U

105 11 1
                                    


-Taemin POV-

“Masih sama. Belum sadar,” kataku sambil duduk di bangku panjang di koridor rumah sakit. Aku menggenggam ponsel yang ditempatkan ke telinga dan bersandar ke dinding.

Jongin menelpon dari Jepang untuk menanyakan keadaan Naeun, “Tentu. Kalau ada kabar apa pun, aku akan
menelponmu…ya, ada Jennie juga di sini, kau tidak peru mencemaskan aku. Aku bisa menjaga diri…. Ya, bye."

Aku menutup ponsel dan memejamkan mata.

Sudah beberapa hari ini tidurku tidak nyenyak. Aku lelah, tapi tidak bisa terlelap. Orangtua Naeun juga begitu. ayahnya kembali bekerja tapi datang menjenguk putrinya setiap sore. Ibunya selalu berada di rumah sakit.

Tadi Jennie datang dan kini menemani ibunya pergi makan siang di kafetaria rumah sakit.

Sambil menarik napas panjang, aku kembali ke kamar Naeun.

Aku duduk di tempatku seperti biasa, di sisi tempat tidur. Menurut perkiraanku, sebagai Dokter, jika Naeun sadarkan diri, ia akan baik-baik saja.

Masalahnya, aku tidak tahu kapan Naeun akan sadar. Gadis itu tetap terbaring tak bergerak, tidak membuka mata.

Aku menggenggam tangannya.

Tiba-tiba gerakanku terhenti. Aku mengerutkan kening. Apakah aku salah
lihat tadi? sepertinya kelopak mata Naeun bergerak.

Tidak, aku hanya bermimpi.
Tapi kemudian aku merasakan tangan Naeun yang sedang aku genggam bergerak. Aku tersentak dan menatap wajah Naeun dengan jantung berdebar keras.

Kelopak mata Naeun bergerak, lalu perlahan-lahan matanya terbuka.

Aku merasa begitu lega sampai kakiku terasa lemas. Naeun sadar! Ia sudah sadar. Aku menjulurkan tangan dan menyentuh pipi Naeun. Gadis itu menoleh lemas dan matanya bertemu dengan mataku.

“Kau sudah sadar,” kataku padanya, senyumanku mengembang. Aku begitu lega, begitu bahagia sampai
ingin melompat. “Bagaimana perasanmu?”

Dia membuka mulut, tapi terlalu tak bertenaga untuk berbicara. Aku cepat-cepat menggeleng. “Jangan
bicara dulu. Kau masih lemah. Tunggu sebentar, kita harus memanggil dokter.”

Aku menekan tombol merah di dekat rumah tidur dan kembali memandanginya. Kelihatannya gadis itu masih setengah terjaga, karena matanya sesekali terpejam, lalu terbuka lagi, tapi dari mataku aku tahu Naeun mengenaliku.

Gadis itu memadangiku, lalu membuka mulut lagi. Aku mendekatkan telingaku ke wajahnya untuk mendengarkan kata-katanya.

“Aku… rindu… padamu.”

Aku tertegun. Suaranya memang lebih mirip bisikan, tapi aku mendengar kata-kata itu dengan jelas. Aku tersenyum dan berkata pelan, “Aku juga.”

Tidak lama kemudian, terdengar pintu dibuka. Aku menoleh dan melihat dokter dan perawat bergegas
masuk. Aku menoleh kembali kepada Naeun dan berkata, “Dokter sudah datang. Aku akan pergi sebentar untuk memanggil ibumu. Kau sudah tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja.”

***

-Naeun POV-

“Ibumu sudah tahu aku akan mengantarmu pulang,” kata Taemin sambil meletakkan tasku di sofa kamar.

Hari ini aku sudah boleh meninggalkan rumah sakit.

Keadaanku sudah membaik walaupun tubuhku masih agak lemah. Lagi pula setelah seminggu siuman di rumah sakit, aku mulai merasa bosan setengah mati.

Ketika tabrakan keras itu terjadi, hal terakhir yang aku ingat adalah Lee Taemin.

Bahwa aku belum bertemu laki-laki itu lagi. Belum bicara dengannya. Aku takut tidak akan pernah punya kesempatan melihat Taemin lagi. Lalu semuanya gelap. Aku tidak tahu apa-apa lagi.

The How of Us✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang