At The End [08]

91 8 3
                                    

Sepulang sekolah, mau tidak mau Tzuyu ikut dengan Kim Mingyu karena laki-laki itu terus mengatakan bahwa Tzuyu sudah setuju. Padahal, Tzuyu tidak pernah mengatakannya.

Tapi akhirnya Tzuyu ikut juga. Jujur, ia malas pulang ke rumah. Mungkin ikut dengan Mingyu lebih baik.

"Ini." Mingyu memberikan Tzuyu helmnya yang berwarna putih. Sementara dirinya terlihat mengeluarkan motor kesayangannya dari parkiran.

Mingyu menatap Tzuyu yang berdiri di samping motornya, lengkap dengan helm putih yang sudah dipakainya. Wajah Tzuyu yang kecil, membuatnya terlihat lucu saat memakai helm.

Mingyu terkekeh pelan. Tak diduga, hal itu mengundang tatapan mencurigakan dari Tzuyu. Wanita itu cemberut. "Wae?"

"Ani, kau sangat imut. Jjinja. Helm ini kau bawa pulang saja, eoh?"

"Untuk apa?"

"Untuk kau pakai. Aku kan sekarang sudah punya motor. Aku akan menjemput dan mengantar Chou Tzuyu kemanapun dia ingin pergi." Tzuyu tersenyum tipis, yang entah kenapa membuat Mingyu senang.

Ia merasa membuat Tzuyu tersenyum adalah suatu kebanggaan baginya. "Naiklah."

Begitu Tzuyu sudah duduk di belakangnya, Mingyu menggerakkan spion motornya pada wajah Tzuyu. Wanita itu hanya menatapnya datar. Heol, secepat itu Chou Tzuyu berubah ekspresi.

"Jangan lupa untuk berpegangan."

"Shireo." balas Tzuyu singkat.

Mingyu tertawa. "Baiklah, kau akan menyesal, Chou Tzuyu."

"Tidak akan,"

Mingyu segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Yang otomatis, membuat Tzuyu refleks memeluknya. "Micheoseo?!" Tzuyu berteriak tepat di depan telinga Mingyu.

Mingyu melambatkan laju motornya. "Sudah aku katakan, kau harus berpegangan. Seperti ini."

Tzuyu sontak melepaskan tangannya yang melingkari pinggang Mingyu. Dan saat itu juga, si tinggi langsung melajukan motornua dengan kencang, lagi. Tzuyu terpaksa memeluk Mingyu lagi.

"Aku akan ngebut jika kau melepaskan peganganmu."

"Kim Mingyu gila." Tzuyu memaki, mengundang tawa Mingyu.

>>•<<

Tzuyu terpaku sesaat menatap pemandangan di depannya. Hamparan laut berwarna biru, tampak konstras sekali dipadukan dengan langit sore hari. Begitu turun dari motor Kim Mingyu, angin menerpa wajahnya tanpa permisi. Membuat rambutnya bergerak ke belakang.

Tzuyu tersenyum kecil. Menikmati ketenangan yang ia dapatkan dengan melihat pemandangan ini. Entah kapan terakhir kalinya ia ke pantai. Mungkin dulu sekali, ketika appanya masih ada di dunia ini.

Untuk beberapa saat Tzuyu melupakan kehadiran Mingyu. Ia bahkan tidak menyadari bahwa pria itu terus menatapnya sejak tadi. Senyumnya tercetak jelas. Ia begitu mengagumi Tzuyu. Wajahnya, karakternya, dan bagaimana wanita itu terlihat anggun dalam kondisi apapun. Tzuyu begitu berbeda.

Pertama kalinya Mingyu sangat tertarik pada seorang wanita. Di sekolahnya dulu, bahkan mungkin di sekolahnya saat ini, para wanita lah yang mendekatinya. Bukan hanya karena wajah tampannya, tapi karena pria itu menyenangkan.

"Kau tampak lebih cantik jika tersenyum begitu." komentar Mingyu.

Pujian itu sukses membuat Tzuyu menoleh tanpa menghilangkan senyumnya. "Gumawoyo."

"Bukan masalah, aku bicara jujur. Kau memang cantik saat—"

"Ani. Terima kasih sudah mengajakku kemari."

Saat Mingyu menoleh, Tzuyu sudah kembali memandangi lautan. "Kalau kau menyukainya, aku bisa membawamu kemari setiap hari. Jjinja."

Tidak ada jawaban. Tzuyu sudah melangkah meninggalkan Mingyu. Wanita itu mengambil tempat didekat bibir pantai. Duduk menekuk lututnya. Mingyu mengikuti.

"Dulu saat aku masih kecil, aku tinggal disini. Hanya saja aku harus ikut orangtuaku pindah ke kota lain. Saat itu, umurku baru 10 tahun. Dan sekarang, aku kembali kesini."

Tzuyu mengangguk. "Itu sebabnya kau tahu tempat ini."

Mingyu mengangguk sambil menunjukkan cengirannya. "Madja!"

Namun beberapa menit kemudian, Mingyu mengingat sesuatu. "Tzuyu-ya, apa aku boleh bertanya sesuatu?"

"Tanya saja."

Mingyu memperbaiki duduknya menghadap Tzuyu. "Kenapa kau enggan meminta bantuan pada orang lain? Hari itu, kau terlihat marah sekali saat aku membantumu."

Ekspresi Tzuyu sontak berubah saat mendengar pertanyaan itu. Ah, Mingyu menyesal. Seharusnya ia tidak bertanya hal itu. Sekarang ini bukan waktunya.

Ia sudah menghilangkan senyum Chou Tzuyu. Kim Mingyu bodoh.

"Ah, dwaesseo dwaesseo! Kau tidak perlu menjawabnya." Mingyu tertawa canggung sementara otaknya mulai berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mengembalikan senyum Tzuyu.

Ting!!

Secercah ide muncul dalam otak Mingyu. Ia mengeluarkan handphonenya dan bangkit berdiri. "Tzuyu-ya! Berposelah, aku akan mengambil gambarmu."

"Tidak perlu."

"Ah kajja! Apa kau tidak lihat betapa indahnya sunset itu eoh?" Mingyu menarik Tzuyu untuk berdiri.

"Disana. Berdirilah disana, oke?"

Tzuyu menuruti saja ucapan sang fotografer Kim. Berdiri dan melihat ke arah kamera.

Cekrek!

"Ayo tunjukkan senyummu, Tzuyu-ya!" teriak Mingyu.

Cekrek!

Selesai dengan beberapa foto Tzuyu, Mingyu mendekat. Menunjukkan hasil jepretannya yang bagus. "Kau cocok menjadi model, Tzuyu-ya. Apa kau tertarik? Aku bisa mengajukanmu pada pamanku."

Tzuyu hanya tersenyum kecil menanggapi ocehan tidak jelas Kim Mingyu. "Ayo foto bersama."

Mingyu terkejut. "Kau bilang apa? Katakam sekali lagi."

"Ayo foto bersama."

"Wah daebak! Jjinja? Kau mengajakku berfoto?" Tzuyu mengangguk, geli dengan respon Mingyu yang berlebihan.

Pria itu lalu berlari menghampiri pria dewasa yang berdiri agak jauh dari mereka. "Ahjusshi! Tolong foto kami! Ayolah! Chou Tzuyu mengajakku berfoto." kata si tinggi itu sambil menyeret si ahjusshi menuju Tzuyu.

"Nuguya?" Ahjusshi itu tampak bingung dengan tingkah Mingyu.

"Chou Tzuyu!"

"Ssssttt," Ahjusshi itu tampak berpikir. "Aku baru mendengarnya. Apa dia artis?"

"Ani. Dia wanitaku." katanya sambil tersenyum lebar. Tampak senang sekali, padahal Tzuyu hanya mengajaknya foto bersama.

Ahjushhi itu mengambil handphone Mingyu. Memposisikan dirinya untuk mengambil gambar dua remaja itu.

Mingyu menoleh pada Tzuyu. "Kita harus berpose seperti apa?" tanyanya canggung, terlalu senang.

"Terserah kau saja."

Mingyu menggaruk tengkuknya tanpa menghilangkan senyum. "Baiklah."

Awalnya, mereka hanya berdiri bersampingan, menatap kamera sambil tersenyum.  Foto kedua, Mingyu menoleh pada Tzuyu sementara wanita itu masih berpose seperti tadi. Foto ketiga, Mingyu mulai jahil. Mingyu merangkul Tzuyu, membuat wanita itu jadi menghadapnya dari jarak dekat. Setelah itu mereka lupa bahwa sedang di foto.

Kejahilan Mingyu mengundang protes Tzuyu, dan berakhir dengan candaan yang membuat keduanya tertawa. Kabar baiknya, si ahjusshi tidak ketinggalan moment itu.

Cekrek!

>>TBC<<

At The End  [Mintzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang