05.

17K 1.1K 13
                                    

"Kenapa kita ke tempat ini?" Tanya perempuan yang kini tengah bergelayut manja pada lengan Avaro.

"Aku ingin kita bermain disini" ujar Avaro, lalu mengukir seringaian miliknya. Ia dengan tiba-tiba mendorong tubuh perempuan itu ke pojok gang buntu tempat mereka berada saat ini. Tidak lupa, Avaro mengeluarkan pisau lipat kesayangannya yang membuat perempuan itu membelalakkan matanya.

"Si-siapa kau sebenarnya?" Tanya perempuan itu dengan nada bergetar takut. Namun, Avaro hanya menyeringai, ia sudah kepalang tidak sabar untuk mendengar pekikan nikmat dari bibir perempuan dihadapannya.

"A-aku bisa ber-teriak dan me-melaporkan dirimu ke polisi" ancam perempuan itu. Akan tetapi Avaro malah mengeluarkan tawa penuh mengejek.

Jleebb,

"Akhh!!" Teriak perempuan itu dengan mata yang terpejam. Bersamaan dengan itu pula, darah mencuat dari perut perempuan tersebut akibat tusukan yang Avaro buat.

"To-tolong henti-kan" mohon perempuan itu.

Namun, dalam kamus perjalanan pria psikopat itu, ia tidak akan pernah mengggubris sedikitpun mangsa yang hampir memuaskan dirinya sendiri.

Kini ia malah memutar pisaunya yang masih tertancap pada perut perempuan itu. Hal tersebut membuat perempuan asing tersebut berteriak penuh kesakitan, ngilu dan nyeri bercampur menjadi satu.

"Ti-tidakk!! Aku mohon" ujarnya ketika perutnya tersayat pisau berputar.

Avaro tersenyum menikmati permainan yang ia buat seperti ini. Pria itu semakin liar kala manik matanya melihat darah yang mencuat dari perempuan tersebut. Setelahnya, tidak ada pergerakan lagi pada perempuan itu.

Mungkin perempuan itu sudah tidak bernyawa. Tidak perduli tentang apapun itu. Kini, Avaro membuka mulut perempuan itu dan menarik lidahnya, dengan tanpa perasaan kasihan sedikitpun, Avaro memotong lidah perempuan itu hingga menyisakan setengahnya.

Tak lupa pula, ia membuat garis memanjang pada lengan perempuan itu, hingga benar-benar puas menikmati setiap tusukan maupun sayatan pisau lipat pada kulit bening perempuan penggoda tersebut. Setelah menatap puas korbannya yang menjadi buruk bentuknya, Avaro segera menelepon seseorang. Mengutus suruhannya agar membereskan setiap ulahnya.

"Kau bereskan semuanya di jalan Hangar, gang buntu!" ucap Avaro, lalu memutuskan sambungan teleponnya. Ia secepatnya masuk ke dalam mobil dan melenggang menuju mansion -nya.

*****

Avara keluar dari kamarnya, ia berjalan menuju tangga dan perlahan menuruni anak tangga. Saat ia akan membelokkan dirinya menuju ruang makan makan, pintu utama terbuka yang memuncullah sosok Avaro.

Manik mata Avara menatap pria itu dengan tatapan bertanya. Namun, sedetik kemudian ia membalikkan tubuhnya, berniat untuk berlari menuju kamarnya.

"Tunggu!!"

Suara dingin bercampur tegas dari Avaro mengintrupsi Avara untuk diam ditempat. Avara tidak membalikkan badannya, ia hanya berharap pria itu tidak menjadikannya sebagai korbannya atau membuat dirinya sekedar menjadi santapan bagi pisau lipat pria iblis tersebut.

"Avara, kau akan kemana?" Tanya Avaro saat berada disamping gadis itu.

Seketika bau anyir menyeruak masuk memenuhi rongga hidung Avara. Gadis tersebut sempat memejamkan matanya, lalu segera menguasai diri.

"Aku ingin ke kamar" ucap Avara yang merasakan pusing karena bau anyir yang berasal dari sisa darah pada kemeja putih Avaro.

"Jangan dulu. Tidakkah kau-"

Romantic But Psychopath(End')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang