"Apa? Homeschooling?"
Langit menganggukan kepalanya membenari ucapan Senja.
Setelah seminggu lamanya Langit tidak menemui Senja, karna alasan tertentu. Homeschooling. Ya, Langit sekarang melakukan homeschooling sesuai permintaan Tantri. Dan sekarang ia baru bisa menemui Senja karna hari ini adalah tanggal merah. Semua sekolah pasti libur termasuk Langit.
Sangat sulit untuk Langit meyakinkan Senja bahwa ia benar benar melakukan homeschooling. Senja sangat tidak yakin ketika mendengar alasan Langit. Pemuda itu sangat ramah kepada semua orang, tidak seperti dirinya yang justru takut kepada manusia. Tapi kenapa Langit memilih menuruti Tantri? Seharusnya Langit sekolah di sekolah umum seperti dirinya.
"Kalau gitu aku juga bakalan ikut saran Papa," ucap Senja. Lengannya terus mengusap usap kepala Moi---kucing peliharaan Senja.
Senja sangat menyayangi kucing. Sejak kecil ia memang sudah mengurus kucing. Sebelum memelihara Moi, Senja memelihara kucing lain bernama Mona. Sayangnya, Mona telah meninggal terlebih dahulu karna tertabrak motor. Sejak kejadian itu Senja melarang kucing peliharaannya keluar rumah. Diluar rumah memang sangat berbahaya untuk hewan peliharaan terutama kucing.
"Memangnya Papa, ngasih saran apa?"
"Homeschooling."
Langit secepatnya menggelengkan kepalanya. Langit yakin bahwa Senja melakukan itu karna dirinya. "Jangan," larang Langit.
"Kenapa?"
"Kamu butuh bersosialisasi dengan orang lain. Dan sekolah adalah caranya, Senja," ujar Langit.
Senja menghela nafas gusar. Memandang Moi dari pangkuannya, lalu mengangguk. "Iya," ucapnya.
.
.
Hari sudah hampir sore dan Langit memutuskan untuk pulang karna Tantri yang sudah memberi pesan kepadanya agar cepat pulang.
Dari dalam kamar Senja melambaikan tangannya kearah Langit lewat jendela kaca nya yang terbuka. Senja tidak mengantarkan Langit ke depan rumahnya karna rasa malas nya yang benar benar membuatnya malas untuk berjalan ke bawah. Beruntung Langit sudah tahu bagaimana Senja jika sudah malas malasan seperti sekarang.
Dari bawah Senja dapat melihat mobil Langit dan Vinza berpapasan. Terlihat dari atas mereka seperti saling pandang. Hanya beberapa detik saja Langit kembali menjalankan mobilnya.
Penasaran dengan kehadiran Vinza, rasa malas Senja menjadi menghilang. Segera dia pergi kebawah untuk menemui Vinza. Lebih tepatnya untuk menanyakan apa yang membuat Vinza datang kerumahnya.
Tepat dengan Vinza yang hendak menekan bel rumahnya, Senja sudah keluar rumah untuk menemuinya. Vinza tersenyum yang langsung dibalas senyum oleh Senja.
"Ada apa?" Tanya Senja setelah membuka gerbang untuk Vinza.
Vinza mengulum bibir nya sebelum berucap. Sesekali dia mengusap rambutnya ke belakang. "Gue... gue, tahu lo, kenapa," ucap Vinza.
Senja terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Vinza. Berfikir apa yang dimaksud oleh Vinza.
Mengerti dengan keseriusan dari Vinza, akhirnya Senja menyuruhnya untuk masuk dan mengobrol didalam saja. Senja mengajak Vinza untuk mengobrol di taman belakang rumahnya saja. Tempat yang selalu sepi tan jarang dikunjungi oleh siapapun.
Setiba nya di taman keheningan lah yang menemani mereka sebelum ada yang memulai bicara. Senja tidak biasa berbicara terlebih dahulu. Apalagi di situasi seperti sekarang. Sangat canggung untuknya memulai pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[Plagiat dilarang mendekat] [Beberapa part sudah saya hapus] Senja adalah seorang perempuan yang memiliki phobia takut pada banyak orang yang biasa disebut agoraphobia. Senja tidak tahu phobia yang dimiliki nya akan berakhir sampai kapan atau justru...