Chapter 1. Makan Malam

28.6K 590 6
                                    


HaiiHallo

Ini cerita pertamaku ya, jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam penulisan kata dan lainnya, mohon maaf jika ada kesamaan nama, latar maupun alur cerita. Cerita ini murni karyaku ya, Soo sekarang giliran kalian yang menilai ambil semua hikmahnya, ambil semua hal-hal positifnya dan buang hal-hal negatifnya ya.

Vote dan Comment kalian sangat membantu, dukung terus cerita ini ya.

Salam manis

Author

🌻🌻🌻

Namaku "Aprillya Putri Permata" sesuai dengan namaku itu, aku adalah satu-satunya permata dikeluargaku. Aku terlahir dari sepasang suami istri Rama (papaku) dan Ghina (mamaku). Kata Nenek, kedua orang tuaku itu dulu menikah pada usia yang masih terbilang cukup muda jadi nikah muda gitu, tak heran sih diumurku yang baru menginjak 22 tahun ini mereka masih terlihat muda dan sangat muda diusia mereka yang segera menginjak kepala 4 itu, lucunya aku selalu dianggap seperti kakak adik jika sedang berdua dengan Mama karena saking gaulnya sampai anaknya saja kalah.

"Kakak, Mama minta tolong bisa?" kata Mama saat melihatku yang hanya leha-leha diatas sofa ditemani berbagai macam cemilan andalanku.

Rutinitas kalau lagi gabut ya cuma gini

"Tolong apa ma?" teriakku refleks. "Beliin bumbu dapur di supermarket depan bisa Kak?" aku terdiam sejenak mendengarnya. "Oke ma, sangat bisa" jawabku semangat, setelah dipikir-pikir daripada di rumah aja nggak ada kegiatan sama sekali kan lumayan buat renggangin otot biar nggak terlalu teg

[Skip]>>>

Supermarket.

"Berapa Mbak semuanya," tanyaku pada Mbak penjaga kasir.

"Sudah ya Kak, tidak ada tambahan lagi? jadi semuanya 25 ribu" jawabnya ramah, aku langsung mengeluarkan uang sebesar nilai yang diucap Mbak Zahra, jadi kenapa aku bisa tahu namanya jawabannya ada di nametag nya itu yang tak sengaja ku baca.

"Terimakasih" ucapku tak lupa dengan sedikit senyum ramahku ke arahnya.

Dengan santainya aku keluar dari supermarket itu, melangkahkan kaki menjelajahi jalanan komplek yang kebetulan saat ini terlihat sangatlah sepi padahal biasanya pasti akan ada satu atau dua ibu-ibu komplek yang sering jalan-jalan sore, bersepeda atau bahkan sekedar bersantai-santai didepan rumah mereka dengan keluarga kecil mereka tentunya.

🌻🌻🌻

Jam sudah menunjukan pukul 18:45 WIB, tetapi sedari tadi aku masih saja mengeramkan diri didalam kamar, sesaat setelah solat berjamaah tadi. Rasanya, bertemu dengan kasur dan sekedar merebahkan diri sesaat bisa menjadi berjam-jam karena gravitasi kasur yang lebih tinggi membuat tingkat kemageranku bertambah drastis.

Ckckck padahal memang dasarnya aku ini mageran, segala cari alasan dasar aku:')

"April, keluar sayang kita makan malam dulu, Mama tunggu dibawah ya sama Papa!."

"Astagfirullah" refleks ku seketika setelah mendengar teriakan seseorang dari luar sana yang sudah ku duga dia adalah Mama.

Mama yang kerjaannya teriak-teriak kaya toa

"April!" teriaknya sekali lagi membuatku kaget lagi dan lagi. Bisa dibayangkan ya, posisi dapur berada di bawah sedangkan kamarku ada di lantai dua. Menggema sekali bukan? masih untung tetangga nggak ada yang demo saat ada orang teriak malam-malam begini. "Ya Ma, bentar lagi Aprill turun."

Ruang makan
"Malam Ma, Pa" ucapku setelah sampai di ruang makan, dengan segera ku tarik kursi disamping Mama lalu ku dudukinya.

"Malam kak" sahut mereka bersamaan membuatku tersenyum geli.

Duh kompak banget sih, jadi iri kan aku ckck

Kami makan malam dengan kusyuk tanpa percakapan sedikitpun yang ada hanyalah suara gesekan sendok yang terdengar jelas di telinga karena suasana yang sangat sepi ini.  Sebenarnya jika dikatakan makan malam juga saat ini masih terhitung terlalu cepat karena jam juga masih belum terlalu malam tapi tidak masalah bukan jika perut sudah keroncongan duluan.

15 menit berlalu, acara makan malam pun selesai "Ekhem kak."

"Ya pa, kenapa?."

Aku menatap heran kearah papa yang fokus menatapku justru membuatku seakan bertanya-tanya "Papa kenapa ya?."

"besok ada kuliah nggak kak?."

"Oh ada Pa, tapi cuma satu mapel itupun pagi.  Ehmmm memangnya kenapa Pa?" terlihat Papa mengangguk paham begitupun Mama setelah mendengar jawabanku. "Besok pulang langsung pulang ya kak, di rumah aja."

Lah iya dirumah aja, sesuai anjuran pemerintah bukan begitu?

"Yaiya pa, April juga tau itu sesuai anjuran pemerintah kan" jawabku santai, terlihat Papa menghela nafas kasar karenanya lah emang salah?

Aku semakin dibuat bingung dengan keadaan malam ini bukannya mendapat jawaban yang ada malah didiamkan oleh mereka. Emang salah ya? bukannya emang disuruh di rumah aja, biar nggak kena corona. Lagian ini Mama sama Papa tumben banget nanya-nanya jadwal kuliah nggak kaya biasanya banget.

Hih pusing

"Bukan gitu sayang" sahut Mama lembut, lalu kembali duduk di sampingku setelah sebelumnya ingin beranjak dari ruang tamu namun ditahan oleh Papa yang justru membuatku semakin dibuat heran.

"Ya terus apa dong?" ucapku sambil melirik kearah Papa dan Mama secara bergantian.

"Jadi maksutnya tuh gini Kak, besok teman Papa, Om Andre ingatkan? (Aku mengangguk paham). Om Andre besok mau main kesini jadi sekalian aja Papa undang buat makan malam bersama keluarga kita, jadi besok Om Andre juga bawa keluarga beliau paham? (Aku mengangguk lagi) otomatis Mama kewalahan dong ya, kamu bantuin Mama masak gitu jadi besok langsung pulang selepas dari kampus" seakan paham aku dibuat mengangguk lagi untuk kesekian kalinya.

jadi ini toh? kirain apaan. Gampang ini mah bisa diatur

"Ehmm tapi bentar deh Pa, tumben Papa ngajak makan malam teman papa. Dan lagi, tumben teman Papa main ke rumah" mendengar itu mereka saling pandang satu sama lain, membuatku menautkan kedua alisku. "Ya nggak papa dong, sesekali ya kan Mas?" potong Mama sambil merangkul lengan Papa dengan manja, tidak lupa dengan senyum misterius andalan Mama yang bisa ku tebak pasti mereka merencanakan sesuatu.

Demi apapun aku pusing dengan kalian, kaya ada yang nggak beres sih. Eh tapi bentar deh, oh hati jangan berprasangka buruk dulu dong astaga. Positif thinking kali Prill suudzon mulu sih siapa tau emang makan malam biasa yakan?

"Oohh gitu? yaudah gampang itu mah bisa diatur" mendengar itu mereka tersenyum bahagia, aku yang melihatnya justru dibuat merinding sendiri lagi.

Ini ada apa sih, Jadi kaya orang gila gini jadi pada senyum-senyum terus dari tadi nggak ada yang bener perasaan. Eh astaga sadar Prill itu orang tuamu yakali ngatain mereka gila astaga durhaka dong aku Astagfirullah.... maafkan anakmu ini ya Ma, Pa

***

My Husband, My Dosen [TERBIT] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang