🏅13. Expedition🏅

69 16 8
                                    

13. Expedition

"Serius kita ke rumah Kenzo pakai pakaian kayak begini?" tanya Jaff kepada Sakti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius kita ke rumah Kenzo pakai pakaian kayak begini?" tanya Jaff kepada Sakti.

Sakti mengangguk, "Hmm, kita bakal ke rumah Kenzo tepat pukul delapan malam."

Jaff berdecak, "Tapi ini pakaian maling, Sak. Apa jangan-jangan lo mau maling di rumahnya Kenzo? Kalau gitu jangan bawa-bawa gue, bokap gue masih sanggup ngebiayain gue sampai kuliah. Nggak perlu pake cara maling gini." Jaff sudah risih dengan jaket kulit hitam yang super gerah dan sepatu kebesaran milik Sakti yang melekat pada tubuh tingginya itu.

Sakti menggelengkan kepala, "Gini nih kalau sukanya cuma protes aja. Pake logika dong! Malam kan gelap, kalau lo pake pakaian gelap di malam hari, itu akan menyamarkan keberadaan lo. Gue kasih pertanyaan, kenapa pocong sama kuntilanak muncul di malam hari?"

Jaff mendengus, "Ya jangan tanya gue lah. Gue kan bukan mereka." Jeda sejenak, "tergantung mood kali ya?"

Sakti tergelak, "Karena mereka ingin dilihat. Lihat warna pakaian yang dipakai pocong sama kuntilanak, warnanya putih, Jaff. Itu menandakan kalau lo pake warna putih ke rumah Kenzo malam-malam bakal ketahuan. Nah, makanya kita pake baju hitam. Gitu aja lo nggak tahu, Jaff."

"Ish, sesat logika lo. Ya udah kita berangkat, keburu telat. Katanya jam 8," Jaff sudah beranjak dari ruang tamu rumah Sakti. Sementara Sakti pun mengikuti langkah Jaff.

"Naik apa kita ke sana?" tanya Jaff sembari mengunci stang motornya.

"Itu," Sakti menunjuk mobil Jeep warna gelap di ujung garasinya.

"Gue jadi inget dulu pas kecil. Mobil itu kan, mobil horor yang ditakuti anak kecil. Mobil penculik," Jaff sudah mengamati bagian badan mobil.

"Kebanyakan nonton sinetron lo, Jaff. Ini mobil bokap gue, keren kan?" seru Sakti.

Jaff mengangguk, "Keren."

"Ya udah buru," Sakti sudah duduk di belakang kemudi diikuti dengan Jaff yang duduk di kursi penumpang.

Mobil pun melaju membelah jalanan ibu kota yang masih dipadati kendaraan beroda. Pendar lampu jalan menerpa, memberi pesona nyata dalam gelap.

"Gue kadang heran sama isi otak lo, Sak. Bisa-bisanya lo punya ide kayak gini," Jaff membuka suara. Matanya mengamati pernak-pernik mobil yang terlihat langka.

Sakti tersenyum tipis, "Ini bukan sebuah ide tapi sebuah fakta yang harus lo tahu. Menjadi pengamat itu seru. Lo bisa tahu apa yang terjadi tanpa harus terlibat di dalamnya."

Jaff berdecak, "Dasar aneh lo!" Jaff memainkan boneka tengkorak yang tergelatak di dashboard mobil, "rumahnya masih jauh?"

"Ya elah baru lima menit jalan, Jaff. Kenapa sih?"

"Males aja. Nggak penting tau, ke rumah Si Kunyuk itu," Jaff melampiaskan kekesalannya pada boneka tengkorak itu.

[SD-3] : Fall Back OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang