[Enam Belas | Indira] Sebuah Kesalahan

70 22 2
                                    

Cause when you go 
Like summer gives to the rain
I am uncertain
but I am certain I am losing my way

--Mree, When You Come Home

Enam Belas | Indira
Sebuah Kesalahan

Perasaanku campur aduk. Sangat senang karena akhirnya penampilan kami diapresiasi dan menjadi penampilan terfavorit para juri. Kami bahkan dijamin berada dalam tiga besar di babak final dua minggu selanjutnya jika mampu mempertahankan peningkatan kami.

Di sisi lain, aku gusar. Terisolasi dari percakapan tiga orang lainnya—brainstorming untuk konsep minggu depan. Ponselku terus menerus berdering oleh penelepon yang sama sejak pagi hari. Aku sengaja mengalihkannya dalam mode getar namun tetap tak dapat mengurangi rasa khawatirku. Semuanya oleh sebuah pesan singkat dari adikku tadi malam.

[Farel]

Itu kakak di TV?

Rasanya, aku ingin menjawab, Ya. Itu kakakmu. Kakakmu yang merantau dan sukses tapi tak pernah berani mengaku kepada kalian. Namun, aku tak mampu. Sebab, mereka tetap keluarga. Tempat aku tetap disambut pulang dalam keadaan apa pun. Pesan lain masuk.

[Ibu]

Dira, kabarmu baik?

Kuliahmu bagaimana?

Sekarang, bagaimana? Ibu tahu, Farel juga. Lalu apa karir impianku berakhir sekarang? Kalau aku jujur tentang aku tak kuliah lagi bagaimana?

Aku membaca pesan Farel yang sepertinya sedang sangat luang. Ia langsung meneleponku di detik yang sama.

"Kenapa nggak jawab teleponku, kak?!" Dia bertanya sangat keras, kurasa suaranya terdengar oleh rekanku, bikin aku harus duduk menjauh di anak tangga Echos.

"Maaf. Kakak lagi nggak sempat pegang hp," dustaku.

"Lagi sibuk nggak, Kak? Aku butuh bicara serius dengan kakak secepatnya."

"Bicaralah."

"Bukannya kita sepakat untuk merahasiakan ini, ya, Kak? Terakhir kali kakak bilang kakak kerja di café musik, bukan sebagai pemusik. Kakak juga masih kuliah. Kita sama-sama sadar Bapak nggak mengizinkan kita bertiga untuk mengikuti jejaknya di musik makanya kita diam-diam melakukannya. Tapi yang tadi malam disebut MC apa? Grup band Harmoni? Kakak jadi penyanyi?"

"Rel, satu-satu ya, kakak jelasin. Kakak juga pusing." Aku meremas rambut berharap rasa sakitnya hilang. "Kakak nggak berniat bohong sama kalian, terutama kamu karena kakak tahu kamu sama cintanya dengan musik, kayak kakak. It just... it's getting harder, Rel. Kakak hidup sendirian, nggak punya teman yang benar-benar cocok, terus ketemu Harmoni yang memang sangat baik sama Kakak. Waktu itu, kakak mengambil cuti kuliah 1 semester, berencana menyambung lagi kalau seandainya pekerjaan kakak di café nggak menjanjikan buat kakak. Tapi kakak malah dikontrak sama Simfoni untuk jadi guru dan selama ini begitulah kakak hidup."

"Kakak tau kalau itu nggak boleh terus kenapa masih aja dilakukan?"

"I don't know, Rel. Kakak cuma pengin mengejar passion aja. Kakak salah."

"Terus yang di TV?"

"Ada sebuah sekolah yang minta kami jadi guru. Bukan guru seni tetapi guru pengganti. Kamu lihat tiga yang lain, kak? Kak Cindy itu bandmates di Harmoni, dua lainnya namanya Panji dan Saka, mereka penari di Echos. Semua pekerjaan on-air itu akan selesai minggu depan. Kamu nggak perlu khawatir, dua minggu lain episode final dan kakak nggak akan ada di sana lagi."

Let It BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang