"Apa kau pernah dengar? Jika kau terus- menerus makan sendiri, itu bisa membuamu stress." Celoteh Mingyu ditengah makannya.
"Aku sudah biasa sendiri." Balas Tzuyu.
Mingyu mengernyit. "Kau tidak boleh menjadikannya kebiasaan."
Hening. Tzuyu tidak membalas. Fokus dengan makanannya.
"Dari sekarang kau harus membiasakan diri."
Tzuyu melirik Mingyu. Menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapannya yang masih absurd.
"Membiasakan diri makan denganku. Aku tidak akan membiarkanmu makan sendiri. Oke?"
Tzuyu memasang wajah datarnya. "Tidak oke." Lantas bangkit dan melenggang pergi meninggalkan Mingyu sendirian disana.
>>•<<
Tzuyu berdecak kesal. Ia tidak bisa menggunakan peralatan praktikum didepannya. Sejak dulu Tzuyu memang tidak suka praktikum.
Mingyu menghentikan gerakan tangannya.
"Bukan seperti itu, Tzuyu-ya." Mingyu bergerak hendak membantu. Tapi tangannya segera ditepis kasar oleh Tzuyu.
"Aku tidak butuh bantuan siapapun." Ketusnya.
Mingyu sempat terdiam karena terkejut Tzuyu membentaknya. "Aku bisa melakukan apapun sendiri." lanjut perempuan itu.
Mengabaikan ucapan Tzuyu, Mingyu menggeser alat praktikum milik Tzuyu. "Perhatikan. Kau harus tahu cara memegangnya terlebih dahulu. Kalau kau memegangnya seperti tadi, jelas saja kau akan kesulitan. Sekarang lihat—"
"Apa kau tuli?" Balas Tzuyu pedas. Kim Mingyu menaikkan pandangannya, heran.
"Aku sudah memberitahumu, aku tidak butuh bantuan siapapun!" Perempuan itu berteriak. Ruangan yang awalnya rusuh, riuh, mendadak saja hening.
Mingyu masih bisa menampilkan senyumnya. Tidak merasa takut sama sekali. Jika orang lain yang ada di posisinya, sudah pasti kabur dan tidak mau berurusan dengan Chou Tzuyu lagi. Bendera putih berkibar seketika.
Tapi Mingyu sepertinya pantang menyerah. Ia justru mengacak rambut Tzuyu gemas. Mingyu tersenyum lagi. "Kau tidak bisa seperti ini, Tzuyu-ya. Ada beberapa hal yang tidak bisa kau lakukan sendiri. Meminta tolong pada orang lain itu bukan suatu tindak kriminal, Chou Tzuyu. Manusia memang pada dasarnya selalu butuh orang lain."
Tzuyu menahan kesalnya. "Tapi tidak ada yang mau membantuku. Eopseoyo."
"Tentu saja ada. Kau hanya tidak pernah meminta mereka untuk membantumu. Kau terlalu angkuh untuk melakukan itu."
Tzuyu bergerak hendak pergi hingga lengannya ditahan oleh Mingyu. "Kau bisa datang padaku jika kau tidak mau datang pada mereka."
Tzuyu menghentakkan lengan Mingyu, terlepas seketika. Dengan langkah terburu-buru Tzuyu keluar ruangan. Beruntungnya, guru Park sedang keluar. Beliau tidak tahu salah satu muridnya meninggalkan ruangan praktikum.
Mingyu menghela nafasnya. Menghadapi Tzuyu tidak semudah itu ternyata.
Sementara keheningan langsung pecah begitu Tzuyu tidak berada disana. Mereka sibuk bergosip dan mengatai Tzuyu. Beberapa dari mereka menghampiri Mingyu dan menghiburnya, mengatakan bahwa Tzuyu memang seperti itu sejak dulu.
Mingyu hanya memberi mereka senyum kecil, sekedar meyakinkan mereka bahwa tadi itu bukan masalah bagi Kim Mingyu. Ia tidak akan menyerah, dan berusaha masuk kedalam kehidupan Tzuyu.
Perempuan itu, tidak bisa terus hidup seperti ini. Mingyu yakin sekali ada alasan dibalik sikapnya itu.
>>TBC<<
Mohon dukungan kalian semua 🌼
Klik bintang kecil di bawah kiri layar.
Silahkan ekspresikan perasaan, atau kritik kalian melalui komentar.
Terima Kasih 🌼

KAMU SEDANG MEMBACA
At The End [Mintzu]
FanfictionDatang karena penasaran, lalu pergi setelah dapat jawaban.