Hari ini adalah hari terakhir ulangan kenaikan kelas. Sejak kejadian di uks, Langit kembali mengantar jemput Senja. Walaupun masih ada rasa canggung diantara mereka berdua, tapi mereka tetap berusaha agar kembali normal seperti biasanya tanpa ada rasa canggung diantara mereka berdua.
Keduanya turun dari mobil secara bersamaan ketika sampai di dalam sekolah. Mereka mulai berjalan beriringan. Seperti biasanya, Langit selalu memeluk pinggang Senja dan menempelkan tubuh Senja kepada tubuhnya.
Senja tidak pernah merasa risih jika diperlakulan seperti itu oleh Langit. Tapi untuk kali ini, entah kenapa Senja merasa tidak nyaman dengan perlakuan Langit. Jantungnya terus berdetak tidak berirama membuat tubuhnya menjadi ikut gemetaran.
Sedangkan Langit, dia begitu merasa tidak memiliki masalah dengan jantungnya. Dia terlihat begitu santai sambil memeluk tubuh Senja. Sesekali dia mencium puncak kepala Senja atau mengusapnya pelan.
Selama mereka berjalan, ada seseorang yang mengikuti mereka dari belakang dengan wajah kesalnya. Dia kesal karna cemburu dengan kemesraan mereka berdua.
Tidak ingin berlama lama melihat kemesraan mereka, gadis itu akhirnya berlari menyusul mereka dan memilih untuk berjalan didepan mereka.
"Ini sekolah tempatnya untuk mencari ilmu. Bukan tempat untuk pacaran," kata Tasya. Lalu kembali menatap kearah depan tanpa memperdulikan Langit dan Senja."Sirik aja lo," teriak Langit, lalu tertawa bersamaan dengan Senja.
Selepas mengantarkan Senja kedalam kelas, Langit langsung kembali ke kelasnya. Dia tidak langsung ke kelasnya, melainkan ke kantin terlebih dahulu.
Entah memang sudah takdirnya atau bagaimana, Langit harus bertemu dengan Vinza.
Vinza tahu bahwa Langit tidak menyukainya. Dengan sengaja ia mensejajarkan langkahnya dengan Langit.
Merasa dibuntuti, Langit sedikit mempercepat langkahnya agar tidak sejajar dengan Vinza. Dan Vinza kembali mengejar Langit untuk mensejajarkan langkahnya kembali.
Seperti tengah bermain kejar kejaran, Langit pasrah. Ia akhirnya memilih untuk mengalah saja dan diikuti oleh Vinza.
Dari jauh Langit dapat melihat Aranda yang tengah duduk sendirian didalam kantin. Langit tersenyum lalu sedikit berlari untuk menemui Aranda.
Langit langsung duduk disebelah Aranda yang langsung diikuti oleh Vinza---duduk didepan Langit dengan wajah kesalnya.
"Hai," sapa Langit kepada Aranda.
Gadis itu membalas menyapa Langit. "Hai."
Mata Langit berputar kearah Vinza. Ia tahu pemuda itu akan marah jika dirinya menggoda Aranda yang notabene nya adalah mantan kekasihnya. Walaupun sudah menjadi mantan kekasih, tapi Vinza masih mencintai Aranda.
Dengan mudahnya Langit menyentuh kepala Aranda dan mengusap rambutnya dari atas sampai ujung rambutnya. "Rambut kamu bagus juga, ya," puji Langit.
Langit tidak bisa bohong soal rambut Aranda. Gadis itu sangat pintar menjaga rambutnya. Rambut miliknya benar benar lembut dan rapi tanpa ada yang bercabang sedikitpun.
Vinza geram dengan kelakuan Langit. Tanpa berpikir dulu, ia langsung bangkit dari duduknya dan mendorong pundak Langit dengan sangat keras.
Tidak sampai disitu, Vinza langsung menarik kerah baju Langit dan menyeretnya untuk keluar dari kantin.Pemuda itu langsung melepas pegangannya kepada kerah Langit. Baru saja akan meninju rahang Langit, bel sudah berbunyi menandakan bahwa ulangan kenaikan kelas akan dimulai.
"Awas lo," kata Vinza. Menunjuk wajah Langit.
Langit justru tidak merasa takut dengan ancaman Vinza. Ia justru memperlihatkan gigi kelinci nya kepada Vinza menandakan bahwa dirinya tidak merasa takut dengan ancaman darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[Plagiat dilarang mendekat] [Beberapa part sudah saya hapus] Senja adalah seorang perempuan yang memiliki phobia takut pada banyak orang yang biasa disebut agoraphobia. Senja tidak tahu phobia yang dimiliki nya akan berakhir sampai kapan atau justru...