13

23 8 0
                                    

Sudah pencet vote belum?

Sudah? Terima kasih yaa^^

Selamat membaca!

____

"Gimana keadaannya sekarang?"

"Chyara tidak terlalu parah, yang parah adalah Na Jaemin."

"Ck, sial. Kenapa bisa Jaemin yang lebih parah?"

"Polisi tadi menemukan mereka dalam keadaan Na Jaemin yang memeluk Chyara. Mungkin itu sebabnya dia yang lebih parah."

"Pria bodoh."

____

Hal yang pertama kali aku lihat saat membuka mata adalah dinding putih.
Aku jelas tahu ini dimana. Ini adalah di rumah sakit.

Tanganku di infus dan badanku super sakit. Jelas sangat sakit, aku kan adalah korban kecelakaan.

Mengingat kejadian tadi, aku jadi khawatir dengan Jaemin. Feelingku dia lebih parah, karena tadi sebelum kejadian ia memeluk erat tubuhku.

Pintu ruangan ini terbuka. Rupanya para dokter dan suster yang masuk.

"Nona Chyara." Sapa sang suster ramah. Wajahnya cantik, aku jadi iri. Padahal aku juga suster.

"Kita tensi dulu ya?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Suster tadi menyiapkan alat tensi darah dan para Dokter sibuk berbisik-bisik. Aku rasa mereka sedang membicarakan kondisiku sekarang.

Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya aku selesai ditensi dan diperiksa oleh Dokter.

"Dok," panggilku sebelum ia mau meninggalkan ruangan ini.

"Gimana keadaannya Jaemin?" kataku.

Hening kemudian. Dokter itu belum menjawabku. Ia malah beradu pandang dengan suster. Seolah-olah mengisyaratkan untuk suster yang menjelaskannya.

"Begini nona Chyara, tuan Jaemin sudah dibawa ke rumah sakit khusus idol SM Entertainment, jadi kami tidak tahu kondisinya saat ini."

Rumah sakit SM Ent? aku baru tahu jika mereka mempunyai rumah sakit khusus.

Baiklah, entah mengapa aku sedih mendegar jawaban dari suster tadi.

"Ah ... " kataku berusaha menahan air mata. "Begitu ya rupanya, terima kasih sus." Aku menundukan kepala sebagai rasa terima kasih.

"Baik, kami permisi dulu ya. Jika nona memerlukan bantuan bisa panggil saya di Nurses station. Permisi." Ia menundukan kepalanya. Aku balas dengan senyuman getir.

Jika Jaemin berada di rumah sakit itu, artinya aku tidak bisa menghubungi siapa-siapa.

Aku tidak mempunyai kontak Jeno atau member NCT lainnya.
Jaemin yang melarang aku berhubungan dengan teman-temannya.

Entahlah...

Kepalaku pusing, mungkin sebaiknya sekarang aku beristirahat dahulu.
















"Ara, bangun."

Setelah aku membuka mata, hal yang pertama kali aku lihat adalah wajah teman-temanku.

"Jangan duduk! Tiduran aja." Perintah Ira ketika aku ingin duduk.

"Tapi aku pengen duduk." ucapku. Mereka menghela napas bersamaan.

"Duh nih anak," Aesy baru berbicara. "Yaudah sini kita bantu lo buat duduk."

Mataku berbinar mendengar ucapan Aesy.
"Tapi kalian harus tahu loh gimana caranya aku bisa duduk tapi selang infusku ngga ke ganggu."

"Tuhkan," Ira menatapku malas. "Gimana caranya anjir?"

Akhirnya aku menjelaskan tehnik mendudukan pasien kepada mereka. Mereka mengerti dan langsung mempratikannya.

"Tangan lo Aesy, awas ih."

"Dikit lagi, ayo."

"Nah," Ira bernapas lega. "Posisinya udah nyaman belum?"

Aku mengangguk lalu tersenyum.
"Udah hehe, makasih yaa."

"Lo hutang cerita sama kita." Dari nada bicara Aesy ia terlihat khawatir, namun, wajahnya menunjukan wajah kesal. Begitu juga dengan Ira.

"Eeuum ... " gumamku, bingung mau menjelaskannya dari mana.

"Kenapa lo bisa kecelakaan?"

"Itu karena .... " aku menunduk, malu. Aku rasanya malu sekali jika menceritakan hal yang sebenarnya kepada mereka berdua.

"Lo belum siap cerita?" Aesy menatapku.

Bukannya menjawab Aesy, aku malah menangis.
Demi Tuhan aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba aku menangis.

"Hey," Ira memelukku. "Jangan nangis, Ara. Gapapa kalau emang lo belum siap cerita."

Selanjutnya aku tidak tahu mereka berbicara apa. Karena tubuhku seketika lemas dan aku kehilangan kesadaran.

____

"Jaem, jangan bergerak dulu."

Jaemin baru sadar setelah efek obat biusnya habis. Di sini hanya ada Lami yang menemaninya.


"Kamu ngapain di sini?"

"Loh?" Lami mengerutkan keningnya. "Aku kan pacarmu, ya ngga apa-apa dong aku di sini."

Jaemin yang mendengar ucapan Lami terlihat tidak suka.
"Kita hanya settingan, kamu jelas tahu itu."

"Tolong jangan berekspetasi lebih, Lami. Kamu sudah tahu aku mempunyai pacar sungguhan."

"Ya ... " Lami menunduk, ia kesal dan malu setelah mendengar ucapan dari Jaemin.

"Aku pergi dulu," ucap Lami kemudian. "Semoga lekas sembuh."

Setelah Lami pergi, Jaemin mencari ponselnya. Ia ingin tahu bagaimana keadaan Ara sekarang.

"Ketemu!"

Orang yang pertama kali ia hubungi adalah Lee Jeno. Mungkin dari Jeno ia bisa tahu kabar Chyara sekarang.

"Jaem? lo udah sadar?"

"Iya," jawab Jaemin ditelpon. "Lo bisa ke sini ga Jen?"

"Bisa, gue otw sekarang."





To be continued.





___




Terima kasih yang sudah membaca cerita ini. Dan terima kasih juga yang telah vote!^^

I'm not meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang