Bagian Lima belas

81 7 0
                                    

Dua hari lagi Shana berangkat ke Taiwan berkedok ada kerjaan, padahal menghilang sebentar dari tumpukan tugas di kantor.

Banyak persiapan yang harus Shana lakukan agar bisa ikut ke Taiwan, salah satunya harus lembur untuk menyelesaikan semua tugasnya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, ini hari Jumat, yang berarti hari terakhir Shana harus lembur di kantor dan besok melanjutkan tugasnya di rumah. Shana memijat pangkal hidungnya.

"Loh, kamu belum pulang, Shan?"

Shana mendongak. "Belum pak, tanggung dikit lagi."

Ganindra Jaenal, atau biasa dipanggil pak Gan atau pak Ganin, menarik bangku yang dekat dengan Shana lalu duduk. "Dikit lagi kan? Saya tungguin deh, biar bareng ke bawahnya."

Shana menggeleng, "ngga usah pak, saya ngga papa kok. Udah biasa, lagian saya ditemenin mas Heri di kitchen."

"Ngga papa, Sha."

Ponsel Shana berdering, di lihatnya siapa yang menelpon. Fariz.

"Aku di lobby ya, kamu cepet turun."

Fariz memutuskan telepon sepihak, Shana langsung membereskan mejanya. Ingin memeluk Fariz buru-buru agar semua rasa capeknya hari ini hilang.

"Pak, mau turun?" Suara Shana membuat Ganindra menegakkan punggungnya.

"Kamu udah selesai? Ngga papa kok kalo kamu masih mau ngerjain."

Shana tersenyum. "Saya sudah selesai pak."

Akhirnya Ganindra dan Shana turun, dan mereka berpisah di lobby. Shana menghampiri mobil Fariz, dan langsung membukanya. Tersenyum selebar mungkin rasanya sudah menjadi kebiasaan baiknya.

"Mau langsung pulang atau makan dulu?" Tanya Fariz.

"Langsung pulang aja, aku capek banget hari ini."

Tangan Fariz terjulur menepuk pelan kepala Shana, "jaga kesehatan ya, Sha. Bentar lagi kita ke Taiwan loh."

Shana menegakkan tubuhnya lalu hormat kepada Fariz. "Siap bos."

Selama perjalanan menuju rumah Shana, mereka tidak banyak mengobrol karena Shana ketiduran. Efek lembur selama beberapa hari ini. Fariz sebenarnya tidak tega Shana harus lembur beberapa hari ini, tapi bagaimanapun juga, Shana harus menyelesaikan tugasnya sebelum mereka berangkat ke Taiwan.

Ini adalah ide Fariz, dia mempunyai rencana yang sudah matang dipersiapkan. Makanya Fariz meminta Shana ikut dengannya, sekaligus melepas penat bekerja di kantor.

"Sha, udah sampe."

Shana mengerjapkan matanya, "udah sampe? Maaf ya aku ketiduran, capek banget."

Fariz mengangguk. "Iya, yaudah sana."

Shana menghentikan tangannya saat ingin membuka pintu, menghadap Fariz dengan muka bantalnya. "Aku mau peluk tadi, tapi ketiduran. Sekarang boleh peluk ngga?"

Fariz tertawa. "Boleh dong."

Fariz membawa Shana kedalam pelukannya, Shana menghirup dalam-dalam parfum yang Fariz gunakan. Rasanya sangat menenangkan.

"Aku masuk dulu ya."

Fariz mengangguk.

Shana langsung masuk kedalam rumahnya, sampai tidak sadar kalau Fariz belum meninggalkan rumahnya sama sekali. Fariz masih terus memperhatikan Shana, dan benar saja, belum sampai lima menit Shana masuk ke dalam rumahnya, dia sudah keluar lagi.

Fariz menurunkan kaca mobilnya, tersenyum kepada perempuan yang sedang berlari entah kemana itu.

"Anterin aku ke Freya bisa kan?" Ucapnya sambil menahan tangis.

***

Shana: Don't Trust People Too Much✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang