-Taemin POV-“Hai!”
Aku mendongak dan mendapati Naeun sedang berdiri di depanku dengan wajah gadis itu yang hanya beberapa sentimeter dari wajahku.
“A…. ada apa?” tanyaku panik. Wajahku memerah.
Dia menggeleng lalu duduk di sebelahku. “Tidak, aku cuma mau main ke rumamu, tapi kata ibumu kamu lagi ada di kios buku ini, jadi aku kesini.”
“Taemin-ah,” katanya kemudian, matanya menerawang.
“Rasanya banyak sekali peristiwa yang terjadi
akhir-akhir ini, ya?”Aku mengangguk, “Iya.”
“Aku…jadi belajar banyak,” katanya pelan. “Banyak sekali.”
“Aku juga.” Kataku. Mataku memandang lurus ke depan.
“Aku sampai merubah cita-citaku ingin menjadi guru,” katanya lagi.
Aku langsung menoleh ke arahnya “Guru? Bukannya kamu ingin jadi dokter?”
Dia tersenyum. “Sudah kubilang, aku belajar banyak dari peristiwa yang telah terjadi belakangan ini. Aku
ingin memaknai hidupku dengan mengajar anak-anak dan menolong mereka terutama bagi mereka yang kurang mampu.”Aku terdiam sejenak, “Niat yang mulia.”
“Terima kasih,” dia mengangguk.
Aku menghela napas lalu mengalihkan pandanganku lagi ke depan. “Aku… walaupun juga mengatakan telah belajar banyak dari peristiwa-peristiwa itu, aku masih belum tahu bagaimana cara memaknai hidupku. Tetapi, setidaknya aku telah membuat perubahan, perubahan dalam hidup dan memandang
kehidupan. Dan ini berkat kamu.”Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi dia tampak terkejut.
“Kau dulu pernah bilang padaku bahwa jika kamu tidak diingat maka kamu tidak pernah ada,” kataku.
“Waktu itu bagiku, asal orang-orang yang mencintaiku mengingatku itu sudah cukup. Bukankah aku tidak mau diakui, sungguh mana ada orang yang keberadaannya tidak mau diakui? bahkan, orang-orang rela melakukan berbagai cara demi hal itu. tetapi, karena ada hal lain.”
“Dulu, waktu aku masih SMP.” Aku meneruskan ceritaku. “Aku sangat menonjol dan ternyata kudapati teman-temanku terutama yang berasal dari keluarga kaya tidak menyukai hal itu. kamu tahu sendiri
ibuku berjualan makanan yang dititipkan di kantin-kantin sekolah. Teman-teman yang tidak menyukaiku itu pun langsung menggunakan kekuasan mereka untuk memaksa teman-teman yang lain agar tidak membeli makanan dagangan ibuku. Selama berhari-hari, makanan dagangan kami tidak laku sampai ibu harus bekerja lebih keras untuk menghidupi kami. Sejak saat itu, aku belajar bahwa jika kamu miskin jangan pernah berbuat sesuatu yang menonjol.
Ibuku juga menitipkan makanannya di kantin sekolah kita, kamu tahu kan? Karena itulah, aku mengekang diriku sendiri agar tidak terlalu menonjol. Aku takut teman-temanku di sini tidak jauh beda dengan teman-temanku sewaktu SMP dulu. Namun aku terlalu picik dan berpikiran sempit sampai
membuat generalisasi bahwa semua orang kaya itu jahat. Setiap orang punya hati dan pikirannya masing-masing. Dan semua hal itu tidak tergantung dari kekayaan yang mereka miliki. Kemudian, aku
teringat lagi akan kata-katamu, jika aku masih mengekang diri berarti aku…”“Lalu setelah kamu menyadari semua hal itu, kamu memutuskan untuk menunjukkan dirimu yang sebenarnya?” Naeun memotong perkataanku.
Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk.
“Itukah sebabnya akhir-akhir ini nilai-nilaimu naik secara drastic bahkan melebihi nilai-nilaiku?” tanyanya.
Aku terdiam sejenak, menatapnya dengan pandangan menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The How of Us✅
FanficAda cinta yang sulit aku ungkapkan. Sebut aku pesimis, tapi sudah terlalu lama aku menunggu saat yang tepat untuk kebenaran itu. Dan selama itu, aku melihat bagaimana benih-benih perasaanku kepadamu pelan-pelan tumbuh hingga menjadi bunga yang ind...