8. Disuruh Nikah!

600 37 5
                                    

Hari-hari terus berlalu, Adis melanjutkan hidupnya seperti biasa. Menjadi seorang mahasiwi sekaligus pelayan di restoran. Begitu pula dengan Bram. Dia menjalani hari-hari biasanya.

Keduanya tidak pernah lagi bertemu untuk melakukan kebohongan didepan keluarga Bram dan Adis. Namun dibalik itu semua, Bubun Adis ternyata elalu mengirimkan makanan ke rumah Bram. Ia berfikir kalau Bram memang pacar dari keponakannya.

"Kapan-kapan boleh ya aku main kerumah kamu," ucap Ana.

"Boleh, tapi kamu harus bilang dulu kalau mau kerumah aku. Kan aku harus kerja juga," jawab Adis.

"Oke siap."

Keduanya sekarang sedang menuju kearah parkiran. Tak sengaja mereka bertemu dijalan tadi, dan tak sengaja pula bila keduanya pulang dengan cepat.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Adis.

"Aku dijemput sama pacarku."

"Wah, enaknya kalau punya pacar bisa antar jemput," gurau Adis.

"Makanya, kamu cari juga pacar. Biar ada yang anter jemput kuliah sama kerja," ucap Ana.

Adis membalas dengan senyuman. Dia sih sudah punya pacar, tapi bohongan. Dan pacar bohongannya itu adalah dosen yang nyebelin.

"Dis, aku ke sana dulu, ya. Kayaknya itu mobil pacar aku deh," ucap Ana.

"Ya udah, silahkan. Hati-hati dijalan ya," ucap Adis.

"Iya."

Setelah kepergian temannya itu. Adis memasang helmnya. Dia harus segera bekerja agar dapat melunasi uangnya.

Sementara itu, Ana yang baru saja masuk kedalam mobil pacarnya mendapatkan sebuah pertanyaan.

"Yang culun tadi siapa, Beb?" tanya pacar Ana.

"Oh, itu namanya Adis. Dia satu fakultas sama aku, tapi beda prodi," jawab Ana.

"Oh," ucap pacar Ana.

***

Adis kini tengah membereskan piring dan gelas kotor yang ada dimeja. Dengan santainya tangan itu mengelap kotoran yang ada diatas meja. Saat matanya lenga dari meja, tidak sengaja ia melihat rombongan ibu-ibu yang berjalan mencari tempat duduk.

Dari penampilannya, para ibu-ibu itu adalah orang kaya. Sepintas Adis melihatnya biasa saja. Namun, saat ia melihat dengan seksama. Sesuatu mengejutkannya.

"OMG, Mami!"

Adis membalikkan badannya. Takut jika wanita paruh baya itu melihatnya berpakaian seperti ini. Gerakan tangannya semakin cepat membersihkan meja itu.

Ia berjalan pergi seperti maling. Ketika menuju kearah dapur, hampir saja ia menabrak Adel, salah satu pelayan disini juga.

"Adis! Hati-hati dong," ucap Adel dengan sedikit kesal.

"Maaf, Mbak. Saya enggak sengaja, maaf," ucap Adis.

Ia langsung berjalan ketempat cucian piring dengan perasaan lega. Beruntung Mami Bram tidak melihatnya.

"Kamu kenapa, Dis?" tanya Mbak Janet.

"Abis ngehindar dari calon mertua," jawab Adis asal.

"Calon mertua?" tanya Janet.

Adis melirik terkejut. Memangnya dia tadi bilang calon mertua? Mbak Janet mendekat kearah Adis.

BBM (Bohong Berujung Menikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang