Bagian 2

24 7 3
                                    

"Kamu terlalu tinggi, untuk aku yang harus menengadah agar bisa melihatmu."

****

Setelah aksi Ken menawarkan diri untuk mengantarkan Liony pulang. Disinilah Liony sekarang. Diatas motor matic putih milik Ken. Canggung? Sudah pasti. Selama perjalanan Liony hanya sibuk dengan pikirannya, dan Ken yang fokus mengendarai motor nya.

Motor Ken membelah jalanan kota Bogor yang senggang. Jalanan cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang.

"Rumah kamu dimana, Ly?" Akhirnya Ken membuka suara.

"Di daerah Cibinong."

"Dari sini, kemana lagi?"

"Belok kanan. Nanti ada pertigaan belok kiri."

Ken hanya mengangguk sebagai respon.

Malam ini cuacanya cukup dingin, anginnya menusuk sampai ke rongga dada. Liony menyesal kenapa tadi tidak memakai jaket, padahal Ken sudah mengingatkan sebelumnya.

Motor Ken berhenti tepat di depan rumah bercat putih yang di padukan dengan warna krem. Halaman rumahnya tidak terlalu luas namun terawat.

Liony terlihat kesulitan melepaskan helm yang ia kenakan. Dengan inisiatif, Ken membantu Liony melepaskannya. Jarak mereka yang sangat dekat, membuat jantung Liony kembali berdebar. Dari posisi yang sekarang, Liony bisa melihat dengan jelas wajah Ken yang datar nan tampan. Wangi parfum Ken juga benar-benar tercium di indera penciuman Liony. Liony sangat menyukainya.

"Ini rumah kamu?" Tanya Ken setelah berhasil melepas helm yg dikenakan Liony.

"Iya. Kamu mau mampir?"

"Engga deh, aku langsung pulang aja, Ly. Udah malam juga kan."

"Makasih ya, Ken"

Ken tersenyum. Wajahnya memang datar, namun siapapun yang melihat Ken tersenyum, senyum itu akan menular, seperti Liony sekarang.

"Aku pulang ya, Ly."

"Hati-hati, Ken."

"Nanti aku akan nepatin janjiku di pertemuan kedua kita."

Setelahnya, motor Ken melesat jauh meninggalkan Liony yang masih berdiri di depan pagar sampai punggung Ken sudah tak terlihat.

Senyum masih tercetak jelas di wajah Liony. Hayalan Liony untuk bertemu dengan Ken terwujud begitu cepat tanpa diduganya.

Selama ini Liony hanya sekedar mendengar cerita Mala, soal Ken. Tapi sekarang Liony tau sosok Ken yang sebenarnya. Ken yang menyenangkan dengan segala kesederhanaannya. Liony jadi tidak sabar, menunggu bagaimana kesan yang ia dapat di pertemuan keduanya dengan Ken.

*****

Hari-hari berikutnya yang Liony lakukan hanya menunggu. Menunggu kapan waktunya untuk bertemu kembali dengan Ken, tiba. Ini sudah hari ke-6 setelah pertemuannya malam itu. Mungkin Liony salah, terlalu berharap kepada sesuatu yang belum tentu terjadi. Buktinya sampai saat ini Ken belum mengajaknya untuk bertemu.

Sejak tadi Liony uring-uringan tak jelas, entah yg tiba-tiba menggerutu, atau mendengus sebal. Hal itu membuat Mala geram sendiri. Ia tau apa penyebab Liony menjadi seperti ini.

"Mending lo tanya atau kodein deh, Ny. Dari pada lo ngegerutu terus kaya gitu. Kenapa gak lo aja yang ngajak ketemu, simpel bukan?" Mala bersuara setelah Kania dan Aisyah pergi ke kantin untuk membeli minum.

"Gengsi lah. Masa iya gue yang ngajak duluan, kan yang punya janji dia, bukan gue."

"Apa perlu gue yang ingetin dia?"

VriendschapszoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang