Chapter 15. L-O-L

4.1K 135 2
                                    


"Kamu kenapa nak?" tanya bunda tiba-tiba membuyarkan lamunanku tanpa disengaja.

"Eh nggak ada kok Bunda hehe..-" jawabku sesantai mungkin.

Emang keliatan banget ada apa-apanya ya?

"Nggak usah dipikirin sayang, Bunda tau kok kalian nundakan? tapi jangan lama-lama ya" ucap Bunda seketika membuatku terbelalak.
Bunda tau dari mana?.... pikirku.

Dorrrr.....

"Astagfirullah" teriakku begitu juga Bunda terkejut dengan ulah Mas Rian yang tiba-tiba datang ntah darimana. Ku tatap tajam ke arahnya yang membuat jantungku hampir lepas karenanya, sedangkan yang ditatap justru dengan santainya langsung rebahan di sampingku dengan kepala yang ia tumpukan pada pahaku sontak saja membuatku terbelalak kaget. Berbeda dengan Bunda yang terlihat mengelus dada karena ulah sang anak yang berbeda dari kebiasaan lama.

"Hayoo ngomongin apa?" tanyanya membuatku memutar mata jengah.

"Kamu tuh Kak ngagetin aja, untung Bunda nggak ada riwayat jantung" mendengarnya Mas Rian terkekeh yang dihadiahi gelengan kepala oleh Bunda.

"Hehe maaf Bun lagian kenapa sih kok kaya diem gitu tiba-tiba, aku merhatiin tau dari tadi di atas sana" ujarnya membuatku hampir saja tersedak air liur ku sendiri.

Astagfirullah, semoga Mas Rian nggak dengar aamiin

"Hmmm? nggak ada kok Mas kepo kamu tuh" jawabku dengan tangan yang berusaha membuatnya bangkit dari rebahannya.
Ini orang kok keenakan banget sih, heran aku
Ku tatap Bunda yang seakan memberi kode ke arah ku, walaupun Ku sendiri juga tidak tahu menahu tentang  kode yang diucapkan Bunda, alih-alih merespon kode dari Bunda aku justru memilih menatap Mas Rian yang sudah bangkit dari rebahannya.

Nah gitu dong dari tadi kek

"Masa sih yang" tanyanya lagi membuatku menghela nafas kasar. "Hmmm" jawabku dengan deheman.

"Ssttt, Bunda dicuekin sekarang gitu" ucap Bunda menimbrung membuatku meringis mendengarnya. "Ya maaf Bun hehe nggak sadar" sahut Mas Rian seadanya membuat Bunda menggeleng tak percaya.

Astaga bundanya sendiri nggak dianggap dari tadi? SERIOUSLY?

"Ya Allah, Bunda nggak dianggap dari tadi. Lagian kamu katanya mau ke kamar kok baru berapa menit udah keluar aja biasanya juga berjam-jam di mamar aja betah loh" protes Bunda panjang lebar membuatku terkekeh.

"Bukan nggak dianggap tapi aku kangen Bun sama Aprill" sahutnya lagi dan lagi membuatku tak habis pikir dengan ucapan Mas Rian yang kelewat menyebalkan itu.

Astaga, astagfirullah baru juga pisah bentar udah kangen aja masa

Aku menoleh sekilas ke arah Bunda yang tertawa mendengar jawaban Mas Rian yang selalu saja tak nyambung membuatku salah tingkah sendiri karena Bunda yang juga menatapku sembari tersenyum-senyum.
Malu-maluin banget sih

"Kamu tuh ya sudah sana ambil aja Aprill Bunda nggak masalah hahaha."

"Ih bunda kok gitu huaa, jangan dong Bun aku kan masih kangen sama Bunda" protesku yang tak dihiraukan oleh mereka membuatku mendengus kesal, "Boleh Bun?"

"Boleh sangat..-" sahut Bunda membuatku lemas.

Ya Allah

"Titip pesanan Bunda ya."

Hlah bentar-bentar Bunda pesan apa? martabak manis, pizza, atau apa?

"Siap Bun, hahaha mau berapa? satu, dua, tiga, apa selusin?" lanjut Mas Rian dengan tertawanya yang ditahan-tahan begitupun Bunda.

My Husband, My Dosen [TERBIT] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang