Lonely

85 9 1
                                    


-Author POV-

Tepat pukul sebelas malam, ketika Naeun sedang asyik membaca buku keguruan yang dipinjaminya dari Taemin tiba-tiba pintu kamarnya diketuk…atau lebih tepatnya digedor.

TOK!TOK!TOK!

Naeun sampai hampir terjungkal dari kursinya.

“NAEUN! NAEUN!”

“Masuk saja Jennie-ah!”teriak Naeun.

Jennie membuka pintu lalu dengan tampang panik dia berkata.

“Soojung menghilang!”

Naeun mengernyitkan dahi.

“Hilang? Dia gaib?”

“Bukan itu!” sembur Jennie jengkel. “Dia pergi dan sampai sekarang belum pulang. Tadi, Eomma nya telepon sambil menangis, katanya Soojung tidak pernah pulang selarut ini.”

“Mungkin dia lagi ingin menikmati hari ulang tahunnya,” kata Naeun sambil mengangkat bahu.

“Ada satu hal lagi,” kata Jennie bimbang.

“Apa?”

“Kata Eomma nya, pistol peluru milik Appa nya ikut raib bersama hilangnya Soojung.”

Naeun menatap Jennie tidak percaya. “Kau tidak berpikir dia akan…”

“Eommanya bilang, mereka habis bertengkar hebat,” kata Jennie. “Aku tidak tahu.”

“Kenapa kamu yang ditelepon?” tanya Naeun heran.

“Nomorku ditemukan di memo di laci yang sama tempat kotak pistol yang hilang itu,” jawab Jennie.

“Mereka tidak bisa menemukan nomor-nomor teman-temannya yang lain. Sepertinya Soojung memang tidak punya teman dekat selain kita.”

“Kenapa tidak lapor polisi saja?”

Jennie menghela napas. “Appa nya tidak mau ada skandal.”

“Dasar egois!” umpat Naeun.

“Sudahlah! Simpan umpatanmu untuk nanti, sekarang bagaimana?”

Naeun berpikir sejenak.

“Lebih baik kita temui Taemin dulu dan minta pendapatnya,” kata Naeun kemudian.

Jennie mengangguk setuju.

***

“Apa?!” teriak Taemin setelah dia diberi tahu kalau Soojung menghilang bersama pistol Appa nya.

“Tenang… tenang…” kata Naeun sambil menepuk-nepuk bahu Taemin.

“Tenang-tenang bagaimana! Kemungkinan besar dia akan…,” Taemin tidak mampu meneruskan kalimatnya. Tiga sekawan itu langsung terdiam.

“Sekarang kita harus bagaimana?” tanya Naeun.

“Pertama-pertama kita harus mencari tahu kira-kira dia pergi ke mana,” kata Taemin yang diikuti anggukan kepala dari yang lain.

“Tapi kita harus cari kemana?” tanya Jennie dengan nada putus asa.

“Kalau aku jadi Soojung…,” Taemin berpikir keras. “ Yang kemana-mana selalu diantar sopir hingga kemungkinan besar aku tidak tahu arah jalan, yang tidak punya teman dekat. Dan kalaupun kita bisa disebut temannya yang paling dekat, nyatanya dia tidak pergi ke rumahku atau kalian. Selain rumahku sendiri ada satu tempat lagi yang bisa kutuju yang arah jalannya aku tahu pasti karena hampir setiap hari kulewati dan tempat itu adalah…”

“SEKOLAH!” seru ketiga orang itu serempak.

***

Malam itu langit gelap. Mendung. Bulan tertutup awan hingga tidak tampak sama sekali. Sekolah sepi,
hanya ada penjaga sekolah yang mondar-mandir tetapi penjaga sekolah tidak pernah menuju lapangan sepakbola karena terlalu gelap. Dan di situlah Soojung terduduk, memegangi pistol dengan mata
menerawang.

The How of Us✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang