Suatu Saat Nanti

94 13 1
                                    


-Jennie POV-

"Soojung itu secara materi seharusnya hidupnya paling enak dibanding kita semua, tapi kenapa kadang-kadang matanya kelihatan kesepian dan menderita, ya? Kamu merasakannya kan?" tanyaku sambil makan potato chips ketika aku dan Jongin duduk berdua di jam istirahat.

Jongin tersenyum. "Jangan suka sok membaca isi hati orang."

Aku meringis. "ini kan bakatku, aku tidak bisa mengendalikannya."

"Tapi, tidak semua orang ingin perasaannya dibaca."

Aku menoleh menatapnya. "Mengapa? Apa karena ada orang-orang yang tidak mau jujur dengan perasaannya sendiri?"

"Yah... intinya, jangan ikut campur urusan orang lain."

Aku tampak terkejut mendengar kata-katanya, tapi kemudian aku mengangguk. "kau benar, orang-orang yang menyembunyikan perasaan itu pasti punya alasan kenapa dia melakukannya."

"Setelah lulus nanti, kamu mau masuk jurusan apa?"

"Hubungan Internasional. Aku ingin jadi diplomat," kataku mantap.

"Kenapa?"

"Karena jarang sekali wanita yang jadi diplomat," jelasku.

"Aku ingin menunjukkan kalau semua pekerjaan bisa dilakukan oleh wanita. Menjadi presiden, insinyur, tukang kayu dan diplomat."

Dia mengerutkan dahi. "hanya untuk membuktikan kemampuan wanita kenapa harus menjadi
diplomat?"

"Alasan kedua," kataku, "Karena aku juga ingin menunjukkan kemampuanku di negara lain dan bukan
hanya negaraku sendiri. Ini demi menginspirasi kaum wanita di dunia."

Dia terdiam sebentar.

"Jennie-ah..."

"Uhm?"

"Sebenarnya, benarkah kamu melakukan ini."

"Melakukan apa?"

"Menjadi diplomat," jelasnya, "Demi wanita di dunia atau demi memuaskan egomu saja?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan itu, lalu aku menatap lurus ke depan. Tidak lama kemudian, aku tertawa kecil. "He he he, ketahuan ya? Ini hanya egoku semata. Sepertinya, memang Cuma kamu yang bisa mengerti aku."

"Tapi jika egoku bisa sekaligus bermanfaat dan menginsipirasi prang lain bukankah lebih bagus?" aku
bertanya sambil menatapnya.

"Kamu tidak membutuhkan pendapatku. Kamu tidak butuh pendapat siapa pun. Kamulah yang menjalani takdir yang kamu pilih dan siapa pun yang menjalani takdirnya dia tidak mungkin..."

"Tidak bahagia." Aku meneruskan kalimatnya. Lalu kami tertawa.

***

-Author POV-

Hari ini praktik biologi adalah membedah mamalia, yaitu marmot. Seperti biasa, selalu ada yang diberi
kesempatan untuk melakukan pembedahan pertama.

"Jadi siapa yang mau diberi kehormatan pertama?" tanya Kim Saem, guru biologi.

Jongin melirik kearah Jennie.

Jennie balas mendelik, lalu setengah berbisik dia berkata. "Kau gila! Aku ini takut darah! Waktu
membedah kodok kemarin saja aku hampir pingsan!"

Kelas tiba-tiba menjadi hening, sunyi dan senyap.

Tidak ada yang berani menatap mata Kim Saem, mendongak pun tidak. Karena berbeda dengan pembedahan-pembedahan sebelumnya: aves, reptile,
amphibi dan pisces, pembedahan kali ini lebih mirip dengan replika manusia.

Darahnya pun lebih banyak
dan lebih amis.

Selama beberapa menit, masih tidak ada yang bersedia menjadi 'pahlawan'.

Tiba-tiba, sebuah jari
teracung, Naeun.

Soojung dan Jennie berpandangan. Mereka tahu Naeun sangat takut dengan darah. Naeun berjalan
dengan yakin ke tempat preparat di atas meja di depan kelas.

Kim Saem tersenyum, lalu menyerahkan penjepit dan gunting. "Silahkan, Naeun-sii"

Naeun mengangguk. Ketika dia mengambil gunting dan penjepit dari tangan Kim Saem, siapa pun bisa
melihat tangannya gemetar.

"Apa dia tidak apa-apa?' tanya Taemin kepada Jennie.

Jennie hanya mengangkat bahu sambil menatap saudarinya dengan khawatir.

Naeun mulai membuat garis dan mulai menguliti marmut itu. sangat cermat dan bersih.

Tetapi, ketika dia mulai mengiris dada si marmut, keringat mulai mengucur dengan deras di dahinya.

Tangan Naeun pun terlihat lebih gemetar dari sebelumnya. Ketika dada marmut sudah terbuka dengan jantungnya yang masih berdegub menonjol ke luar, darah meluber dengan cepat hingga memenuhi preparat.

Tepat pada saat itu, Naeun memegangi kepalanya, lalu tidak sampai sedetik kemudian, dia ambruk.

"Naeunnnnnnnnnnnnnnn!!" teriak seisi kelas.

TBC

The How of Us✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang