"Kau yakin akan masuk ke dalam? Kita sudah telat dua jam pelajaran" kata Avara seraya menatap Avaro yang berada di bangku kemudi.Saat ini, mereka sudah berada di depan gerbang sekolah. Namun, Avaro hanya diam, terlihat tidak ada keinginan sedikitpun untuk menoleh kearah Avara. Lain dengan hatinya yang berkecamuk takut akan kehilangan gadis disampingnya itu.
Tinn tinn tinn...
Avaro terus saja menekan tombol klakson. Avara yang berada disampingnya heran sendiri. Apa yang pria ini lakukan? Pikirnya. Sampai Avara harus menghentikan pergerakan pria itu, yang berhasil membuat Avaro menatapnya. Namun, dengan tatapan geram dan rahang yang mengeras.
"Apa?!!" Bentak Avaro yang membuat Avara terlonjak kaget dan menarik tangannya yang tadi menghentikan Avaro.
"A-apa yang kau lakukan? Mengklakson seperti itu?" Tanya Avara gugup.
"Bukan urusanmu! Jika kau ingin keluar, keluarlah!" Ketus Avaro. Sungguh seketika itu juga Avara merasakan sakit pada hatinya.
Katakanlah jika Avara mulai merasakan rasa yang berbeda pada pria itu. Tanpa pikir panjang, Avara keluar dari dalam mobil, dengan setetes air mata yang menyertainya. Ia tak pernah dibentak, dan sekarang ia dibentak oleh Avaro?
Lain dengan Avaro, pria itu memukul keras setir mobilnya. Ia sangat merutuki dirinya sendiri, apa yang telah ia lakukan pada gadisnya? Dasar bodoh!! Maki pikirannya.
"Aku harus mencari korban" gumam Avaro dan melenggang pergi.
*****
Avara akhirnya masuk ke dalam lingkungan sekolah. Ia masih tak habis pikir dengan pria itu, bisa-bisanya ia dibentak dan ditinggalkan begitu saja. Gadis tersebut berlari kecil untuk menuju kelasnya, ia sudah pasrah jika harus dihukum berlari lapangan atau hukuman dalam bentuk apapun itu.
Sedangkan di sisi lain, Avaro tengah menatap sekelilingnya. Lumayan sepi. Kemudian, ia menyusuri jalan yang mungkin hanya ada beberapa orang berlalu lalang.
Ia menatap seorang pria dewasa yang duduk pada sebuah bangku taman. Dengan segera, Avaro menginjak pedal gas untuk mendekati korbannya. Avaro keluar dari mobil dan berjalan untuk mendekat ke arah pria dewasa tersebut.
"Maaf, bisakah aku meminta pertolonganmu?" Ucap Avaro memulai aksinya.
"Dengan senang hati. Apa yang harus aku tolong?" Tanya pria itu.
"Ikutlah denganku" pinta Avaro sopan dan sayangnya pria itu menurut pada kalimat manis Avaro.
"Masuklah!" kata Avaro dan pria itu segera masuk ke dalam mobil.
Setelah sampai tujuan, Avaro berjalan menuju pintu utama sebuah rumah tua yang sepi. Ia tak henti-hentinya menunjukkan seringaiannya. Avaro sangat ingin mencium bau darah dan mendengar jeritan korbannya dan itu semua terjadi karena ulahnya.
"Apa yang perlu aku lakukan?" Tanya pria itu dengan menatap Avaro.
"Kau masuk, sepertinya ada orang yang akan dibunuh di dalam sana" ucap Avaro meyakinkan pria itu.
Bodohnya, pria itu malah tidak merasa ada hal aneh. Entah ia terlalu baik atau Avaro yang memang jago dalam dunia akting. Pria tersebut beranjak untuk masuk ke dalam rumah dihadapannya. Lain dengan Avaro yang menyeringai puas atas awal yang ia lakukan.
Setelah lumayan jauh masuk kedalam, pria itu tidak menemukan siapa-siapa. Pria itu membalikkan badannya untuk bertanya pada Avaro.
Jleeb,
Dengan tiba-tiba sebuah pisau lipat menusuk mata kirinya, saat ia baru saja menghadap ke arah Avaro. Itu membuat pria tersebut menjerit histeris penuh kesakitan.
Kini, ia tahu dan mengerti, siapa orang yang dimaksud Avaro akan terbunuh di dalam sini, ialah dirinya sendiri.
"Arghhh!!" teriak pria itu saat mata kanannya ditusuk pula oleh pisau lipat kesayangan milik Avaro.
Ia berusaha memberontak agar Avaro menghentikan aksinya, tapi hasilnya pasti akan nihil. Apalagi dengan kedua matanya yang terasa sangat sakit dan ditambah lagi dengan tatapannya yang gelap.
"Apa yang kau mau? Jika kau mau uang, katakanlah nominalnya. Tapi aku mohon.. jangan membunuhku" mohon pria itu.
Avaro tersenyum miring, ini yang sangat ia suka, korbannya memohon-mohon seperti ini. Ditambah dengan melihat darah yang mencuat dari kedua mata pria itu, naluri lapar akan aroma darah semakin terasa menyiksa Avaro.
"AKU TIDAK BUTUH UANG!! AKU SUDAH KAYA!!" Ucap Avaro tinggi, lalu mengeluarkan tawa devilnya. Sungguh mengerikan.
"Akhhh!!" teriak pria itu lagi saat pisau lipat Avaro menusuk dada tepat pada jantung pria itu berada.
Dengan seketika, pria itu tidak bernyawa dibuatnya. Avaro tersenyum puas. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi orang suruhannya untuk membereskan korbannya.
Salah satu kelebihan Avaro, ia bermain dengan sangat rapih. Berkali-kali polisi melacak kasus pembunuhan. Namun, satu kali pun ia tidak pernah menerima surat panggilan dari petugas kepolisian.
Avaro membuka baju sekolahnya yang sudah dipenuhi oleh darah, ia membuang baju dan juga pisau lipatnya ke sembarang arah, membiarkan orang suruhannya yang membereskan semua.
Setelah itu, ia masuk ke dalam mobilnya, lalu meraih sweater hitam pada jok belakang dan dengan cepat mengenakannya. Saat ia akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba seseorang terlintas pada benak dan pikirannya.
Avara -batin Avaro.
"Bodoh!! Avara pasti dihukum" umpat Avaro dan segera menginjak pedal gas, melenggang dari halaman rumah sepi itu untuk menuju sekolahnya.
TBC
Masih bagian 6 nih guys, buat yg udh baca di akun aku yg pertama.. mungkin kalian nunggu yg bagian ke-13 dan selanjutnya. Tapi aku disini berharap, semoga kalian baca ulang cerita ini dari bagian 01🙃✨
Dan untuk alur cerita masih sama, cuma ada beberapa kata mungkin yang sedikit aku tambahkan agar lebih enak gitu kalau dibaca😉
Jadi, stay tuned untuk bagian selanjutnya😍 pantengin terus sampe ending 🙌
Vote dan comment😉
Love semuaaaa❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic But Psychopath(End')
Novela Juvenil~TAHAP REVISI~ Seorang gadis dengan paras cantik yang masih menduduki bangku SMA di salah satu Sekolah Menengah Atas luar negeri harus berhadapan dengan seorang lelaki psikopat yang ternyata adalah lelaki pemikat hatinya sekaligus sahabat kecilnya d...