10

36 13 0
                                    

vote & komennya yaa, biar aku semangat <3












___


"Gimana kencan pertama kamu? Lancar?"

"Kamu ngomongnya gitu sih Ara?"

Aku menghela napas. Oke sepertinya aku memang sudah keterlaluan.

"Maaf." Hanya itu yang ku katakan pada Na Jaemin. Lalu aku pergi, ke balkon apartment ini.

"Ara, pasti sakit ya?" tiba-tiba Jaemin menghampiriku.

"Sakit apa?" jawabku seadanya. Sebenarnya bertemu dengan Jaemin di saat seperti ini membuat moodku bertambah buruk.

"Kamu tenang aja, aku ga akan cinta sama dia."


Perkataan Jaemin aku abaikan. Terserahlah. Aku lelah.

Andai dulu aku menolak permintaan Jaemin untuk berpacaran pasti perasaan ini tidak akan menggebu-gebu seperti sekarang.


SM Entertainment sudah mengconfirm kabar dating mereka berdua.

Oh tentu itu membuat Nctzen terutama Nanadongies kaget setengah mati.

Aesy dan Ira sampai datang ke rumahku, memastikan aku baik-baik saja.



"Araaaa," Jaemin merengek. Masih ku abaikan.

"Langsung aja Jaemin, kamu mau apa ngajak ketemu di sini?"

Aku masih menghadap balkon apartment, dan aku tahu Jaemin memperhatikanku dari samping.

Jaemin menghela napas. Lalu keadaan hening diantara kami.

"Kalau ngga ada yang mau kamu omongin, aku pulang ya? Aku sibuk, mau nyusun skripsi."


Aku tidak berbohong soal menyusun skripsi. Kuliah dijurusan Keperawatan membuatku tidak bisa membuang-buang waktu seperti ini.

Jaemin tidak mencegahku. Baguslah, aku juga lelah dengan semua ini.

Tanganku baru memegang pintu, tapi tubuhku sudah terhuyung ke belakang.


Ya, Jaemin memelukku.

"A-akuㅡ" Jaemin makin mengeratkan pelukannya. "Aku cuma kangen sama kamu, maaf ya aku ganggu waktu kamu."

Tanganku menggantung di udara. Aku tidak membalas pelukan Jaemin.

"Maaf Jaemin, mood aku lagi ga baik."

Harus ku akui ini bukan sepenuhnya salah Jaemin.

Aku mengangkup wajahnya.
"Jangan sedih, aku ga suka." Aku menatap matanya. Indah. Mata Jaemin memang indah.


"Aku sayang kamu."

Aku menutup mata. Melupakan sekitar dan dunia. Seolah-olah waktu berhenti. Apakah aku egois jika aku ingin seperti ini bersama Na Jaemin selamanya?

___

"Udah gue duga pasti foto Jaemin sama cewek di apartment pasti bakalan ketauan, liat dia sekarang dating sama Kim Lami?" Aesy bercerita dengan menggebu-gebu. Tersirat emosi dari perkataannya.

Andai kamu tahu Aesy kalau wanita di foto itu bukan Lami, tapi adalah aku.

Hm, jika kamu tau itu aku, apakah Aesy akan tetap menjadi teman dekatku?


"Liat orang ini," Ira menunjuk aku dengan dagunya. "Lo ga sedih gitu Ara?" tanyanya kepadaku.

"Iya seriusan deh lo ga sedih?" timpal Aesy.


Ya aku memang sedih.

Sangat sedih.

Tapi sepertinya aku lebih ke mati rasa.


"Aku juga sedih," ucapku. "Tapi ya mau gimana lagi? aku cuma fans, Jaemin juga manusia, dia pasti ingin berpacaran juga, kan?"

"Iya gue tau, butㅡ" Aesy mendecak. "Terserah deh, lo kan emang aneh."

"Jaemin pacaran atau ga pacaran dia tetep ga akan jadi jodohku kan?" Aku menimpali, tersenyum kepada dua orang ini.

Dan setelah itu mereka terdiam, aku rasa mereka juga berpikir.

"Come on guys, idol bukan pusat universe kita," Ira berbicara setelah keheningan diantara kami. "Daripada sedih-sedihan kayak gini, mending lo pada nyari judul buat skripsian deh, belum pada dapet kan kalian?!"

"Sumpah gue rasanya pengen menghilang aja kalo Ira udah bahas skripsian," ujar Aesy, dia jengah, kurasa.

Memang sih diantara kami bertiga hanya Ira yang paling pintar dan paling ambisius dalam pelajaran, termasuk skripsi.

____


"Jadwalmu kosong malam ini, jadi pergilah dengan Lami untuk melakukan kencan kalian,"

Jaemin menghela napas kasar. Rasanya ia ingin mengumpat kasar di depan managernya ini.

"Bisakah di tunda dulu? Perutku sakit," bohong Jaemin. Ia berkelit agar tidak melakukan kencan palsunya dengan Lami.

Manager Jaemin menatap curiga. Ia memegang dahi Jaemin dan kebetulan memang agak demam.

"Huft oke," ucap sang Manager. "Tapi jangan kemana-mana, di sini aja, ya?"

Jaemin mengangguk tanda mengiyakan.

Lalu managernya  keluar dari kamar Jaemin.


Klek.

Pintu terbuka, Lee Jeno masuk ke kamar Jaemin.

"Hai," sapa Jeno kaku.

"Lo murung mulu, kenapa?" tanya Jeno menghampiri Jaemin yang duduk di tepi tempat tidur.

"Kenapa?!" Jaemin mengulang ucapan Jeno dengan nada yang tinggi.
"Gue sedih, bingung, kesel, kenapa sih harus gue yang jadi korban media play?"

"Tapi cewek lo baik-baik aja, kan?" tanya Jeno setelah keheningan yang cukup lama.

"Lebih tepatnya berusaha baik-baik aja," ucap Jaemin datar. "Gue harus gimana? lo tau? kalo gue pergi kencan sama Lami gue merasa cowok yang paling berengsek, gue ngerasa selingkuh dari Ara,"

Jeno mengulum bibirnya, ia juga bingung harus merespon apa.


"Ara orang baik, dia perempuan baik. Gue kenal diaㅡ dia belum pernah pacaran, tapi sekalinya pacaran malah kayak gini," ucap Jaemin kalut. "Di satu sisi gue ngerasa udah sakitin hati Ara, tapi di satu sisi lagi gue juga merasa ga enak sama Lami."

"Jeno menurut lo gue harus apa? Apa gue harus melepas Ara biar dia ga sakit hati lagi?"

Jeno berdecak. Terlihat kontra dengan ucapan Jaemin barusan.

"Jangan," ucap Jeno. "Kalo lo putus sama Ara apa gunanya media play ini? sabar aja dulu, mungkin media playnya cuma sebentar kan?"

Jaemin terdiam. Dalam hati ia juga menyetujui ucapan Jeno.

"Gue tau ini berat, tapi jangan pernah lo melepas Chyara ya, Jaemin?"

Jaemin mengangguk mantap. "Pasti, ga akan pernah."

"By the way, Chyara cantik juga." Lee Jeno tersenyum meledek setelah mengatakan kalimat tadi.





TBC

I'm not meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang