Tak terasa, malam begitu cepat beranjak. Rasanya baru sebentar Mingyu dan Tzuyu berada disana, tetapi matahari sudah menyembunyikan diri. Langit perlahan berubah gelap.
Mingyu merapatkan mantelnya, ketika angin malam terasa menusuk tulang. Ia menoleh pada Tzuyu yang juga melakukan hal yang sama. Hanya saja, rautnya tetap tenang seperti biasa. Seolah ia tidak kedinginan.
Kim Mingyu lalu memutuskan untuk mengantar Tzuyu pulang setelah ia mengajak wanita yang ia kagumi itu untuk makan bersama. Menurutnya sangat memalukan jika memulangkan Tzuyu begitu saja ketika ia mengajaknya pergi hingga malam, tanpa mentraktirnya makanan.
Oh, lama-lama ia merasa ini adalah kencannya dengan Tzuyu. Mingyu terkekeh pelan dengan bayangannya itu. Namun tak lantas membuatnya hilang fokus untuk mengendarai motornya.
Bagaimanapun, di belakangnya ada perempuan cantik yang mesti ia jamin keselamatannya. Mingyu melirik kaca spion di sampingnya. Spion yang menampakkan wajah Tzuyu dengan jelas.
Memandangi wajah tenang Tzuyu selalu membuatnya senang. Tapi tentu ia lebih suka saat Tzuyu tersenyum. Ah, sepertinya ia menyukai semuanya tentang Tzuyu.
"Berhenti disana." ucap Tzuyu, menunjuk rumah sederhana dengan pagar besi berwarna hitam. Rumah itu adalah satu-satunya rumah yang gelap gulita.
Tzuyu membuka helmnya. "Itu rumahku. Eomma pasti lupa menyalakan lampu."
"Baiklah, aku akan mengantarmu." balas Mingyu sambil menerima helm yang disodorkan Tzuyu.
"Tidak usah, gwaenchana. Sebaiknya kau pulang saja."
Sedikit menimbang-nimbang, akhirnya Mingyu mengangguk. "Baiklah, aku pulang dulu, Tzuyu-ya." Ia mengacak rambut Tzuyu gemas, tak lupa dengan cengiran khasnya yang tercetak jelas.
>>•<<
Begitu motor Mingyu tidak terlihat lagi oleh matanya, Tzuyu melangkah santai menuju rumahnya.
Ia tahu eommanya akan sangat marah padanya, karena ia pulang semalam ini dan mengabaikan hal lain. Hal yang menurut eommanya, sangatlah penting. Tapi tidak bagi Tzuyu. Justru hal itu sudah membuatnya kehilangan sisa harapannya.
Jangan berpikir eommanya akan marah karena khawatir sebagaimana seorang ibu pada remaja lainnya, yang cemas ketika putrinya pulang malam dan tidak izin sebelumnya. Hal itu tidak akan pernah terjadi pada Tzuyu, setidaknya untuk 9 tahun terakhir dan beberapa tahun kedepan, atau bisa jadi selamanya.
Tanpa rasa takut sedikitpun, Tzuyu menggeser pagar besi rumahnya. Menimbulkan suara yang khas dan kencang, berhasil membuat pintu rumah terbuka.
Eommanya sudah menatapnya tajam, tak lupa dengan sebuah sabuk—entah milik siapa, yang ada pada genggamannya. Tzuyu sudah menduga ini akan terjadi, tetapi ia tidak peduli. Hal ini sudah terlalu sering sehingga ia menganggapnya sebagai hal yang biasa.
"Darimana kau?"
"Kau pasti sudah tahu." Tzuyu menjawab santai.
Melihat bagaimana respon Tzuyu, wanita setengah baya itu menghampirinya dengan rasa kesal di setiap langkah yang ia ambil. "Apa kau gila hah?! Bisa-bisanya kau malah pergi bersama seorang pria dan menelantarkan pekerjaanmu."
Tzuyu hanya diam dengan ekspresi biasanya, ketika sang eomma mendorong kepalanya ke belakang. "Kau pikir itu tidak akan mempengaruhi pekerjaanmu eoh? Kau pikir eomma akan baik-baik saja? Wanita tua itu memakiku habis-habisan karena kau tidak datang. Ia rugi banyak. Kau dengar itu, anak bodoh?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End [Mintzu]
أدب الهواةDatang karena penasaran, lalu pergi setelah dapat jawaban.