Langit Senja; 20

164 24 5
                                    

Ulangan kenaikan kelas sudah dimulai. Semua murid mulai sibuk dengan soal soal yang diberikan oleh guru mereka masing masing. Suasana kelas yang biasa ramai, kini menjadi sepi. Hanya suara kertas yang dibulak balikkan oleh murid murid lain.

Hari pertama ulangan banyak yang mengeluh karna pelajaran pertama yang harus mereka kerjakan adalah matematika. Banyak murid yang tidak menyukai pelajaran tersebut. Karna selalu mendapat soal jebakan atau soal yang hanya sedikit, tapi mengerjakannnya harus dengan rumus yang panjang.

Termasuk Senja, gadis itu sangat tidak suka dengan matematika. Menurutnya, matematika adalah pelajaran yang manja, yang selalu meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Bel tanda selesainya ulangan sudah berbunyi. Guru yang mengawasi kelas Senja segera mengambil paksa kertas ulangannya. Senja hanya bisa pasrah dengan jawabannya.

Setelah guru pengawas keluar, Senja pindah tempat duduk menjadi ke belakang dimana tempat Tasya untuk ulangan. Tak lupa sambil membawa buku pelajaran untuk ulangan selanjutnya.

Senja dipisahkan duduknya dengan Tasya. Senja didepan sedangkan Tasya dibelakang. Sesuai absen mereka masing masing.

Tasya tak mengubris Senja yang sudah duduk di sebelahnya. Dia memilih sibuk membaca materi yang mungkin akan ada di ulangan nanti. Sedangkan Senja, masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Senja tampak gelisah. Dan itu mengganggu Tasya yang sibuk membaca. "Lo, kenapa sih?" ujar Tasya.

"Enggak papa," sahut Senja. Walaupun Senja menjawab seperti itu, tapi pikiran dan hatinya tidak sesuai dengan jawabannya.

"Pasti masalah Aranda, ya," tebak Tasya asal.

Senja mengulum bibirnya lalu mengangguk meng'iya'kan tebakan Tasya. "Enggak usah dipikirin. Kan Aranda, bilang kalau dia itu tulus minta maaf sama lo," kata Tasya.

"Aku, enggak masalah kalau dia, mau tulus atau enggak. Tapi--" Senja menggantung ucapannya. Dia berfikir bahwa dia tidak pantas jika harus menceritakan apa yang dia pikirkan kepada Tasya. Bukan tidak pantas, lebih tepatnya belum waktunya.

"Tapi apa? Jangan bikin orang lain penasaran Senja. Cepet bilang kenapa?" desak Tasya supaya Senja mau menceritakan tentang masalahnya.

"Enggak ada apa apa. Beneran." Senja mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya kearah Tasya.

Tasya berdecak sebal. "Bodo amat," sembur Tasya dengan kesalnya. Lalu kembali membuka buku dan mulai fokus kepada buku miliknya.

Senja pun mulai membuka buku miliknya dan sibuk membaca. Dia tidak bisa fokus karna Tasya. Senja jadi merasa bersalah karna sudah membuat kesal kepada Tasya. Dia takut jika Tasya akan berlama lama marah kepadanya.

.

.

Ulangan terakhir untuk hari ini telah selesai. Banyak orang yang mengucapkan syukur karna bisa pulang secepatnya. Mereka mungkin lupa bahwa masih ada hari esok yang berarti masih ada ulangan untuk besok.

Senja berjalan sedikit lambat karna Tasya yang pergi meninggalkannya. Tasya masih marah kepadanya. Seharusnya Senja meminta maaf kepada Tasya sejak tadi istirahat. Senja takut jika Tasya tidak ingin menjadi temannya lagi.

"Senja..!"

Senja segera menoleh ke belakang dan mendapati Vinza yang melambaikan tangannya dari kejauhan. Senja tersenyum ketika Vinza berlari untuk mendekatinya.

Rasanya sudah lama Senja tidak mengobrol dengan Vinza. Sejak kejadian Aranda menjambaknya di kantin, Vinza sudah tidak pernah menemuinya lagi. Atau lebih tepatnya, Senja lah yang meminta Vinza untuk menjauhi dirinya karna takut jika Aranda akan mengamuk lagi.

Langit Senja [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang