08.

12.6K 830 5
                                    


Avara berdiri pada halte yang berada di depan sekolah. Namun, tidak ada satupun kendaraan umum yang lewat. Ia menyipitkan matanya, ketika manik matanya menatap jalanan aspal yang terasa lumayan membuat silau.

Hingga sebuah motor sport menghampirinya, lalu disusul dengan sang empunya motor membuka helm yang ia kenakan. Terukir sebuah senyum disudut bibir orang tersebut yang dibalas segera oleh Avara.

"Kau menunggu siapa?" Tanya orang itu.

"Angkutan umum" jawab Avara singkat.

"Ikutlah denganku, aku akan mengantarmu pulang" tawarnya.

Avara terdiam, mencoba menimang tawaran orang tersebut. Mengingat sekolah sudah sepi dan Avaro yang pergi karena ada urusan penting. Oh ayolah, mengapa Avara menjadi bergantung pada pria itu sekarang? Membingungkan.

"Baiklah, terima kasih, Dafa" ucap Avara final dan bergerak untuk menunggangi pula motor sport milik pria bernama Dafa tersebut.

*****

Hari sudah beranjak menuju ke malam hari, tetapi pria itu tidak menampakkan dirinya. Avara terlihat mendudukkan tubuhnya pada sofa ruang tengah, ia heran dengan dirinya yang saat ini, mengapa ia jadi memikirkan Avaro? Bahkan ia rela menunggu pria itu hingga malam seperti ini? Avara menghembuskan nafas gusar.

"Apa ada yang mengganjal pikiran nona?" Tanya Melina dengan tiba-tiba.

"Oh, tidak" ujar Avara cepat.

"Lalu, apa nona tidak ingin untuk mengetahui lebih dalam tentang Tuan Avaro?" Tawar Melina.

"Menarik juga" gumam Avara, lalu mengangguk.

"Baiklah, saya akan menceritakan tentang tuan Avaro. Ia anak yang hebat itu yang saya dapatkan. Ia sangat baik, tapi karena dendam yang masih ada dihatinya, itu sering mengalahkan akal sehatnya" ucap Melina start.

"Ia pria yang tangguh, ia bisa hidup dan besar tanpa kedua orang tuanya. Bahkan karena ketangguhannya, ia sukses dalam merintis sebuah perusahaan yang kini menjadi sangat melejit dan terkenal"

"Kau perlu tahu pula, ia adalah seorang pria yang sangat membenci orang-orang yang berani merebut miliknya hingga orang itu memohon akan hidup ataupun matinya. Sama seperti ia membenci salah satu wanita yang merusak keluarganya. Ia menjadi seperti sekarang ini karena dendam"

"Satu yang nona perlu tahu, ia membutuhkan nona. Ia hanya ingin nona terus berada disisinya dan selalu menyemangati serta memberi pengertian untuknya. Perlahan ia akan berubah menjadi pria yang lebih hangat atau mungkin sangat hangat" jelas Bu Melina panjang lebar.

Avara terdiam, Indra pendengarnya menyimak seluruh kalimat yang dilontarkan Melina, tidak ada satupun kata Melina yang terlewatkan oleh telinga Avara. Kini, ia percaya apa yang pria itu katakan saat di rooftop  sekolah adalah benar adanya.

"Jadi, ia memiliki perusahaan?" Tanya Avara dengan membeo.

"B-bahkan ia masih terlalu muda untuk memimpin perusahaan yang terkenal" ujar Avara tak percaya. Namun percayalah, ia menyimpan rasa bangga sekaligus kagum terhadap pria itu.

"Itulah Tuan Avaro. Jadi, tetaplah bersamanya, cintai ia. Aku yakin, kau bisa melakukannya" ucap Melina dengan senyumnya, lalu permisi untuk melenggang pergi.

*****

Tengah malam Avara bangun dari tidurnya, gadis itupun bangkit dari posisi tidurnya. Ia harus mengambil segelas air mineral. Perlahan kakinya beranjak menuju pintu dan membukanya. Ketika ia membuka pintu kamarnya, gadis itu terlonjak kaget karena melihat Avaro yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Avara gelagapan yang membuat Avaro menatap gadis dihadapannya itu dengan lekat.

"Apa saja yang kau lakukan dengan Dafa?" Tanya Avaro kesal. Katakanlah jika Avaro memiliki sisi posesif untuk gadis itu.

Avara melemparkan tatapan terkejut, darimana pria itu tahu jika ia pulang dengan Dafa?

"K-kau tahu darimana?" Tanya Avara, pasalnya ketika ia sampai di mansion megah tersebut, sang tuan rumah sedang tidak berada di dalamnya.

"A-pa Sa-ja ya-ng ka-u la-ku-kan ber-sa-ma Da-fa. Hm?" Ulang Avaro tanpa menghiraukan pertanyaan Avara, pria tersebut semakin menatap lekat manik mata gadis dihadapannya itu. Ia juga menekankan setiap perkataannya pada kalimat yang di ucapkan.

Avara merasa tiba-tiba kerongkongannya sedikit seret. Namun, apa yang perlu dirisaukan, toh Dafa hanya sahabatnya saja, bukan?

"Jawab, Avara!" Titah Avaro mulai terlihat geram.

Gadis dihadapannya itu menelan paksa salivanya sesaat. "Kau menganggap diriku apa?! Sehingga kau bertanya apa yang sudah aku lakukan dengan Dafa!! Aku ini gadis baik, aku hanya diantar pulang saja" celoteh Avara.

Avaro mengukir sebuah senyum tipis, sangat tipis pada sudut bibirnya. Akhirnya ia bisa melihat dan mendengar celotehan itu lagi.

"Aku menganggapmu gadis baik juga. Bahkan, aku menganggapmu sebagai kekasihku" ucap Avaro seraya menatap Avara dengan tatapan yang berubah menjadi dalam.

Avara merasakan tubuhnya menegang, perlahan manik matanya bergerak untuk menatap Avaro. Entah rasa apa yang hadir dalam perasaanya. Gadis itu merasa bahwa pria yang kini dihadapannya itu adalah Avaronya. Avaro yang sangat ia rindukan.

"Jadilah kekasihku" ucap Avaro dan menarik Avara ke dalam dekapannya.

Avara hanya diam, ia sendiri bingung, kenapa ia tidak menolak pelukan itu? Yang sayangnya pelukan itu terasa sangat nyaman dan mungkin ia rindukan.

Avara menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan Avaro. Air matanya seketika jatuh mengalir pada pipinya. Ia rasa pria ini benar. Pria ini benar-benar Avaronya.

Terlihat Avara mengeratkan pelukannya. Seakan-akan menyalurkan rasa rindu lewat pelukan itu. Avaro mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Avara dengan lembut.

"A-apa kau benar-benar Avaroku?" Tanya Avara polos tanpa melepaskan pelukan itu. Seketika, Avaro mengukir senyum khasnya.

"Iya, aku Avaromu. Avaro yang merindukan Avaranya" jawab Avaro pelan. Namun, dapat terdengar jelas oleh Avara yang berada dalam dekapannya.

Avara merenggangkan pelukan mereka, lalu menatap Avaro yang juga menatapnya. "Sekarang kau lebih baik istirahat, Avara. Ini sudah larut malam" kata Avaro saat sudah benar-benar terlepas dari pelukan rindu mereka.

Ada rasa tidak ingin berpisah walaupun untuk beristirahat, tetapi Avara memilih mengangguk dan masuk kembali ke dalam kamarnya. Bahkan, gadis itu lupa untuk mengambil segelas air mineral.



TBC

Stay tuned buat bagian selanjutnya. Ini masih kebut"an yak guys😂 klo ada typo yaa maap🙏🤞

Vote dan comment😉

Love semuaaaa❤️

Romantic But Psychopath(End')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang