"Iyalah demi kamu, bela-belain ini itu eh yang ditunggu malah sampai malem nggak pulang-pulang orangnya bikin kesel aja."
"Iya-iya maaf deh ya."****
"Jadi gimana mas, enak nggak?" tanyaku sembari memperhatikan Mas Rian yang masih sibuk menguyah membuatku harap-harap cemas menatapnya.
Ini kalau nggak enak, pasti nggak bakal lahap kaya gini yakan berarti enak dong? ciah ke PD an banget sih Prill. Gimana kalau malah kebalikannya kan nggak lucu
"Enak kok, cuma kurang garam aja dikit" jawabnya membuatku menatapnya dalam, berusaha mencari keseriusan tentang ucapannya.
Perasaan udah aku kasih garam satu sendok makan deh
"Masa sih mas" ujarku tak yakin, lalu menyicipi sayur yang ku masak tadi. Sontak saja mataku terbelalak sesaat setelahnya. Ku tatap horor ke arahnya yang masih saja memakan dengan lahap masakan ku tadi serta tak habis pikir dengan ucapannya itu.
'Mas Rian bilang kurang garam ini mah kelebihan garam, nggak habis pikir aku sama otak nih orang. Ini mah Mas Rian lidahnya gimana sih, udah tau asin gini masih aja dimakan nggak sayang perut apa gimana sih'
Dengan cepat ku tarik piring yang isinya sudah tersantap separuh itu, yang justru malah mendapatkan tatapan tajam darinya membuatku memutar mata jengah melihatnya. "Mending nggak usah kemakan sekalian Mas, dari pada mati gara-gara makan" ucapku merasa bersalah sedangkan Mas Rian, dia terlihat menaikkan ke dua alisnya heran.
Srekk....
"Nggak usah dimakan Mas" kekehku seketika saat piring itu sudah berada tepat di hadapannya lagi.
"Kenapa sih, ini enak kok" sontak saja mataku membulat sempurna karena ucapannya.
Ini ngejek apa gimana?, hiks kalau nggak enak bilang aja nggak enak jangan nggak enak dia bilang enak. Apa susahnya sih jujur daripada malah bikin diri sendiri sakit yang ada aku tambah merasa bersalah jadinya. Dahlah Prill emang nggak bakat kamu di masak memasak hah
"Ini nggak enak, nggak layak dimakan" ucapku lagi dengan lirih, mataku bahkan sudah berkaca-kaca karenanya yang justru masih saja dihiraukannya.
Jahat banget kamu Prill, kalau masih aja ngebiarin Mas Rian makan masakanmu itu. Harusnya kalau nggak bisa masak jangan maksa gini kan akibatnya buat anak orang penyakit aja
"Kata siapa ini enak kok yang" sahutnya setelah selesai mengunyah, lalu meraih segelas minum yang sudah ku sediakan didepannya.
"Mass, Aku mohon please jangan dimakan ya nanti kamu sakit. Aku tau, nggak enakkan please jangan dimakan aku nggak mau kamu sakit gara-gara masakanku" ucapku lemas hingga tak sadar sebulir air mata mulai menetes ke pipiku.
"Eh, kok nangis" sahutnya tiba-tiba lalu menghapus air mataku.
"Makanya jangan dimakan, kalau nggak suka bilang nggak. Kalau enak bilang enak, kalau nggak bilang aja nggak, aku nggak masalah kok yang aku mau cuma kamu berkata jujur tentang masakanku aku juga nggak akan maksain Mas Rian buat makan kok" lanjutku lagi dan lagi.
"Sssst hei sayang, buat aku mau enak apa nggak itu sama aja dan menurutku itu enak kok, buat aku itu pas -pas aja sesuai selera aku kamu nggak boleh nyerah dong yang. Masih ada banyak waktu buat belajar, lagian ini juga aku nggak nyangka loh senang banget tau aku kamu masak khusus buat aku. Hehehe makasih ya sayangku bagi aku yang paling penting itu prosesnya perkara hasilnya bakal ngikutin udah ya, maaf juga aku udah bikin kamu bete tadi karena ku tinggal sendiri di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Dosen [TERBIT] ✓
RomanceHigh rank #1 - April [13 September 2020 ] #1 - Dosen [19 Juli 2020] #2- Rian [ 21 Juli 2020 ] #6 - Mahasiswi [ 4 Juli 2020] [PROSES TERBIT] ⚠️ BEBERAPA PART MUNGKIN SUDAH TERHAPUS ⚠️ "Eh maaf" ucap seorang laki-laki itu langsung memasukkan layar tip...