Chapter 3

3.5K 511 19
                                    

Teori yang disampaikan oleh pria paruh baya berkacamata itu tak membuat gadis bermarga Ahn fokus di kelas mata kuliahnya. Pikirannya terlalu memikirkan hal yang menurutnya tidak penting. Pasalnya, ia merasa tengah menyembunyikan seorang idola di apartemennya, yang ia takutkan adalah tertangkap wartawan, atau mungkin agensi salah paham dan akan menuntutnya.

Tidak, tidak, tidak, Ahn Jira, imajinasimu itu terlalu liar. Kau terlalu banyak menonton drama bergenre kriminal. Rasanya kepalanya pening. Jika saja ia semalam tak membawa pria itu ke apartemennya, mungkin tidak akan seperti ini. Namun, mau bagaimana lagi kemarin saja ia terlalu bingung harus membawanya kemana. Ke motel ataupun ke hotel pasti staf di sana pun tahu jika pria itu adalah seorang idola Choi Yeonjun. Kalaupun membawanya ke agensi rasanya lebih berisiko lagi tertangkap wartawan, kemungkinan besar esoknya terbit berita dengan headline yang tidak-tidak.

Benar-benar pikirannya kalut oleh pria asing itu, ia tahu bahwa seorang idola pun manusia biasa seperti dirinya. Namun, berurusan dengan mereka membuatnya repot.

Apa yang dilakukan si Choi itu di rumah?

Dia tidak berkeliaran keluar rumah sesuai janjinya, 'kan?

Terus saja, pertanyaan itu memenuhi benaknya seakan-akan kepalanya akan meledak. Masih begitu pun hingga kelas berakhir.

"Ji, kita ke pembukaan kafe yang ada di jalan seberang sana, yuk!" ajak Naeun tiba-tiba membuyarkan pikirannya.

"Ah, maafkan aku, Naeun—" belum saja Jira melanjutkan kalimatnya, sudah terpotong oleh kicauan sahabatnya itu.

"Kau tak bisa? Kaubalas dendam, ya?" tuduhnya. Tentu saja itu membuatnya tidak nyaman. ak enak bukan dituduh sembarangan oleh teman sendiri?

"Bukan, bukan begitu. Aku harus mengecek ke kantor percetakan bukuku, kau tahu 'kan buku baruku sebentar lagi terbit?"

"Benarkah? Wah, aku sudah tidak sabar membaca buku novel barumu itu. Kau memang seorang penulis Ahn," kagumnya sambil menepuk bahu Jira. "Ya sudah, aku akan mengajak pacarku saja, kali saja dia bisa. Aku duluan, ya, sukses terus penulis Ahn. Aku mencintaimu~" pamitnya berlalu.

Sempat membuat bulu kuduk Jira berdiri mendengar lontaran kata itu dari Naeun. Walaupun begitu, ia telah memberi semangat untuknya.

"Baiklah, Ahn Jira, kau hanya harus fokus pada penerbitan buku barumu. Fighting!" gumamnya menyemangati dirinya.

***

Bunyi panel dari tombol-tombol angka kunci apartemen terdengar, tetapi selalu dengan suara akhir yang menandakan kunci gagal terbuka. Terus saja berulang kali terdengar di rungu Yeonjun yang tengah berkutat dengan tumpukan buku yang telah ia baca beberapa.

"Aish, memangnya siapa orang iseng yang ingin masuk ke rumah gadis ini? Tak mungkin 'kan gadis itu lupa password, kecuali ia dalam keadaan mabuk," decaknya, lalu tungkainya melenggang menuju daun pintu. Cemas, jika dugaan keduanya itu benar.

Dia melihat dari lubang pintu, tampak seorang gadis berpenampilan acak yang terasa familier. Ya, sesuai dugaan keduanya itu benar. Ia bisa membuka pintu dari dalam tanpa password, kecuali dari luar. Yeonjun sama sekali tak tahu password-nya apa, makanya untuk berkeliaran keluar rumah saja ia berpikir berulang kali. Terlebih lagi, ia sudah berjanji dengan gadis itu. Tentu saja, pria sejati itu adalah pria yang selalu menepati janjinya.

Berbarengan dengan dibukanya pintu, tubuh mungil gadis itu ambruk dalam dekapan Yeonjun. Cukup membuatnya terkejut, segera ia menutup pintu. Takut-takut, ada seseorang yang mengenali dirinya.

"Kau siapa eoh? Ah, kau Choi Yeonjun? Si idola itu? Aku tahu ini mimpi, tapi kenapa harus kau, bukan Jeon Jungkook?" racaunya seraya menusuk-nusuk pipi Yeonjun yang agak menyembul itu.

Pria itu tak merespon, ia dengan susah hati memapahnya sebab gadis itu terlalu banyak bergerak sebagaimana orang mabuk kelimpungan. Yeonjun teringat akan dirinya yang mabuk kemarin. Apakah ia pun sama merepotkannya dengan gadis ini? Apakah gadis ini balas dendam padanya karena telah merepotkannya? Namun setahu dirinya, kemarin ia hanya ambruk, tak meracau seperti gadis ini.

"Ya! Kenapa wangi bajumu seperti wangi baju kakak? Kau kakakku?" racaunya lagi. Kali ini Yeonjun tak kalah tersentaknya ketika gadis itu mengendus di ceruk lehernya. Sial, insan mana yang tidak merasa meremang seketika tatkala lawan jenis menyentuh area sensitif kita. Bagaimana pun Yeonjun adalah seorang pria normal.

Segera ia mengangkat tubuh gadis itu ke kamarnya. Tolong, jangan dulu berpikir negatif. Justru dengan begitu, ia akan menjadi cepat menjauh dari gadis itu. Dia menaruhnya di ranjang dengan hati-hati.

"Wangi pakaianmu memang wangi kakakku, tapi wangi tubuhmu bukan wangi kakakku. Hehe, aroma tubuhmu wangi, aku suka," racaunya lagi. Lengannya masih melingkar di leher Yeonjun, bahkan hidung bangir mereka hanya berjarak satu senti.

Sial, gadis ini mulai lagi.

Entah apa yang harus dilakukan Yeonjun, sebelumnya ia belum pernah mengurusi seorang gadis yang mabuk. Selama ini ia hanya tahu cara menari, bernyanyi, dan membuat lagu. Masa mudanya dihabiskan untuk mencapai karier. Jikalau ia pernah menjalin hubungan pun, tentu saja masih di bawah umur sehingga ia belum pernah mengurusi seorang gadis yang mabuk.

Yeonjun segera menjauh dari tubuh gadis itu. Ia melepaskan sepatu Jira.

"Aish, gadis ini membuatku repot," dengusnya tanpa tahu diri dengan kejadian kemarin. Namun, setidaknya mereka impas.

Pandangannya menyapu setiap sudut kamar bernuansa pastel dengan pernak-pernik berbau BTS yang menghiasi. Bahkan, ranjangnya pun dipenuhi boneka karakter lucu BT21 yang biasa para penggemar sebut 'anak BTS'.

"Wow, benar-benar, gadis ini memang ARMY garis keras," decaknya kagum. Hingga obsidiannya menemukan sesuatu yang menarik atensinya. Di antara banyak album BTS yang disusun rapi di rak pajangan, terselip album grupnya, TXT. Senyuman terpatri di wajahnya.

Apakah begini rasa bahagia melihat hasil kerja keras kami selama ini?

Memori dari awal masa trainee hingga sekarang bersama para member, berkelebatan dalam memorinya. Ada rasa bersalah menyelip di hatinya. Tak seharusnya ia bersikap kekanakan seperti ini, padahal ia anggota tertua, kendati memang bukan seorang leader. Seharusnya ia menjadi panutan yang baik bagi adik-adiknya.

Hendak meraih albumnya, terhentikan oleh racauan gadis pemilik kamar itu. Ralat, bahkan ia juga pemilik apartemen yang ditinggali Yeonjun untuk sementara—dalam artian menumpang.

"Ya!" Yeonjun menoleh.

"Hehe, Jungkook Oppa."

Yeonjun hanya bisa meringis pelan kala mendengar gumaman dari bibir mungil gadis itu, "Aish~"

***

AKU GAAKAN BOSEN²NYA BILANG DON'T BE SIDERS. GIMME SOME VOTES + COMMENTS!1!1!1

ACTUALLY, KALIAN DAH BACA AJA SENENG KOK, MAKASIH YA DAH MAMPIR KE LAPAK AKU YG ABSURD INI WKWK.

LUV UUU MOA, LUV UUU ARMY 💜

KALAU BISA FOLLOW AKU JUGA YAAA UNTUK FF TXT, ESPECIALLY YEONJUN YANG LAIN. C YA~

—Luv, ara

YOU ARE • Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang