Make it Count

87 13 0
                                    

Tokyo, Jepang 2017

-Jennie POV-

“Nama saya Jennie Kim, biasa dipanggil Jennie. Saya lulusan Chiba University, jurusan Psikolog….ummmm… ini hsri pertama saya, ini hari pertama saya bekerja di kantor ini. Saya sangat
senang, karena sambutan yang sangat ramah pagi ini. Doakan saya, supaya bisa segera betah di tempat ini, Sensei…. eh Senpai."

Puluhan mata menatapku, mengelili lebih tepatnya. Aku tersenyum canggung, sambil menengok ke Yuta Sensei, sang bos. “Sudah, pekenalannya, sensei?”

Yang ditanya malah mengangkat bahu, pura-pura tidak tahu, membuatku semakin canggung.

“Ada pertanyaan buat Jennie?” tanya pak bos, “Iya, Kanechi?”

“Jennie-san sudah punya pacar?” tawapun meledak memenuhi ruangan.

Aku tersipu malu. “Harus di jawab?”

Justru dijawab oleh ceracau pegawai lainnya. “Jawaab, jawaab, jawab!!”

Aku akhirnya menyerah dan menjawab, “Belum..”

Jawabanku segera diikuti gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai dari pegawai-pegawai yang hadir.

Barangkali mereka senang karena berhasil mengerjai pegawai baru.

Braakk!

“Sorry, sorry..” semua mata melirik ke arah suara tersebut. Sesaat terjadi kebisuan. Aku pun menoleh
sejenak, dan bertanya-tanya tentang orang ini. Yuta sensei tampak melirik sebentar dengan tatapan
malas, seolah sudah jemu dengan pria ini.

“Sorry semua, tadi kaki saya tidak sengaja menabrak pintu,” kata pria tersebut sambil mengangkat tangannya. Gayanya cuek. “Eh, iya. Silahkan lanjutkan.”

***

Setelah sesi perkenalan tersebut, aku dibawa berkeliling oleh asisten manager, untuk mengenal
ruangan-ruangan dan prosedur ini-itu yang harus aku hafal.

Dalam perjalanan, aku tidak hentinya bertanya dalam hati, siapa lelaki tadi. ia memang cukup menyita perhatian, namun setelah perkenalan
tadi, aku tidak lagi melihat batang hidungnya.

Sesampainya di meja kerjaku, aku mendengar kagaduhan di belakang. Berjarak kira-kira 5 meja dari kubikelku, aku mendengar Yuta sensei berteriak kencang. Rupanya ia sedang memarahi seseorang.

Aku mencoba untuk tidak terganggu dengan suara tersebut. Selang beberapa detik, aku mendengar seseorang merespon dengan kencang: oke, noted! Cukup keras! Tak berapa lama, gagang pintu dibuka dengan tekanan yang kasar. Disusul suara langkah kaki.

Aku terdiam, Manahan diri untuk tidak menoleh ke belakang. Sebenarnya aku ingin mencari tahu siapa
yang barusan kena marah.

Belum sempat aku menoleh, di belakangku persis, ada si pria berkaus yang datang terlambat tadi pagi.

“Hei, kamu anak baru tadi? Jennie?” tanyanya dengan sangat dingin.

Aku menoleh, dan spontan berdiri sambil membungkuk. Lelaki itu irit senyum. Aku hanya tersenyum simpul, seolah dipaksakan, sambil mengulurkan tangan, “Takahiro Teo, kau bisa memanggilku
Teo saja.”

Rupanya Teo senpai yang barusan dimarahi oleh bos, kataku dalam hati. Aku tetap mencoba tersenyum, meskipun yakin, aku tidak tahu cara berbasa-basi dengan orang ini.

“Jennie-san, barusan saya di beritahu oleh Yuta sensei. kamu akan ada di bawah pengawasan saya,” katanya dengan singkat. Aku agak kaget, namun mencoba untuk tersenyum. Teo memandangiku seolah menunggu respon dariku.

The How of Us✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang