05

52 21 1
                                    

"Ara kamu tau ngga?"

"Engga." jawabku.


Aku sedang masak ramen dipantry kecil apartement ini. Namun Na Jaemin daritadi mengganggu terus.

Seperti sekarang, wajahnya menempel di bahuku.
Aku menggeliat pelan, karena Na Jaemin berat.

"Na, berat tau." ucapku. Dia mengangkat wajahnya lalu berjalan ke ruang tamu apartement ini.

Syukurlah dia tidak mengganggu lagi.








Ramen sudah matang. Aku membawa dua mangkuk ramen hangat ke meja ruang tamu.

"Lama banget tau," komentar Jaemin. Aku merotasikan bola mata.

"Iyalah lama, kamu kan ganggu terus." Kataku.

Kan dia mengeluarkan cengiran bodohnya. Ya ampun wajahnya ngeselin tapi ganteng.

Hehehe.



"Selamat makan." Kata Jaemin setelah keheningan diantara kami.

"Oh iya aku lupa tadi mau ngomong." Kata Jaemin tiba-tiba. Aku menghentikan aktivitas makanku.

"Apa?" Kataku singkat.

"Kamu udah nonton performance aku di mubank?" Tanyanya.

Aku terdiam lalu menghela napas. Sudah kuduga sih dia akan membicarakan ini.

"Makan dulu ah, nanti baru ngobrolnya." Yap, aku mengalihkan pembicaraan.

Na Jaemin menatapku lalu melanjutkan aktivitas makannya lagi.
















"Enakkkk," Ucap Jaemin.

Aku merapihkan mangkuk bekas ramen lalu balik lagi ke ruang tamu.


"Ara," Jaemin menatapku. "Kamu udah liat kan?"

Aku menghela napas lalu mengangguk.

"Keliatan banget aku ngga fokusnya ya?" katanya pelan.

"Kamu emang ga liat twitter? Nctzen ngga masalahin itu kok, mereka justru khawatir sama kamu."

Na Jaemin menghela napas.
"Iyasih. Tapi aku keliatan banget ga profesionalnya, masalah gitu aja masa sampe ga fokus."

"Udah ah jangan dibahas. Fans kamu aja kan ga nyinggung masalah itu?" Kataku.

"Hm tapi emang kamu fans aku?" Tanyanya dengan cengiran bodoh.

Aku mengangkat bahu.
"Gatau, aku bukan fansmu."

Na Jaemin masih cekikian. Sementara dia masih tertawa, aku berjalan ke pantry kecil untuk mencuci mangkuk bekas ramen tadi.

"Rajin banget? Udah siap ya mau jadi calon istri yang baik?" Jaemin tiba-tiba datang dan memeluk aku dari belakang.

Aku diam saja ya karena ini memang sudah biasa.

Namun tiba-tiba dia menggeliat dan mendengus leherku.

"Na, geli. Awas kamu."

Dia sudah tidak mendengus tapi masih memelukku.

"Kamu wangi banget? Abis keramas ya?"

Aku balik badan, menghadapnya.
"Terus maksud kamu kemarin-kemarin aku bau gitu?"

"Eh enggak." Dia menatapku. "Tapi kayaknya beda wanginya? Kamu ganti shampoo?"

Aku mengangguk.
"Iya. Rambutku rontok parah jadinya ganti pake shampoo anti rontok."

Jaemin ber-oh lalu tersenyum.
"Pantes wanginya enak banget. Jangan ganti lagi ya? Aku suka."

Oke tolong selamatkan hatiku. Na Jaemin tampan sekali.

"Mukamu merah, hahahahah. Salting ya? gemes banget,"

Daripada tambah kelihatan salah tingkahnya, aku melanjutkan aktifitas mencuci piring yang tadi.

"Lucu ih saltingnya. Bikin gemes tau ga?" Na Jaemin kembali memelukku.











"YA AMPUN BELUM NIKAH UDAH PELUK-PELUK?!"

Kami terkejut. Jaemin melepaskan pelukannya dan menatap Jeno galak.

Ya ampun Lee Jeno kenapa bisa muncul dengan tiba-tiba.

Jaemin berdecak.
"Ganggu aja sih."

Jeno masih cekikikan.
"Udah sore, udah disuruh pulang sama manager hyung tau." Katan Jeno.

Jaemin cemberut lalu menatapku.
"Yah aku udah mau pulang," Ekspresi wajah Jaemin sedih sekaligus menggemaskan.
"Kapan lagi bisa ketemu kamu Ara?"

"Video call kan bisa Na." Kataku.

"Jeno lo ke kamar mandi dulu sana,"

Ucapan Jaemin barusan membuat Jeno semakin meledek kami.

"Pasti mau ppopo ya? Hm dasar anak muda."

Lalu Jeno beneran berjalan ke kamar mandi.

Aku menatap Jaemin yang sudah mengeluarkan cengirannya.

"Hehehehe," Dia terkekeh. "Peluk? Boleh ya Ara?"




Tadinya aku mau menolak karena ada Lee Jeno.
Namun aku tidak bisa. Ekspresi Jaemin sangat menggemaskan, jadi aku tidak bisa menolaknya.

He is being cute.

Very cute.










TBC

___

I'm not meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang