Bagian Dua puluh

81 6 0
                                    

"Kamu mau makan apa?"

"Nasi bakar sama ikan pecak, kamu mau makan apa?" Shana menatap Fariz.

"Sama aja kayak kamu."

Shana memberi tahu pelayan perihal pesanan mereka, setelah itu Shana mendapati Fariz yang tengah menatapnya  penuh makna. Shana ikut tersenyum.

Fariz menggenggam tangan Shana, menatapnya punggung tangan wanitanya sambil tersenyum. "Pernikahan kita, udah diurus sama mama."

Senyum yang bertengger di bibir Shana, luntur begitu saja. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

Fariz menatap Shana dalam. "Kamu.. Ngga suka ya?"

Shana membalas tatapan Fariz, "ngga gitu, Riz. Tapi Saka gimana?"

"Saka biar jadi urusan aku, kamu tenang aja."

Shana menunduk. "Aku takut, Saka berbuat macam-macam sama kamu."

Tangan Fariz yang satu lagi terjulur ke kepala Shana untuk diusap pelan, "ngga, Sha. Percaya deh sama aku."

Shana mengangguk. Ia harus percaya kepada Fariz. Shana juga tidak akan menyerah begitu saja karena hubungannya ditentang oleh Saka, dia harus bisa meyakinkan Saka.

Setelah itu makanan yang tadi mereka pesan datang, Shana dan Fariz langsung memakannya karena sudah lapar. Diam-diam Shana tersenyum sambil menatap Fariz.

Tiba-tiba seseorang menghampiri meja mereka, seorang perempuan yang sangat Fariz kenal. Shana juga kenal, bukan, Shana hanya tahu. Perempuan yang pernah digosipkan dengan Fariz dikantor.

"Hai, Riz."

Fariz mendongak. "Oh, hai."

"Makan disini juga?"

Shana menatap wanita itu dalam diam. Membiarkan Fariz bercengkrama dengan wanita yang tidak dia kenal itu. Sebenarnya, sakit sih, tapi mau gimana lagi?

"Iya." Fariz tersenyum.

"Aku duduk disini ya, Riz, ngga papa kan?" Tanyanya.

Fariz mengangguk. Saat Fariz mengangguk Shana benar-benar mau pergi dari sana, dibiarkan begitu saja, siapa yang mau sih emangnya? Tidak ada.

Shana kembali makan makanannya dalam diam, mendengarkan segala ocehan yang dilontarkan oleh wanita yang ada dihadapannya sekarang. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Fariz saat mendengarkan ocehan wanita itu, sangat mendengarkan.

Makanan Shana sudah habis, dia berniat untuk pergi dari sana sekarang. Shana bangun dari duduknya, dan langsung mendapat perhatian oleh Fariz maupun wanita itu.

Fariz menatap Shana, "kamu mau kemana, Sha?"

"Mau balik ke kantor, dikit lagi masuk. Duluan ya." Shana tersenyum, lalu bergegas pergi dari sana.

Baru saja Shana sampai diluar restoran, Shana mendapati Fariz yang sedang berdiri disampingnya. Senyum Fariz mengembang saat Shana menatapnya.

"Kamu ngapain?"

"Balik ke kantor."

Shana berbalik, menatap meja yang tadi mereka duduki. Sudah tidak ada wanita itu, "ngga nemenin cewek itu ke kantor?"

Fariz tersenyum, "seneng deh, kamu cemburu gini."

Shana memutar bola matanya. "Tau ah, aku males."

Fariz kembali tersenyum, menggenggam tangan Shana. "Tadi itu mantan tunangan aku, namanya Gina. Dia yang sampai sekarang masih ngejar aku, tapi aku udah ngga bisa nerima dia lagi. Aku udah sama kamu sekarang, maafin aku ya, aku udah cuekin kamu tadi." Fariz mengecup tangan Shana.

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang