Bag 5 : Apartment 101

154 62 1
                                    

Tjokro berhasil menelpon Michelle. Michelle terkejut karena mendapati Tjokro menelpon dirinya. Lalu Tjokro meminta Michelle untuk mengirimkan alamat rumahnya. Pembicaraan antara Tjokro dan Michelle melalui telpon berlangsung sepanjang perjalanan pulang ke Jakarta.

Melihat Tjokro yg semakin gencar mengejar Michelle, Gery jadi khawatir. Kemudian Gery mengingatkan Tjokro kembali untuk fokus pada rencana awal ia bangkit ke dunia yaitu untuk membalaskan dendamnya kepada keturunan Jendral Stephen Van De Rulls.

"Hayoo,, jangan lupa tujuan mbah buat bangkit lagi buat apa?".. Gery menasihati Tjokro.
"Kalau itu sih nda bakal lupa lah ger,, Wong aku dikasih hidup cuma setahun". Jawab Tjokro yang meyakinkan Gery.
"Yaa maksud aku mbah jangan terlalu banyak buang - buang waktu, takutnya nanti keburu habis waktu mbah tapi belum sempat ketemu keturunan Jendral Stephen". Tegas Gery pada Tjokro.
"Iya kamu tenang aja Ger,, aku pasti manfaatin waktu ku".
"Okelah kalau gitu".

Sesampainya di rumah Gery, Teddy Wijaya telah menunggu di Rumah. Gery memarkirkan mobilnya di teras. Lalu mereka keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah. Hari itu nampak sudah gelap karena sudah jam 8 malam.

"Mbo Summ,, Mbo,, Geryy sama om Tjokro udah pulang nih mbo". Sambil mengetuk - mengetuk pintu rumahnya.

Di ruang tamu, Teddy Wijaya sedang membaca koran dan ia mendengar suara Gery, ia menyuruh Mbo Sum membukakan pintu.

"Sum.. sum,, tolong bukain pintu, itu Gery sudah pulang".
"Baik tuan". Mbo Sum segera membukakan pintu.

Mbo Sum memberitahukan kepada Gery dan Tjokro, jika ayahnya Gery yaitu Teddy Wijaya sudah menunggu di dalam. Gery sempat khawatir jika nantinya Teddy akan curiga dengan hadirnya Tjokro. Tetapi Tjokro meyakinkan Gery bahwa semua akan baik - baik saja.

Mereka berdua menemui Teddy, "Pih ini om Tjokro". Ucap Gery kepada ayahnya. "Lho ini siapa ger?". Tanya Teddy. Tjokro langsung menghipnotis Teddy. Akhirnya Teddy pun berubah, ia seperti langsung mengenali Tjokro. Lalu ia memerintahkan Tjokro untuk memimpin perusahaan perkebunan di Bogor. Setelah melakukan perbincangan mengenai bisnis perkebunan itu, Teddy meminta Gery dan Tjokro untuk beristirahat. Mereka berdua masuk ke kamar masing - masing.

Tjokro terdiam dikamarnya, kemudian ia kembali hanyut dalam pikirannya dimana suara - suara seolah menunjukkan keberadaan keturunan Jendral Stephen. Ia juga melihat gadis ikal itu dalam meditasinya. "Aku harus mencarinya". Tjokro keluar rumah dengan terburu - buru, sementara itu Gery memergokinya. Gery kemudian mengikutinya.

"Waduh, mau kemana tuh si kakek2, ikutin ah,, ambil jaket dulu". Kata Gery.

Gery membuka pintu rumahnya dan bergegas pergi, tetapi saat ia melihat keluar, Tjokro sudah menghilang.

"Waduhh kemana perginya tuh orang.. bodo ah cao,,".

Gery berjalan di trotoar dan terus mencari keberadaan Tjokro tapi tidak ketemu. Malam itu angin bertiup sangat kencang, Gery berusaha untuk bertanya pada beberapa arwah akan keberadaan Tjokro.

Hihihihiii... Suara kuntil anak..
"Permisi mba, mau nanya liat mbah Tjokro gak?" tanya Gery kepada kuntilanak.
"Ah,, tadi aku liat kaya nya kesana". Jawab mba - mba kunti itu.
"Okeh tengkyu".

Kemudian Gery bertemu dengan persimpangan jalan. Ia kembali bertemu dengan hantu yang membawa gitar.

"Hei mbah,, apa kau liat mbah Tjokro?". Tanya Gery pada hantu itu.
"Oh gusti patih?"
"Ya benar".
"Dia pergi ke arah apartemen 101". Kata sang hantu yang memberitahu Gery.
"Apartemen 101? oh yasudah terimakasih".

Sementara itu Tjokro merasakan aura suara - suara yang menunjukan padanya bahwa keturunan Jendral Stephen tinggal di Apartemen 101. "Pasti disini". Namun pada saat Tjokro hendak masuk ke Lobby, ia bertemu dengan Michelle yang sedang membawa kantong belanjaan.

Funny GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang