Langit Senja; 7

262 41 23
                                    

Langit sangat enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Hanya saja ia memang harus bangkit karna memiliki janji kepada Senja untuk kembali. Pemuda itu menjanjikannya sudah satu minggu, dan belum ia tepati sampai sekarang.

Langit memiliki alasan kenapa dirinya tidak bisa menemui Senja tepat waktu. Tapi ia akan berusaha untuk menceritakannya secara perlahan kepada Senja. Berharap gadis itu bisa menerimanya dan tidak marah kepadanya. Langit yakin Senja pasti akan benar benar merasa kecewa kepadanya karna telah menginkari janji kepadanya.

Langit berjalan dengan tubuh lemasnya untuk keluar rumah. Setibanya di luar rumah, Langit berpapasan dengan Tantri--- Ibu Langit.

"Langit, kamu mau kemana?" Tanya Tantri, mendekatkan diri kepada Langit.

Langit tersenyum. "Mau pergi sebentar, Bu."

"Tapi kan--"

"Bu.." Langit mengangguk meyakinkan Tantri dan mengizinkannya untuk pergi. "Langit, enggak papa kok."

Tantri tersenyum mengangguk. "Yaudah." Tantri mengizinkannya.

Tanpa menunggu lama lagi, Langit segera masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi ke rumah Senja. Hanya butuh beberapa menit saja untuk sampai dirumah Senja.

.

.

Senja tengah sibuk menulis. Menulis adalah salah satu hobi Senja terutama menulis puisi. Terkadang, ia selalu berkhayal, dan khayalannya selalu ia buat menjadi sebuah cerita.

Dengan senyum yang terukir dibibir nya, Senja mulai menulis apapun yang ia inginkan. Baru saja mulai menulis, tiba tiba saja seseorang mengetuk pintu kamarnya dan membuka pintu kamarnya tanpa mendapat persetujuan dari Senja.

"Diluar ada tamu. Nyariin Kakak," ucap Purnama. Dan kembali menutup pintu kamar Senja.

Percaya atau tidak, Senja segera bangkit dari duduknya dengan cepat. Menata rambutnya serapi mungkin. Gadis itu berlari keluar dari kamarnya seperti sedang dikejar kejar oleh sesuatu. Sebelum ia benar benar keluar dari rumah, Senja menatap sekeliling untuk memastikan bahwa seseorang yang dia harapkan benar benar kembali.

Senja tersenyum melihat siapa yang tengah berdiri di luar gerbangnya. Langit. Firasat nya benar, bahwa Langit lah yang datang untuk menemui nya. Dengan perlahan Senja mulai keluar dari rumahnya dan mulai mendekati Langit yang sudah menatapnya dengan lekat. Senja menundukkan wajahnya setelah setiba nya didepan Langit.

"Maaf." Langit memulai pembicaraannya dengan kata 'maaf'.

"Aku enggak nepatin janji kamu," aku Langit. "Maaf," ucapnya.

Senja mulai memberanikan diri untuk menatap Langit. "Kenapa?" Tanya Senja.

"Akan ku jelaskan. Tapi tidak untuk sekarang."

"Kenapa?" Senja kembali bertanya.

"Aku tau kamu kecewa karna aku yang enggak nepatin janji aku. Maaf." Untuk kesekian kalinya, Langit mengucapkan kata 'maaf' kepada Senja.

Langit benar benar merasa bersalah karna ulahnya. Seharusnya dia tidak menjanjikan akan kembali kepada Senja, jika akhirnya harus dia ingkari.

Beberapa menit kemudian, Langit dan Senja akhirnya memutuskan untuk pergi jalan jalan. Senja hanya bisa menurut saja kemana Langit akan membawanya. Selama itu aman untuk phobia nya, Senja tidak pernah mempermasalahkan nya. Mereka pergi menggunakan mobil milik Langit.

Selama dalam perjalanan hanya alunan musik lah yang menggema didalam mobil. Tidak ada perbincangan antara mereka berdua hingga tiba nya di tempat yang dituju oleh mereka. Sebelum keluar dari mobil, Senja sedikit bingung dengan maksud Langit yang mengajaknya ke taman.

Langit Senja [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang