🏅3. Be At Odds🏅

173 16 17
                                    

3. Be At Odds

Jaff menghembuskan napas pelan, "Oke, Joa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaff menghembuskan napas pelan, "Oke, Joa. Kalau udah begini, lo harus bisa ngelawan rasa takut lo."

"Gue takut kalo nanti nabrak, Jaff," lirih Joa.

"Posthink aja, Joa. Lo pasti bisa. Gue ikutin lo dari belakang," kata Jaff menyemangati Joa.

Joa masih bergeming. Merasa tak yakin dengan dirinya sendiri.

"Gini aja deh. Lo bayangin aja kalau nanti di jalan raya itu sepi. Lo cuma fokus ke depan aja. Jangan ke tengah-tengah, di pinggir aja jalannya." Jaff menyarankan.

Joa menghela napas sangat berat.

"Gue ada di belakang lo kok. Tenang aja. Jangan ragu-ragu. Pasti bisa kok." Jaff masih mencoba meyakinkan Joa.

"Iya deh, kata Bunda gue juga udah bagus ngendaliin rem sama nyetirnya," kata Joa pasrah.

"Nah, gitu. Ayo semangat!" Joa mengangguk yakin.

Joa mulai menyalakan mesin motornya dan melaju menuju jalan protokol. Joa sangat fokus pada jalan.

Lima belas menit yang sangat mendebarkan buat Joa. Joa takut kalau dirinya menabrak sesuatu atau ditabrak sesuatu. Tapi karena Jaff juga percaya Joa bisa, jadi, Joa meninggalkan rasa takutnya perlahan.

Joa memberhentikan motornya di depan pagar, menoleh ke belakang. "Lah, ke mana si Jaff?" seru Joa bingung, Jaff tidak mengikutinya sampai rumah. Joa hanya mengedikkan bahunya dan membuka pagar, memasukkan si Yellow ke dalam garasi.

"Assalamualaikum, Bunda!" seru Joa, memanggil Bundanya.

Setelah berteriak memanggil Bundanya dan tak kunjung dijawab, Joa tertuju pada satu kesimpulan bahwa Bundanya belum pulang dari rumah temannya.

Joa memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Tapi urung, saat dirinya mendengar sayup-sayup suara musik klasik di kamar sebelah.

Joa pun pergi ke kamar sebelah, kamar Abang tersayangnya.

"Bang Aqil!" sapa Joa memanggil abangnya.

"Iya?" jawab Aqil.

"Main yuk!" ajak Joa.

"Main apaan? Abang lagi skripsian ini jangan ganggu," ucap Aqil sadis.

"Yah," Joa merespons dengan muka super melas.

Aqil yang sedang mengetikkan sesuatu di laptop berhenti. Mendengar adik manisnya berkata seperti itu, rasa bersalah langsung menyeruak dalam hatinya.

Aqil menghela napas pelan, "Apaan Dek? Lo itu kan baru pulang, ngapain ngajak main segala. Mandi sana, makan siang. Bunda udah nyiapin makan kan?"

"Bunda belum pulang, Bang. Lagi di rumah temen, padahal tadi Joa nelepon Bunda buat minta tolong. Joa tadi takut naik motor di jalan yang ramai. Mana Joa baru bisa naik motor," jawab Joa lemah.

[SD-3] : Fall Back OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang