One Year Later

122 13 2
                                    


Seoul, South Korea 2018

-Author POV-

“Jennie,” panggil Naeun dari ruang duduk. “kau sudah siap? Appa dan Eomma menunggu kita di bawah.”

Tidak terdengar jawaban dari kamar. Naeun menghela napas dan berjalan ke kamar saudara kembarnya.

Ia melongokkan kepala ke dalam kamar. “Jennie.”

Jennie sedang duduk di kursi meja tulis. Kedua kakinya diangkat ke atas kursi dan dagunya ditopangkan ke lutut.

Matanya menatap kosong dan jelas-jelas sedang melamun.

“Jennie,” panggil Naeun lagi, sedikit lebih keras.

Kali ini Jennie tersentak dan menoleh. “Oh, ada apa,Naeun?”

“ kau sudah siap? Appa dan Eomma sudah menunggu kita di bawah.” Kata Naeun.

“Tunggu sebentar, aku akan segera siap.” Gumam Jennie sambil bangkit dari kursi.

Naeun bisa melihat bahwa saudara kembarnya sedang risau. “Ada masalah apa?” tanyanya langsung.

Jennie berhenti di depan lemari dan berbalik menghadap Naeun. Ia menggigit bibir, ragu, lalu akhirnya
berkata. “Aku mendapat tawaran pekerjaan di salah satu rumah sakit.” Ia berhenti sejenak, menarik
napas. “Pemilik rumah sakit itu adalah ayahnya Teo.”

Naeun tahu siapa Teo yang dimaksud Jennie. Ketika Jennie kembali dari Tokyo satu tahun lalu, Jennie
telah menceritakan semuanya.

Pada akhirnya Naeun hanya bisa berkata pada Jennie bahwa ia senang Jennie menceritakan semua itu kepadanya dan berkata bahwa ia berharap Jennie merasa sedikit lebih lega karena telah mencurahkan seluruh beban hatinya.

“Jadi apakah kau menerima pekerjaan itu?” tanya Naeun lagi.

Jennie merentangkan kedua lengannya dan menjatuhkannya ke sisi tubuhnya. “Aku tidak tahu. Aku belum memutuskan,” sahutnya. Ia mengangkat sebelah tangan ke kening.

“Kalau aku menerima
pekerjaan itu, ada kemungkinan aku akan bertemu kembali dengan Teo.”

“Lalu kenapa? Kau tidak ingin bertemu dengannya?”

Jennie menahan napas. Dan tiba-tiba saja, tanpa peringatan apa pun, setetes air mata jatuh bergulir di
pipinya, ia duduk di pinggiran tempat tidur dan berusaha mengendalikan diri.

“Jennie,” Naeun segera menghampirinya dan duduk di sampingnya. “Ada apa?”

Jennie mencoba menarik napas dan mengembuskannya untuk mengendalikan diri, namun tidak benar-benar berhasil.

“Bodoh, bukan? Sudah satu tahun berlalu, tapi aku masih tetap seperti ini setiap kali mendengar namanya. Aku masih belum bisa melupakannya. Apa yang salah denganku?”

“Apa yang salah denganmu?” Naeun balas bertanya. “Jennie, tidak ada yang salah dengan dirimu. Kau hanya mencintainya.”

Jennie berpaling ke arah Naeun. Ia membuka mulut, namun tidak ada kata-kata yang keluar.

“Kau tidak pernah mengakuinya padaku, Jennie, tapi aku tahu apa yang kaurasakan,” kata Naeun.

Jennie menutup mulutnya.

Naeun melanjutkan. “Satu tahun adalah waktu yang cukup lama untuk berpikir dan mengambil keputusan. Kau sudah berhasil menghadapi masa lalumu, sekarang waktunya kau menghadapi apa yang ada dalam hatimu.”

Jennie menggigit bibir, lalu berkata lemah, “Tapi…”

“Dia bukan Jongin, dia mencintaimu.”

The How of Us✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang