Beberapa lama menunggu tenaga kesehatan yang menangani Avara keluar dari dalam ruang IGD, hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruang IGD. Avaro yang awalnya terduduk di bangku tunggu rumah sakit dengan seketika berdiri."Bagaimana kondisi Avara, dok?" Tanya Avaro cemas, sangat cemas.
"Ada dua peluru yang bersarang pada perutnya. Untungnya, peluru itu adalah peluru yang berdaya rusak rendah. Jadi, kami hanya memerlukan tindakan operasi pada perut Nona Avara untuk mengeluarkan peluru itu. Namun, sebelumnya, anggota keluarga harus menandatangani surat persetujuan" jelas sang dokter dengan jelas.
"Apa kau keluarga pasien?" Kata sang dokter selanjutnya."I-iya, saya.. saya suaminya" ucap Avaro mantap. Dokter itu mengangguk dan tersenyum tanda percaya dengan Avaro yang berbohong, setelah itu dokter tersebut melenggang pergi dari hadapan pria itu.
*****
Hingga saat ini, sudah berjam-jam Avara berada di dalam ruang operasi. Avaro benar-benar melakukan peran sebagai suami dengan baik dan bagus, sampai Avara bisa masuk ke dalam ruang operasi untuk dilakukan tindakan dengan tenang.
Namun, hingga detik ini tidak ada satupun tanda-tanda dokter ataupun suster yang akan keluar dari ruangan itu. Pria tersebut mengusap wajahnya gusar. Ia sangat jengah dalam kondisi seperti saat ini.
"Maaf, Tuan Avaro. Ini pakaian yang tuan minta pada saya untuk membawa kemari" kata Melina dengan tiba-tiba. Memang benar, Avaro menelpon orang rumah untuk membawakan beberapa pasang pakaian miliknya sendiri.
"Hm" balas Avaro dengan gumaman. Ia malas harus membahas atau memikirkan hal lain untuk saat ini, selain tentang Avara.
Setelah sekian lama menunggu, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Spontan pria itu berdiri dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana kondisi Avara, dok?" Tanya Avaro dengan tatapan berharap-harap cemas.
"Nona Avara baik-baik saja. Kami berhasil mengangkat dua buah peluru yang bersarang pada perutnya. Hanya saja, ia masih dalam proses pemulihan. Kami harap pihak keluarga untuk tidak menjenguknya terlebih dahulu. Kami akan menyiapkan ruangan untuk Nona Avara. Permisi" ucap sang dokter dan berlalu.
"Apa yang ia katakan?! Aku tidak boleh menjenguk gadisku?!" Ucap pria itu pada dirinya sendiri dengan frustasi.
Pria itu memegang knop pintu ruangan dihadapannya itu. Muncul keinginan dengan menggebu-gebu untuk mengetahui dan melihat bagaimana kondisi gadisnya. Hingga ketika pria itu hendak menekan knop pintu, lengannya tercekal oleh Melina.
"Tuan, tolong untuk kali ini kau jangan bertindak gegabah. Nona Avara sedang dalam masa pemulihan. Ia butuh waktu, tolong mengertilah!" Ujar Melina dengan sabar, tetapi terkesan mengandung nada tegas.
Alhasil, pria itu akhirnya kembali mendudukkan tubuhnya pada bangku tunggu. Namun, dengan rahang yang masih terlihat mengeras. Ia tidak suka dilarang, tapi untuk Avara saja, pria itu lebih memilih mengalah.
*****
Disinilah Avara sekarang, di sebuah ruang rawat inap VVIP, tentunya atas kemauan Avaro. Yang benar saja pria itu akan diam saja saat gadisnya akan dipindahkan menuju ruang rawat inap kelas bawahan. Bisa jadi Avaro membuat bangkrut rumah sakit tersebut.
Avaro menatap wajah Avara dari sofa ruangan tersebut. Gadis cantik itu terlihat masih setia memejamkan matanya, walaupun beberapa jam lalu dokter sudah memastikan bahwa kondisi Avara berangsur pulih dan dapat dijenguk.
Avaro perlahan beranjak mendekati gadisnya yang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Perasaan pria itu hancur, bahkan sangat hancur untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic But Psychopath(End')
Fiksi Remaja~TAHAP REVISI~ Seorang gadis dengan paras cantik yang masih menduduki bangku SMA di salah satu Sekolah Menengah Atas luar negeri harus berhadapan dengan seorang lelaki psikopat yang ternyata adalah lelaki pemikat hatinya sekaligus sahabat kecilnya d...