Note: Setting waktu bagian cerita ini adalah satu tahun setelah Halcyon selesai. Kalau sudah pernah membaca Halcyon atau jika tidak bermasalah dengan spoiler, silakan lanjut baca. Namun, kalau merasa bingung karena spoiler, disarankan membaca Halcyon lalu kembali ke sini. Terima Kasih.
But who are we kidding?
Nobody's winning
In this tale of past and future love
*
Love.
Kiara nggak pernah mengerti bagaimana mendeskripsikan rasa sayang selalu sesulit ini.
Baginya, mengungkapkan rasa sayang merupakan kata yang nggak sembarang dapat ia ucapkan begitu saja. Kiara sudah melalui segala hal sulit karena rasa sayang: merelakan kedua orangtuanya. Ia juga sangat menyayangi adiknya-sebab hanya Darika satu-satunya keluarga yang masih ada di sisinya. Waktu kemudian tahu kalau sahabat baiknya telah menyukainya selama itu, ia langsung dibuat bingung.
Kepergian Saka membuatnya memutuskan mencari tahu segalanya. Bagaimana makna sayang dan kenyamanan. Dan dia menemukan definisi rasa sayang untuk mereka:
Mencukupkan diri dengan segala kenyamanan.
Pada kepulangan pertama laki-laki itu, di tengah riuh bandara, pelukan, jabatan, kerinduan, ia menemukan segala hal menjadi lebih baik dengan adanya Saka. Ia merasa cukup dengan Saka dan semoga saja Saka juga masih merasa cukup dengannya.
"Sendiri?"
Seorang perempuan yang dikenalnya karena pertemanan dari sekolah mereka menegurnya. Tentu Kiara berdiri sendiri sebab Saka sudah menghilang mencari makanan.
"Secara harfiah, iya. Secara status, tidak."
"Oh," perempuan itu terkesima dengan jawaban menusuk Kiara. Jelas Kiara melakukannya karena ia memang nggak senang diajak berbasa-basi dan ujung-ujungnya hanya balik mengukit hubungan masa lalunya dengan Dean. Taktik ini diberi tahu oleh Dean, malam itu, dan ternyata benar, dengan membawa seseorang sebagai teman pesta berhasil membungkam mulut-mulut tukang gossip.
"Pacarnya di mana?" tanyanya lagi.
Mata Kiara berkelana dan menangkap Saka yang berbicara akrab dengan Dean. Postingan terakhir laki-laki itu adalah foto kelahiran buah hati pertamanya. Seorang bayi laki-laki berbalut selimut dalam pelukan dan matanya persis seperti Dean.
"Ternyata mantan dan pacar masih bisa akrab. Salut." Dari nadanya, Kiara tahu lawan bicaranya tengah menyindirnya. Bukti bahwa dia kalah lalu pura-pura permisi hendak menyapa tamu lainnya. Kiara pula menyusul keduanya dengan senyum menggembang.
"Hai, Dean," sapanya, "Istrimu nggak ikutan?"
"Kondisi Caca belum cukup kuat. Omong-omong kalian berdua udah resmi? For real?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be
Fiction généraleIndira pikir hidupnya di umur 20-an sudah cukup menyedihkan; tinggal sendiri, berbohong kepada keluarganya, dan bekerja sebagai pegawai paruh waktu agar tetap bisa hidup. Ia pikir kehidupannya mulai membaik saat ia menjadi bagian dari grup musik fa...