lo ke bawah, nanti dia nunggu lo lama."

Shana langsung melangkahkan kakinya ke luar, menemui Fariz. Dan berharap segala penatnya hilang. Semoga saja.

Senyum Fariz mengembang saat matanya menangkap perempuan yang dia rindukan. Shana memeluk Fariz dengan erat, membuat Fariz kebingungan dengan sikapnya. Tentu saja Fariz bertanya dalam hati.

"Aku mau ngomong sama kamu." Shana melepas pelukannya.

Fariz mengangguk, tangannya terjulur untuk mengelus rambut Shana. "Kenapa?"

Shana menundukan kepalanya. "Saka ngga suka sama hubungan kita."

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang