Bagian Delapan belas

70 6 0
                                    

Soekarno-Hatta 11.30

Shana duduk berhadapan dengan Fariz, Shana dengan teh hijau dan Fariz dengan americanno andalannya. Sambil menunggu Saka landing, mereka saling bertukar cerita satu sama lain.

Saka Gyrsha: Lo dimana?

Shana Ayasha: Starbuks, sini ya

Belum juga Shana memasukkan ponselnya ke dalam sling bag kesayangannya, dia sudah melihat Saka dengan bingung. Shana langsung melambaikan tangannya, agar Saka menyadari keberadaannya.

Saka berjalan kearah mereka, matanya seolah menyorotkan kebingungan yang sangat jelas. Setelah sebelas tahun tidak berkunjung ke Indonesia, jelas merasa asing baginya.

"Hai, miss you." Shana memeluk Saka dengan erat, menyalurkan kehangatan diantara mereka berdua.

"Gue juga." Saka membalas pelukan Shana, mengelus punggung yang terlihat tegar padahal rapuh.

Shana melepaskan pelukannya, menyuruh Saka duduk. "Kenalin dulu, Ka. Ini pacarku, Fariz namanya."

Fariz mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, "Fariz."

Saka membalas uluran tangan Fariz, menatapnya dalam-dalam. Karena tidak percaya Shana mempunyai pacar. "Saka."

"Kamu mau pesan minum, Ka?" Tanya Fariz.

Saka menggeleng, "berdua, Kak Chacha aja." Ucapnya sambil mengambil minuman Shana lalu meminumnya tanpa permisi.

Shana menggelengkan kepalanya dengan heran, "kamu tuh kalo haus, jangan punya Kakak kamu minum juga, Ka."

"Kak Alsha masih tinggal dirumah kan?" Saka mengalihkan pembicaraan.

Shana mengangguk. "Kita pulang aja yuk."

Saka dan Fariz hanya menurut dengan perkataan Shana. Di dalam mobil, Saka tidak mengeluarkan suaranya jika tidak diajak ngobrol. Mengedarkan pandangannya ke jalanan Jakarta yang sangat padat.

Jika diingat, Saka meninggalkan kota ini dengan perasaan yang sedih. Dan sekarang, kembali ke Jakarta juga dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Bukan, kehidupannya di Aussie sangat berkecukupan, tapi ada satu hal yang membuat Saka seperti ini.

"Saka!"

Saka memeluk Alsha, Kakak sepupu satu-satunya yang Saka dan Shana punya, dengan erat. "Kangen banget sama lo."

"Gue juga!"

Saka melepas pelukannya, "lo taruh ini dikamar gue dong tolong, gue mau disini dulu."

Alsha mengambil koper yang Saka bawa, Shana juga ikut ke kamar Saka untuk membantu Alsha membereskan koper Saka. Dan disinilah Saka sekarang, duduk dihadapan Fariz.

Saka menatap Fariz dari atas hingga bawah, lalu menghela napasnya berat. "Lo pacarnya Kak Chacha?"

Fariz mengangguk. "Iya."

"Satu kantor?"

Fariz kembali mengangguk. "Iya."

"Lo serius sama Kak Chaca?"

Fariz dengan ragu menganggu. "Iya."

Saka tersenyum miring, "kalo lo ngga serius sama Kakak gue, mending ngga usah pacaran deh."

"Gue serius."

"Kalo sampai lo nyakitin Kakak gue, jangan harap muka ganteng lo ngga gue ancurin."

Saka meninggalkan Fariz dengan pikirannya sendiri. Saka puas berbicara dengan Fariz seperti itu, karena dia yakin, Fariz tidak serius dengan Shana. Hanya mempermainkannya. Saka sangat yakin.

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang