02

98 24 0
                                    

"Kok bisa ke apartement ini?" Tanyaku saat Na Jaemin sudah mendingan.

"Aku... kabur." katanya. Aku menghela napas.

"Udah mau cerita? Apa gara-gara kabar tadi pagi?"

Bukannya menjawabku dia malah menatapku seperti..

Seperti apa ya pokoknya sulit dijelaskan.







"Padahal itu cuma editan tapi herannya kenapa mereka langsung percaya..." ucapnya sedih. Matanya meredup, senyumannya tidak ada.

"Iya aku tau pasti itu cuma rumor. Udah ya jangan sedih lagi, Nana?"

Na Jaemin tersenyum tipis,
"Kalau pun itu bener aku juga ga mau dating sama dia."

Aku mengerutkan kening, "Loh kenapa? Dia kan cantik."

"Aku ga suka. Aku cuma sukanya kamu, Ara."

Aku membalasnya dengan senyuman. Sudah biasa Jaemin berkata seperti itu.

"Makasih ya buat semuanya, makasih udah temenin aku sampai sekarang..."

"...Ini semua sulit Ara, Aku ga yakin aku bisa melaluinya kalo ngga ada kamu."

Aku mengangguk lalu tersenyum, "Sama-sama."

"Tapi Jaemin, kurangin alkohol ya, itu ga baik buat tubuh kamu. Apalagi kamu juga rutin minum kopi, aku kasian sama lambung kamu."

Na Jaemin cengegesan, "Iya maaf. Aku coba kurangin kok, tadi yahㅡ aku lagi kalut dan bingung mau berbuat apa."

"Okay." jawabku. "Udah makan? Kalau belum mau aku masakkin?"

Na Jaemin menggeleng, "Aku belum makan. Yuk masak bareng-bareng!"

"Okay, kamu mau makㅡ"

Ucapanku terpotong oleh suara telpon dari ponsel Jaemin.

Na Jaemin mengisyaratkan aku untuk diam sejenak.

"Halㅡ"

"Iya hyung, aku pulang sekarang."

Pip.








Nah sekarang wajah Jaemin murung kembali.

"Aku disuruh pulang, ada jadwal nanti malam." jelasnya.

"Iya udah kamu pulang aja, ntar dimarahin lagi."

Wajahnya masih murung lalu dia menatapku lagi.

"Peluk." katanya.

Selalu begini, Na Jaemin selalu manja padaku.

Aku merentangkan tangan,
"Here."

Lagi, dia memelukku dengan erat. Namun bedanya sekarang tidak dengan tangisan.














"Aku pamit dulu. Maaf kamu jadi repot ngerapihin apartement ini sendirian."

"Ngga apa-apa. Udah sana pulang, sebelum ada yang ngeliat." kataku.

"Biarin aja ketauan, aku ngga apa-apa asal ceweknya itu kamu."

Aku berdecak, anak ini benar-benar.

"Na...."

"Iyadeh iya. Aku pulang, bye." Dia mengacak rambutku lalu pergi dari apartement ini.

Aku langsung menutup pintu karena takut ada yang melihat.

Oke sebaiknya aku harus merapihkan kekacauan yang diperbuat oleh Jaemin.

Botol soju dimana-mana dan bekas makanan juga.

Ya ampun se setres apa Na Jaemin tadi?

Na Jaemin selalu saja seperti ini. Dia orangnya sangat kepikiran dengan kata orang lain.

Seperti tadi, dia terkena rumor dating oleh salah satu aktris.

Padahal itu hanya editan, namun suasananya semakin panas karena beberapa fans pada percaya.

Sebenarnya itu hanya usaha para anti-fans karena comeback NCT Dream kali ini sukses. Agar para fans terkecoh dan kepikiran sehingga berhenti streaming.

Oh ya ampun semoga habis ini Na Jaemin tetap fokus dan baik-baik saja.

Orang itu sangat kepikiran dengan kata-kata para anti-fans.
Padahal masih banyak yang menyayanginya. Termasuk Aku.

Hehehehe apakah kalian penasaran,

aku siapanya Jaemin?

Sebenarnya aku hanya temannya. Eum yaㅡ teman.

Kami sudah berteman sejak kecil. Sejak sebelum ia menjadi trainee SM dan debut dengan boygrup yang bernama NCT Dream.

Apakah aku harus menceritakan bagian yang buruknya juga?

Oke, baiklah.

Na Jaemin dipaksa menjadi idol karena Ayahnya gagal menjalankan usahanya.

Dalam arti lain, Ayahnya Jaemin terlilit hutang oleh salah satu orang penting di SM Entertainment.

Sebagai gantinya, Na Jaemin harus menjadi idol untuk melunasi hutang-hutang yang ditimbulkan oleh Ayahnya itu.

Jangan kalian mengira hutangnya itu kecil ya. Hutangnya sangat besar, makanya Na Jaemin kadang depresi.

Masih untung Na Jaemin ditempatkan di SM Entertainment yang notabenya agensi besar.

Padahal awalnya ia akan ditempatkan diagensi kecil.

Namun karena permohonan orang tuanya, agar juga hutang-hutangnya itu terbayar dengan cepat.

Ia hanya mendapatkan sedikit upahnya untuk menjadi Idol.

Padahal perjuangan dan pengorbanannya tidak sedikit upah yang ia dapatkan.

















TBC

***

Sekali lagi aku cuma mau bilang, ini fiksi.

I'm not meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang