Resonansi serta vibrasi dari nada dering ponsel terus menggema di ruangan kecil bernuansa pastel di mana seonggok daksa ramping tengah bergelung dalam selimut tebalnya. Lengan jenjangnya lantas terulur menggapai benda pipih yang telah mengganggu jam tidurnya. Matanya menyipit menyesuaikan intensitas radiasi cahaya ponsel yang menulusuk ke dalam retina. Tombol hijau lekas ditekan diiringi ponselnya yang sudah diapit antara telinga dan bahunya.
"Ji!!! Apa yang telah kaulakukan dan apa yang kausembunyikan dariku?!"
Belum sempat menyingkap ceruk bibirnya, sudah dihadang pekikan dari seberang sana. Sontak ia menjauhkan ponselnya sebelum mendadak tuli. Ia benar-benar tak menginginkan kekonyolan itu.
"Maksudmu?"
"Buka web pencarian sekarang!"
Kendati malas dengan perintah Naeun, jemarinya secara impulsif tetap melakukannya. Entah kenapa ia merasa ada sesuatu hal yang tidak beres. Jangan sampai jika asumsinya benar. Ia terlalu kalut dengan semua yang dihadapinya akhir-akhir ini. Semoga saja hanya kelakar di pagi hari.
Namun, kenyataan menamparnya. Ia akan menarik frasanya barusan bahwa karibnya tengah berkelakar tatkala manik cokelatnya menemukan sederet namanya tercetak sebagai headline. Bukan berita seperti biasanya ketika ia memublikasikan karya buku novelnya, warta mengenai sebelumnya tidak sepanas sekarang. Ia yakin jika kali ini bukan karena novelnya hingga namanya mencuat di kolom top pencarian. Ia tak sepopuler itu.
"Kau masih di sana, 'kan?" tanya Naeun dari seberang sambungan memastikan Jira masih berada di kediamannya sebab suara sang penerima karam tak kunjung menyahut.
"Ya. Aku sudah melihatnya. Naeun, I wanna tell you the truth. I—"
"Sudahlah, penjelasannya lain kali saja! Aku hanya ingin memastikan apa kau baik-baik saja?"
"Hm, i'm okay," sahutnya agak sangsi.
"Aku tahu kau tak baik-baik saja. Jadi, aku hanya berpesan batalkan saja sidang skripsimu hari ini—ah, tidak, maksudku undur saja jadwalnya!"
"T-tapi..."
"Dosen pasti mengerti. Mereka pun tak buta internet."
Sirkulasi napasnya seketika terasa mandek sehingga ia kalut untuk berpikir. Lantas ia memijat pangkal hidungnya berharap bisa berpikir jernih kembali, beruntung jika mendapat solusi.
"Ji, kau dengar aku? Jangan bilang kau—"
Dalam sekali tarikan napas ia mempertegas, "Maaf, aku akan tetap pergi!"
"Ya! Ji—"
Sambungan segera terputus sepihak sebelum karibnya mengomel hingga kupingnya memerah panas. Sebut saja dirinya bengal. Mau bagaimana pun ini adalah hari penantiannya, ia sudah menunggu bebas dari segala jeratan ocehan dosen juga segala tetek bengek bangku perguruan tinggi. Tak sabar dengan toga menghiasinya dengan gagah nan bangga. Entahlah, ia sangat mengidamkannya kendati memang kurang apa lagi dirinya yang sudah menghasilkan isi dompetnya tebal sendiri serta popularitas yang kian meningkat. Apalagi setelah warta hari ini kendati memang tak memungkiri malah mengurangi. Bukan karya novelnya yang menjadi penyebab, melainkan rumor yang sebenarnya tak bisa ia negasikan.
"Member Idol TXT, Choi Yeonjun, Terpergok Kencan..."
"AJR, siapa kekasih Choi Yeonjun TXT?"
"Choi Yeonjun TXT mengencani adik Ahn Jaehyun XIC?"
"Ahn Jira, Penulis Buku Novel Romansa 'LIMIT' Kencan Bersama Seorang Idola?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE • Choi Yeonjun
Fanfic[COMPLETED] ❝ Bagiku kau bukan seorang idola, kau hanya seorang Choi Yeonjun. ❞ [Diharapkan FOLLOW sebelum baca^^] ©2020 by karsalara #3 fiksipenggemar [22/8/21] #4 fanfiction [13/6/21] #5 idol [12/6/21] #14 romance [13/6/21]