Chapter 19. Ini Apa?

4.6K 117 5
                                    

Hari ini tepat usia pernikahanku dengan Mas Rian menginjak 4 bulan, apakah bahagia? jawabannya sangatlah bahagia. Siapa coba orang yang akan menolak bahagia jawabannya pun pasti tidak akan ada, rasanya lebih dari bahagia bisa menikah dengan orang yang dicintai lebih lebih dengan seorang dosen. sebenarnya bukan tentang jabatan dan gila pangkat karena jujur bagiku tak pernah sedikitpun ada niatan atau bahkan cita-cita menikah dengan dosen sendiri, mungkin ini yang dinamakan takdir. Justru saat masa kuliah yang ada di pikiranku adalah bermimpi menikah dengan seorang tentara.
Ckck bahagia aja gitu #kayaknya dalam tanda kutip "belum tentu bahagia" kenapa? karena walaupun sangat banyak yang buat iri dan gemas plus memimpikan hal yang sama.

Pernah ku baca cerita-cerita dalam novel ber-genre militer, jujur rasanya itu terlalu menohok di dalam hati, jelas saja ditinggalkan begitu saja karena tugas wajibnya yang harus mengabdi pada negara berbulan-bulan sampai ada sebuah cerita, berangkat belum punya anak pulang-pulang anak udah besar. Atau bahkan ada yang lebih parah saat ada seorang istri tentara yang memang lama menunggu kepulangan suaminya tetapi naas nya saat waktu itu datang justru ia dibuat harus ikhlas dan merelakan kepergian suaminya yang gugur di medan perang.

Astagfirullah, asli bagiku pribadi itu terlalu strong banget, suaminya berjuang diluar menjaga negara istrinya berjuang dirumah menahan rindunya dan akan semakin sakit lagi jika saat waktu yang ditunggu itu datang suaminya sudah tak bernyawa. jalan hidup orang memang berbeda-beda dan tak semulus jalan tol, dan faktanya harapan bisa saja pupus ditengah jalan Karena ekspektasi yang tak terealisasikan.

Aku bahkan sering sekali dibuat sedih, senang, baper, marah, kesal karena membaca sebuah novel seperti hobiku yang memang senang membaca novel. Sebenarnya cerita-ceritanya itu bagus, tidak ada yang bisa menampiknya tetapi yang tidak bagus itu nasibnya, terlalu banyak mengeluarkan air mata karena suaminya yang tidak peka lah, inilah itulah yang biasanya sih diangkat dari "Perjodohan yang tak saling menerima" coba saja mereka bisa saling menerima kenyataan, lama-lama pasti cinta akan datang di dalamnya seperti pepatah "Cinta datang karena terbiasa."

Tetapi jika tidak bahagia lantas untuk apa masih dipertahankan? untuk membahagiakan orang tua?, alasan yang tidak masuk akal mungkin, karena hanya orang-orang bodoh yang bisa melakukannya. Haruskah mengorbankan kebahagiaan demi kesakitan?

Dahlah itu cuma mimpi yang nggak kesampaian sadar Prill sadar kamu udah bersuami dan lagi itu di dunia novel kamu di dunia nyata......bangkit woy jangan halu teruss ya Allah nyatanya sama dosen juga tak kalah bahagia eh sebentar-sebentar apa tadi 'juga?' astaga kesannya kaya pernah nikah dong aku.

No no no nikah juga baru sekali dan nggak akan lagi cukup Mas Rian aja yang jadi pertama dan terakhir ckckck lebay banget sih Prill

Oke kembali ke realita kehidupan....

Aku mulai aktif bekerja di resto sebagai Bu bos dibantu Bang Rizal dan Mbak Iren (You know lah siapa mereka) karena si Pak bosnya yang jarang muncul alias sibuk, sibuk mengajar para ciwi-ciwi glowing di kampus sana, walaupun tidak semuanya perempuan juga karena kan jelas itu kampus bukanlah asrama perempuan.

"Yang dasiku mana ya?" tanya Mas Rian tiba-tiba, membuatku menoleh ke arahnya yang sedang sibuk mengobrak-abrik semua laci di kamar ini.

Astagfirullah niat banget berantakin kamar

"Nih, lain kali naruh yang benar" jawabku sesaat, sembari melemparkan dasi berwarna hitam polos ke arahnya membuatnya melongo tak percaya.

My Husband, My Dosen [TERBIT] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang