Hari ini seperti biasa kelas Vinza tengah mengikuti pelajaran fisika di kelas. Pelajaran fisika adalah pelajaran terakhir di kelas Vinza. Semua murid fokus mendengar ocehan sang guru yang tengah asik menjelaskan materi hari ini, sehingga membuat murid yang mendengarkannya seperti di bacakan cerita dongeng yang membuat mereka merasa ngantuk. Hanya ada satu harapan dari semua murid, yaitu segera mendengar bel pulang dan mengakhiri pembelajaran yang membosankan.
Hampir semua murid di kelas bertopang dagu sambil mendengarkan guru yang terus mengoceh tanpa hentinya. Kecuali Vinza, Kevin dan Ganzira yang sibuk bermain game online di kelas. Ponsel mereka di letakkan di pangkuan mereka. Sesekali mereka menatap ke depan agar si guru tidak merasa curiga kepada ketiga murid nakal ini.
"Baik, ada yang mau ditanyakan sebelum pelajaran ini berakhir?" Mata sang guru melihat ke setiap sudut.
"Vinza," tunjuk sang guru kepada Vinza.
"Apa Pak?" Vinza mengangkat wajahnya.
"Tolong jelaskan kembali tentang materi yang tadi Bapak sampaikan."
Vinza berdiam sejenak. Dia bahkan tidak mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Tahu judulnya saja tidak, apalagi isi materinya.
"Vinza, kamu mendengarkan tidak apa yang Bapak sampaikan?" Guru tersebut kembali bertanya.
Vinza hendak menjawab tepat dengan bel pulang berbunyi. "Dengar," jawab Vinza. "Keras sekali Bapak, bel nya." Vinza memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Sang guru hanya bisa menghela nafas mendengar jawaban dari Vinza. Lelaki itu memang terkenal nakalnya, tapi bukan nakal yang merugikan sekolah atau guru. Lelaki itu hanya sekedar melakukan kejailan saja atau tingkahnya yang lucu. Terkadang, lelaki itu selalu serius dan susah untuk diajak bercanda.
.
.
Langit menatap lelaki itu yang sudah mulai menaiki mobilnya. Setelah melihat mobil hitam itu mulai pergi dari tempatnya, Langit kembali masuk ke dalam rumahnya. Dengan tubuh lemasnya, Langit masuk ke dalam kamarnya.
Seperti biasa, setiap sore Langit selalu meminum obat hariannya yang memang harus dia minum setiap hari. Melihat obat putih miliknya, dia kembali teringat masa kecil nya dimana Senja lah yang selalu mengingatkan dirinya untuk meminum obat.
"Langit, lihat lah, sudah jam empat sore," ujar Senja. "Cepat dimakan obat nya." Senja mengambil obat milik Langit diatas meja.
Langit menutup mulutnya. Menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa dia tidak ingin meminum obatnya. Langit selalu merasa mual jika harus meminum obat setiap hari.
Senja berdecak sebal melihat Langit yang menolak obatnya. "Ayo cepat minum obatnya. Kalau kamu sakit lagi gimana?"
"Besok aja minum obatnya." Langit mengucapkannya dengan cepat. Dan kembali menutup mulutnya.
"Nanti mag kamu kambuh lagi, Langit."
"Tidak akan," ucap Langit yang masih menutup mulutnya.
"Makan." Senja melebarkan matanya. Menggertakan gigi nya, saking kesalnya kepada Langit yang terus menolaknya.
Perlahan Langit menurunkan telapak tangannya. Dia tersenyum dan segera mengambil obat miliknya dari Senja. Langit meminum obatnya dengan didorong sedikit oleh air putih.
Senja terkekeh melihat Langit yang sudah meminum obatnya. Langit ikut tertawa bersama dengan Senja. Sore ini, mereka habiskan dengan tawa bahagia mereka.
Setelah selesai meminum obatnya, Langit segera mengambil jaket abu nya dan segera pergi menggunakan mobilnya. Tidak ada tujuan untuknya pergi selain ke rumah Senja.
Mungkin Langit memang tengah merindukan sosok gadis yang selalu mengganggu pikirannya. Senja. Tujuan dia kembali bukan karna ingin menemui Ayahnya saja, melainkan untuk menepati janjinya kepada Senja.
Langit memberhentikan mobilnya ketika melihat Senja bersama dengan seorang lelaki. Dia keluar dari mobil dan menatap mereka berdua dengan datar.
"Langit..!" Panggil Senja. Melambaikan tangannya kearah Langit.
Langit berjalan mendekati mereka. "Dia.. siapa?" Tanya Langit. Menunjuk lelaki yang bersama dengan Senja.
"Dia Vinza. Teman yang dekat denganku selain, Tasya," kata Senja.
Vinza memang sengaja mengantarkan Senja karna tadi disekolah, dia pingsan tepat didepannya. Seperti biasa, Senja pingsan karna keisengan Kevin dan Ganzira yang sengaja mengagetkannya. Kedua lelaki itu sengaja mengikuti Vinza dari belakang dan mengagetkan Senja ketika Vinza sudah berdiri didepannya.
Dengan sigap, Vinza menahan Senja agar tidak terjatuh ke tanah dan mengantarkannya pulang setelah Senja sadar dari pingsannya.Vinza yang mengerti dengan keadaannya, berpamitan kepada Senja dan pergi secepatnya menggunakan motor besar miliknya.
Setelah perginya Vinza, Senja mengajak Langit untuk masuk ke dalam dan mengobrol didalam. Sejak kecil, keluarga Senja memang sudah mengenal Langit. Begitu pun sebaliknya. Hanya saja Senja belum bertemu dengan Tantri dari sejak Langit kembali.
Senja kembali menemui Langit setelah membuatkannya minuman dingin untuk dirinya dan juga untuk Langit. Mereka memilih untuk duduk di kamar Senja sambil melihat pemandangan langit senja yang mungkin sebentar lagi akan datang.
"Kayaknya kamu, kenal banget sama dia," ucap Langit setelah meminum minumannya.
Mengerti dengan apa yang sedang dibahas oleh Langit, Senja menoleh kepada Langit. "Pertemuanku dengannya, bisa dibilang sangat unik."
Senja menundukkan kepalanya dalam. Mengingat kembali kejadian memalukan yang ditimpa oleh nya saat bertemu dengan Vinza. Tanpa disadari Senja menyunggingkan senyumnya.
Walaupun dengan kepala tertunduk, tapi Langit masih bisa melihat senyum Senja yang mengembang di bibir nya. Dia yakin bahwa lelaki yang bernama Vinza telah membuat Senja tersenyum. Ada rasa cemburu jika Vinza benar benar telah membuat Senja bahagia. Tapi, jika dia harus memisahkan Vinza dengan Senja karna kecemburuannya, bukankah Langit egois? Cinta sejati berarti harus mengikhlaskan seseorang yang kita cintai bahagia bukan?
Mereka menghabiskan bersama hingga malam tiba. Langit senja tadi terlihat begitu sangat indah dari biasanya. Senyum mereka terus mengembang hingga hilang nya langit Senja.
Langit melambaikan tangannya sebelum masuk kedalam mobil. Setibanya dari dalam mobil, Langit langsung mengeluarkan ponsel miliknya. Menekan salah satu nomor yang akan dia hubungi.
"Lo dimana?" Tanya Langit setelah telepon tersambung.
"Gue kesana sekarang." Langit segera mengakhiri sambungan teleponnya.
Langit secepatnya menyalakan mesin mobilnya dan segera menginjak pedal gas untuk pergi menuju tempat yang sudah dia janjikan kepada seseorang.
***
A/n: assalamualaikum....
Semangat puasa ya. Bagi yang menjalankan..
Tidak pernah bosan untuk mengingatkan..
mohon untuk vote dan comment nya. Beri tahu saya jika ada kesalahan pada cerita ini, seperti; typo, keganjalan cerita(terasa aneh dengan ceritanya) atau sebagainya.
Oke.
See you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Plagiat dilarang mendekat] [Beberapa part sudah saya hapus] Senja adalah seorang perempuan yang memiliki phobia takut pada banyak orang yang biasa disebut agoraphobia. Senja tidak tahu phobia yang dimiliki nya akan berakhir sampai kapan atau justru...